SELAMAT DATANG DI BLOG RADIO TENGKORAK DAN TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DAN MOHON MAAF APABILA KOMENTAR2 ANDA PADA BLOG INI BELUM DIBALAS KARENA KESIBUKAN RUTINITAS, TAPI AKAN SAYA BALAS SATU PERSATU, MOHON SABAR YA...SALAM TERBAIK

Minggu, 07 Desember 2014

BAGAIMANA CARA MENGHILANGKAN DAMPAK ( EFEK ) PICKET FENCING ?







BAGAIMANA CARA MENGHILANGKAN DAMPAK ( EFEK ) PICKET FENCING ?

By : Djoko Haryono


Sebenarnya saya sudah menulis sambungan topik ini cukup banyak/panjang ..... ( di FB aslinya dimana saya pertama menulis topiknya sebelum saya share ke FB lainnya. Kalau dulu tulisan utamanya selalu di FB ini baru saya "share" ke yg lain , tapi karena tools / fiture "share" itu tidak pernah lagi muncul di FB ini maka saya selalu menulis topik pertamanya di FB lain , baru saya share kemari ) ..... tetapi kok ada teman yg. masih juga menanyakan lanjutan tulisannya.

Mungkin tidak muncul di komputer mereka ( mereka harus klik dulu gambar foto antenna dimobil tsb., barulah mereka bisa membaca tulisan2 lain lanjutannya.

OK , kalau begitu saya copykan saja dibawah ini secara bertahap.

HW R U ?

Selamat bertemu kembali. Maaf tempohari saya menulis bahwa saya akan absen ( keluar kota ) sekitar 2 hari , tapi nyatanya terpaksa sampai 4 hari. Skrg sdh mulai bisa baca2 diskusi di FB lagi.

Fathorrachman Hasbullah Jztigabelasqrp : Sayangnya PICKET FENCING yg saya maksud itu tidak berhubungan ( = tidak secara langsung ) dengan kurang tingginya power TX dan atau gain antenna. Gain antenna mobile station sendiri kan terbatas , tidak bisa / mudah untuk dibuat agar "setinggi mungkin" seperti menurut anda. Membuat mobile antenna yg gainnya setinggi mungkin, itu akan berdampak pd makin tingginya ( atau besarnya ) ukuran fisik antenna , yg itu akan sangat mudah "nyangkut" di ranting2/cabang2 pepohohan dsb.

Picket fencing itu ( meski juga mempengaruhi / ada pengaruhnya tewrhadap pancaran ) tapi sebetulnya lebih significant mempengaruhi atau terasa pada PENERIMAAN.



Jika kita mengoperasikan stasiun bergerak ( mobile station ) , terkadang kita masuk pada situasi dimana signal radio ( VHF/UHF FM ) “hilang timbul” / naik turun dengan cepat , kadang diikuti dengan suara ….. ssk ….. ssk….. ssk …. ssk …ssk…ssk …..sehingga komunikasi menjadi kurang kuat dan jelas , maka itulah yang kita sebut sebagai tanda2 atau gejala PICKET FENCE atau PICKET FENSING.

Suara transmisi / modulasi lawan “tercacah” putus2 naik turun.

Kondisi “chopped” / flutter adalah termasuk dalam bahasan seputar Capture Effect.

Gejala picket fencing itu sering kita dapati jika antenna kita ( mobile antenna ) berada pada area dimana ada banyak signal2 pantulan disepanjnag jalur perjalanan kita. Disitulah muncul apa yang disebut kondisi Multi Path ( signal datang / diterima antenna berasal dari “2 atau lebih” arah. Keadaan ini makin mudah terjadi jika kita berada di sekitar area :

01. Di dataran tinggi ( luar kota ) dimana jalan ber kelok2 atau terkadang naik turun , atau kombinasi keduanya.

02. Lingkungan hutan disekitar kita.

03. Melalui lembah dan ngarai
( Pada area2 sulit / berat semacam ini , dimana kondisi LOS , Line Of Sight tidak mungkin sempurna , tidak hanya jenis komunikasi langsung / direct / simplex saja picket fencing bisa terjadi , TETAPI JUGA BISA TERJADI pada komunikasi duplex melalui repeater yang memiliki power yang sebenarnya relative cukup kuat ).

04. Disekitar area karst atau bukit2 pegunungan kapur.

BAHASA “GAUL” ( SLANG ) NYA PARA HAM

Picket Fencing sebetulnya sebuah “bahasa gaul” ( pop / populer ) yang terciptakan didunia para amatir radio ( ham ) , sedangkan istilah sebelumnya yang lebih teknis adalah FLUTTER dan atau CAPTURE EFFECT.

Adalah SALAH jika ada sebagian teman yang menyebut gejala ini sebagai QRM ( atau gangguan / interferensi transmisi dari pemancar / radio lain ). Tetapi bagaimana dengan QRN ( gangguan akibat gejala / bersumber dari masalah Propagasi ) ? Ya , meskipun “propagasi” ( kalau yg dimaksud adalah kondisi perubahan cuaca , perubahan lapisan ionosfer , sun spot dsb ) pada kasus ini tidak mengalami perubahan karena sebetulnya yang terjadi adalah “ber-ubah2nya arah datangnya sumber pantulan dan kekuatan signal pantulan yg diterima antenna” , menurut saya picket fencing lebih bisa dimasukkan kedalam atau sebagai salah satu jenis QRN.

Meskipun Picket Fencing awalnya adalah sebuah istilah “gaul” ( bukan istilah teknik ) saja dikalangan para ham , namun sekarang istilah tsb. sudah berubah menjadi istilah resmi yang dipakai dan dipahami oleh SEMUA ORANG RADIO termasuk juga dikenal dan digunakan dikalangan para penyelenggara & teknisi telepon seluler / cellphone dsb.

MENGAPA DISEBUT PICKET FENCING ?

Gejala fluttering pada radio FM semacam ini disebut dengan picket fencing karena akibat yang ditimbulkannya memiliki kemiripan dengan “komunikasi bergerak dibalik pagar ( Fence dalam bahasa Inggris = Pagar dalam bahasa Indonesia ).

Di Amerika ( terutama pada masa2 lalu ) banyak ranch atau bahkan rumah yang dikelilingi dengan “pagar papan kayu”. Papan kayu dipasang berdiri dan lalu dijajar sekeliling peternakan atau rumah secara berselang seling ( papan , lalu celah kosong selebar 1 atau 2 papan , lalu papan , lalu celah lagi dst ).

Jika ada 2 orang sedang bersepeda atau berkuda atau berjalan dsb. Pada masing2 sisi pagar ( berseberangan pagar ) dan mereka terus mengobrol / berbicara sambil bergerak “bersebelahan” kearah yang sama disepanjang sisi pagar , maka keduanya akan mengalami efek “berbicara berseberangan pagar” tsb. Suara lawan akan menjadi lebih keras/jelas ketika posisi mereka berada disamping bagian bercelah , dan sekilas mengecil / hilang saat posisinya terhalang papan.

Akan muncul suara yang “naik turun” dan kadang diselingi suara ….ssk …ssk …ssk ….. tsb

Maka gejala yang mirip yang juga terjadi pada komunikasi radio FM tsb. akhirnya disebut dengan “bahasa gaul”/slang nya amatir radio yaitu istilah PICKET FENCING tsb.


 



SALAH SATU PERBEDAAN ANTARA RADIO FM DENGAN AM.

Seperti sudah saya tulis sebelum ini , picket fencing disebabkan karena Multi Path yang berubah terus menerus ( karena kendaraan / radio mobile nya bergerak ). Pada modulasi FM , kalau ada 2 signal yang berbeda pada 1 frekuensi yang sama , tidak bisa keduanya diterima secara bersamaan ( = 2 station lawan yang berbeda tidak bisa berbicara bersama dan keduanya diterima/terdengar bersamaan ). Limiter yang ada dalam system FM akan “mereduksi” / membuang signal yang lebih lemah. Siapa ( = signal station mana ) yang lebih kuat diterimalah yang akan terdengar.

Hal ini berbeda dengan apa yang terjadai pada modulasi AM dimana 2 ( atau lebih ) signal radio bisa sama2 kita monitor bersamaan pada frekuensi dan waktu yang sama.

Itulah sebabnya system radio komunikasi untuk penerbangan tidak menggunakan FM karena berbahaya ( bisa membahayakan ). Kalau FM digunakan , jika ada 2 pilot dari 2 pesawat terbang berbeda sedang berbicara ke petugas tower/ATC menggunakan frekuensi yang sama , maka yang akan didengar oleh ATC adalah hanya salah satu diantaranya yaitu yang signalnya diterima lebih kuat , sedangkan yang lebih lemah akan hilang “tertindas”.

Tapi dengan menggunakan mode AM , kedua signal itu akan bisa didengar bersamaan ( hanya suaranya saja yg berbeda baik keras lemahnya , tinggi rendahnya suara , intonasinya dsb ).

Untuk penerbangan , signal yang lemahpun ( yang bisa saja tiba2 muncul menyela karena pesawat mereka mengalami kondisi darurat ) TETAP HARUS BISA DIMONITOR.

Kita kembali ke masalah picket fencing tadi.

Karena mobil kita terus berjalan ( di pegunungan , atau kelokan2 diluar kota dsb ) dan signal transmisi radio yang berasal dari lawan bicara kita ( kita asumsikan bahwa kita sedang mengadakan kontak hanya dengan 1 station lawan pada setiap satu saat tertentu. Kalaupun ada 2 “lawan” , mereka berbicaranya bergantian ) akan tiba ke antenna kita dari 2 ( atau lebih ) arah. Signal2 itu adalah signal2 pantulan yang terpantul dari tebing , bukit , struktur bangunan , menara / tiang listrik dsb. disekitar mobil kita.

Pada satu saat signal pantulan yg berasal dari sebuah dinding tebing lebih lemah dari pantulan yang dipantulkan menara SUTET jaringan listrik yang melintasi bukit maka transmisi pantulan dari tebing itu akan “tertindas” dan modulasi /signal yg kita terima adalah yang “pantulan dari menara listrik”.

Tapi ketika mobil kita berpindah karena terus bergerak ( misalnya makin mendekati dan makin terbuka kearah tebing ) maka signal dari menara SUTET yang ganti tertindas dan pantulan tebing lah yang sekarang termonitor oleh kita.

Perubahan yang teus menerus itu menghasilkan “perubahan waktu delay” signal yg kita terima ( tergantung dari makin panjang/jauh atau memendeknya jarak jalur yg dilintasi masing2 signal pantulan ). Suara menjadi terdengar “tercacah cacah” / terpotong – potong dan naik turun , keras lemah dengan perubahan yang cepat.

Sekali lagi , itulah yang kita sebut dengan picket fencing.

BAGAIMANAKAH CARA KITA UNTUK MENGATASINYA ?

Cara mengatasi yang terbaik adalah menggunakan 2 bh. antenna ( umumnya keduanya berupa antenna yang identik ) yang di parallel namun letak posisinya dikendaraan kita berbeda. Keduanya kita pasang satu sama lain saling berjauhan , misalnya 1 antenna terpasang di diatas pipa support yg. berada di bumper belakang sisi kanan , dan antenna ke 2 kita pasang diatas pipa penyangga yg tingginya sama tetapi lokasinya di bumper depan sebelah kiri.

Atau keduanya menggunakan pilihan penempatan lainnya yang berbeda yang kita yakini bisa tidak mengganggu keamanan ( pandangan dsb ) kita mengemudi serta memberikan hasil yang terbaik.

Dengan menggunakan 2 antenna yang kita parallel dengan fasa yang sama ( fasa sama NAMUN JARAK KE STATION LAWAN ATAUPUN JARAK KE BENDA PEMANTUL SIGNAL BERBEDA KARENA KEDUA ANTENNA KITA LETAKKAN BERJAUHAN ) kita akan memiliki “makin banyak signal datang ( multipath )” yang tertangkap antenna kita. Ketika salah satu antenna penerimaannya sedang melemah ( meskipun ada 2 signal pantulan / atau lebih dengan tingkat kekuatan signal yang berbeda ) , cukup besar kemungkinan antenna lainnya “sedang berada di jalurnya signal atau signal pantulan yang lebih kuat”.

Demikianlah , kalau kita memasang konfigurasi 2 antenna mobile yang di parallel semacam ini , maka gejala atau dampak picket fencing / flutter itu akan menurun tajam.

Kita akan bisa berkomunikasi dengan lebih stabil dan signal lebih kuat.

Tentu saja kita harus memperhitungkan masalah matchingnya / stacking harnessnya yang pada prinsipnya adalah sama cara perhitungannya dengan cara kita melakukan stacking 2 antenna pada base / fixed station kita. Yang berbeda adalah jarak kedua antenna kita dibatasi dan tergantung dari ukuran mobil kita ( kalau memasannya di truck misalnya , pilihan tempat untuk memasang kedua antenna menjadi lebih banyak / luas ). Untuk sementara saya tidak / belum membahas phasing harnessnya karena untuk itu saya harus menyiapkan gambarnya juga , yg saat ini belum menggambar.





Anti Picket Fencing yang saya tulis ini pada prinsipnya termasuk dalam teknologi antenna diversity ( signal diversity ) atau teknologi Anti Fading.

Seperti yg sudah pak Dar ketahui , teknologi antenna diversity itu kan banyak jenisnya ( ada 2 antenna 1 pesawat , ada 2 pesawat 2 antenna dsb dsb ) , nah yang saya tuliskan ini jenis diversity yang paling sederhana ( mungkin cikal bakalnya teknologi antenna diversity ) sebab tidak perlu menambahkan rangkaian aktif apapun. Hanya jumlah antennanya saja yang ditambah ( tapi tidak boleh berjajar berdekatan dan pemasangan terbaiknya cenderung "depan belakang" serta sebaiknya kalau bisa hindari pemasangan "kiri kanan" itu agar seleksi signalnya bisa lebih peka , disesuaikan arah gerak mobil yg kedepan - kebelakang / menjauh - mendekat posisi lawan ).

Tanpa tambahan apa2 itulah ( kecuali menambah antenna ) yg saya maksud sebagai "teknologi diversity yg paling sederhana / awal" , sedangkan pada sistem jaringan komunikasi radio modern lainnya antenna2 nya ( atau bisa juga jumlah pesawat / radionya juga lebih dari 1 ) ada rangkain electronic aktif yang akan makin menambah tinggi kemampuan dari sistem dalam menseleksi signal2 ( pantulan multi path ) mana yg harus dipilih dan "diterima lamaran"nya.

Jangan confuse atau bingung/ ragu . masalah picket fencing pada FM radio BUKANLAH MASALAH GAIN antenna tetapi MASALAH MULTIPATH REFLECTION , bahkan kalau pada pesawat terbang dipasangi radio FM , meski gain antenna cukup tinggi dan sifnal cukup kuat diterima . picket fencing sering tetap terjadi , signal diterima turun naik terputus putus.

Kalau di pesawat terbang , picket fencingnya lebih sering disebabkan karena vibrasi ( getaran "engine pesawat" dan getaran akibat "lapisan udara yg ber-ubah kepadatannya" plus juga akibat angin , itu menyebabkan antenna bergetar kuat sehingga signal yg diterima ber-ubah2 juga dengan cepat.

Kalau kasus anda itu lain lagi. Itu karena gain antenna cukup tinggi dan jalur jalan yg dilewati bukanlah jalur yang "berat untuk ditembus signal"

CO-PHASED ARRAY

Co-phased array atau co-phased antennas ….Yang ini apa lagi ?

Sama , inipun sama dengan berbagai istilah lainnya yang ber-beda beda. Meskipun yang kita bahas masih tetap sama yaitu seputar “bagaimana cara mengatasi signal FM yang terus menerus hilang timbul , naik turun disaat kita melakukan kegiatan mobile” tetapi memang ada banyak istilah berbeda yang sering digunakan orang untuk menyebutkan satu maksud / bahasan yang sama itu.

Istilah yang seringkali digunakan atau “saling ditukarkan” itu antara lain :

1. Picket Fence ( picket fencing )
2. Fade ( fading )
3. Flutter ( fluttering )
4. Chopping
5. Signal hilang timbul.
6. Signal terputus putus.
7. Signal naik turun.
8. Diversity / Antenna Diversity / Signal Diversity.
9. Parallel Mobile Radio ( atinya bisa saja sebuah artikel hanya menjelaskan bahwa memparallel 2 bh. antenna vertical pada kendaraan akan bisa memperbaiki kualitas penerimaan menjadi lebih stabil , tanpa ada penjelasan teknis mengenai fluttering dimaksud ).
10. Co-phased antenna ( atau co-phased array ).
11. Atau juga masih ada istilah lainnya lagi yang dipakai sebagai istilah pengganti.

Demikianlah semoga tulisan saya ini bisa membantu menambah wawasan bagi mereka yang belum mengetahui , bahwa meskipun istilah2 diatas juga bisa dibahas dengan definisinya masing2 yang mungkin sedikit berbeda pada tulisan lainnya ( misalnya kita bisa mempelajari alat antenna diversity yg. berbeda dan lebih “rumit” , atau kita bisa mempelajari tentang “chopper” yang lain dsb ) , tetapi untuk topic ini , saya anggap semua istilah diatas bisa saling dipertukarkan. Yang penting kita memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang dimaksudkan.

BISA JUGA BUKAN ¼ LAMBDA TETAPI ¾ LAMBDA.

Pada salah satu tulisan saya sebelum ini ( yang ada gambar phasing harness semacam ini ) saya menjelaskan seputar ….. “BAGAIMANA CARANYA MEMPERPANJANG KABEL JIKA BAGIAN POTONGAN / SISI KABEL YANG ¼ LAMBDA ITU TERNYATA KURANG PANJANG’.

Pada penjelasan itu saya tulis bahwa kita bisa memperpanjang ( kedua potongan ) kabel coax 75 ohm itu dengan kabel 50 ohm yang panjangnya “kelipatan ½ lambda electric’ agar bisa mencapai jarak dimana kedua antenna diletakkan / terpasang ( atau jika kita bisa menjamin bahwa kabel coax 50 ohm yang kita gunakan adalah jenis low losses , maka ukuran panjang sembarang / bebaspun masih bisa kita gunakan ).

TETAPI ADAKAH CARA “MEMPERPANJANG KABEL” YANG LAIN YANG TIDAK BANYAK MEMBUTUHKAN CONNECTOR / SAMBUNGAN ?

Ya , tentu saja masih ada cara lain untuk memperpanjang kedua kabel percabangan tsb. agar bisa mencapai dimana masing2 antenna berada , yang tidak terlalu banyak menggunakan sambungan connector.

Kita bisa saja tidak menggunakan kabel sepanjang ¼ lambda electric untuk coax yang 75 ohm ( = bagian yang berfungsi sebagai matching transformer ) tsb. Kita bisa menggantinya dengan coax ( yang tetap ) 75 ohm tetapi lebih panjang , yaitu ukuran panjangnya ( masing2 ) ¾ lambda electric atau kalau masih juga kurang panjang ( misalnya antenna2 terpasang di truck ) , kita bisa memakai kabel coax 75 ohm dengan panjang 5/4 lambda electric.

Hasilnya akan sama dengan kita menggunakan panjang ¼ lambda. Jika kita gunakan panjang ¾ lambda maka sebagian panjangnya yang ½ lambda akan secara otomatis berfungsi sebagai “mirror / repeater” ( “pembaca” ulang impedansi antenna ) dan “sisanya” ( kelebihan panjangnya ) yang ¼ lambda akan tetap berfungsi sebagai matching transformer.

Demikian juga panjang 5/4 lambda bisa dipakai menggantikan jika ¾ lambda masih kurang panjang.


PHASING HARNESS ( CARA MEMPARALLEL ).


PHASING HARNESS ( CARA MEMPARALLEL )

Cara memasang hubungkan kedua antenna adalah cara umum / standard yang biasa kita pakai untuk memparallel 2 bh. antenna yang masing2 memiliki feed point impedance 50 ohm.

Perhatikan gambar diatas.

01. Lihat titik parallel dari kedua antenna adalah titik yang pada ilustrasi terlampir digambarkan berbentuk segitiga & ada tulisannya 100 / 2 = 50 ohm. Didalam praktek kita bisa memasang T-Connector pada titik ini.

02. Kaki tengah T-connector adalah titik sambungan coax 50 ohm ( panjang bebas / sependek mungkin , menuju terminal antenna transceiver.

03. Pada masing2 kaki samping T-Connector tersambung ke Matching Transformer “1/4 lambda electric” yang dibuat dari sepotong kabel coax 75 ohm ( velocity factor dari kabel dimasukkan dalam perhitungan ).

04. Ujung lain dari coax / transformer 75 ohm itu sebetulnya sudah “match” dan boleh dipasang langsung ke masing2 connector / terminal antenna , namun panjangnya yang hanya ¼ lambda itu akan terlalu pendek untuk bisa mencapai connector antenna , maka kita perlu memperpanjangnya dengan menambahkan sepotong kabel coaxial 50 ohm.

05. Usahakan agar masing2 kabel 50 ohm yang menuju setiap antenna itu panjangnya :

aa.
Merupakan kelipatan ½ lambda electric ( velocity factor kabel diperhitungkan ) dari centre freq. anda , atau …..

bb.
Jika kabel coax 50 ohm yang anda gunakan adalah jenis kabel coax yang low losses ( attenuationnya rendah ) maka potongan kabel ini panjangnya bebas ( sependek mungkin ).

cc.
Kedua potongan kabel 50 ohm tsb. PRAKTISNYA DIBUAT SAMA PANJANGNYA , namun jika keadaan dan ukuran mobil sedemikian rupa sehingga “akan lebih rapi / praktis jika panjang keduanya dibuat berbeda” maka itu tetap bisa dilakukan ASALKAN PANJANG KEDUANYA TETAP MERUPAKAN KELIPATAN ½ LAMBDA ELECTRIC ( contoh : 1 antenna coax 50 ohmnya 1x ½ lambda electric dan antenna lainnya coax 50 ohm nya panjangnya 2x ½ lambda electric ).


CARA MEMASANG KEDUA ANTENNA.

TEMPAT PEMASANGAN ANTENNA.

Pasang kedua antenna saling berjauhan ( satu dibagian belakang dari mobil dan lainnya disisi depan ). Usahakan ketinggian keduanya sama. Untuk antenna yang berada disisi belakang mobil anda bisa lebih bebas memilih tempatnya namun tetap jangan terlalu dekat ke dinding / body mobil , tetapi untuk antenna yang didepan lokasi penempatannya memang lebih terbatas ( utamakan SAFETY / masalah keamanan berkendara. Jangan menaruhnya yang bisa mengganggu konsentrasi anda mengemudi.

Bisa saja misalnya anda memasang antenna yg dibelakang terletak di bumper ( dengan pipa penunjang ) sebelah kanan belakang , dan yang didepan di bumper ( dengan pipa penunjang ) di bumper kiri depan. Kalau itu “kurang nyaman” menurut anda , anda bisa memilih tempat lain asalkan aman dan tidak mengganggu baik saat mengemudi , atau membuka kap mesin dsb.


CARA SETTING ANTENNA.

Sebelum anda memasang phasing harness ( memparallel kedua antenna ) , stel masing2 antenna satu persatau tanpa phasing harness melainkan dengan hanya menggunakan coax tunggal 50 ohm ( panjang secukupnya , tidak perlu terlalu panjang ). Kemudian stel antenna sampai didapatkan SWR yang terbaik / rendah.

Penunjukan SWR dari kedua antenna TIDAK HARUS PERSIS SAMA !
Artinya jika ( misalnya ) salah satu antenna penunjukan SWR optimalnya 1.2 : 1 dan antenna lainnya SWR optimalnya 1.1 : 1 hal itu tidak menjadi masalah.

Tujuan dari “mensetting & ukur satu persatu” ini hanyalah untuk memastikan bahwa pemilihan penempatan antenna tidak salah atau beresiko ( misalnya penempatan yang salah / terlalu dekat body bisa menyebabkan antenna mengalami detuning dsb ).

Setelah anda yakin bahwa kedua antenna posisinya aman dan setiap antenna bisa di set secara sebagaimana seharusnya , barulah ganti coax sementara itu dengan rangkaian phasing harness yang saya jelaskan diatas. Lalu setelah kedua antenna dalam kondisi ter-parallel, cek kembali SWR nya.

PERHATIKAN
Pastikan bahwa mobile antenna anda tidak menghasilkan Common Mode Current ( pancaran liar dari outer coax ). Menandai ada tidaknya common mode current cukup mudah. Jika posisi kabel coax yang sudah terpasang kita geser2 / pindahkan dan SWR meter penunjukannya berubah ubah karena itu , maka itu tandanya ada common mode current.

Demikian juga jika tubuh seseorang “mendekat dan menjauh” ke / dari antenna dan itu berakibat penunjukan SWR meter ber-ubah2 , itu juga pertanda adanya pancaran liar dari coax anda. Kalau itu terjadi , buat / pasanglah choke pada coax anda untuk mengatasinya.



CO-PHASED ARRAY

Co-phased array atau co-phased antennas ….Yang ini apa lagi ?

Sama , inipun sama dengan berbagai istilah lainnya yang ber-beda beda. Meskipun yang kita bahas masih tetap sama yaitu seputar “bagaimana cara mengatasi signal FM yang terus menerus hilang timbul , naik turun disaat kita melakukan kegiatan mobile” tetapi memang ada banyak istilah berbeda yang sering digunakan orang untuk menyebutkan satu maksud / bahasan yang sama itu.

Istilah yang seringkali digunakan atau “saling ditukarkan” itu antara lain :

1. Picket Fence ( picket fencing )
2. Fade ( fading )
3. Flutter ( fluttering )
4. Chopping
5. Signal hilang timbul.
6. Signal terputus putus.
7. Signal naik turun.
8. Diversity / Antenna Diversity / Signal Diversity.
9. Parallel Mobile Radio ( atinya bisa saja sebuah artikel hanya menjelaskan bahwa memparallel 2 bh. antenna vertical pada kendaraan akan bisa memperbaiki kualitas penerimaan menjadi lebih stabil , tanpa ada penjelasan teknis mengenai fluttering dimaksud ).
10. Co-phased antenna ( atau co-phased array ).
11. Atau juga masih ada istilah lainnya lagi yang dipakai sebagai istilah pengganti.

Demikianlah semoga tulisan saya ini bisa membantu menambah wawasan bagi mereka yang belum mengetahui , bahwa meskipun istilah2 diatas juga bisa dibahas dengan definisinya masing2 yang mungkin sedikit berbeda pada tulisan lainnya ( misalnya kita bisa mempelajari alat antenna diversity yg. berbeda dan lebih “rumit” , atau kita bisa mempelajari tentang “chopper” yang lain dsb ) , tetapi untuk topic ini , saya anggap semua istilah diatas bisa saling dipertukarkan. Yang penting kita memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang dimaksudkan.

BISA JUGA BUKAN ¼ LAMBDA TETAPI ¾ LAMBDA.

Pada salah satu tulisan saya sebelum ini ( yang ada gambar phasing harness semacam ini ) saya menjelaskan seputar ….. “BAGAIMANA CARANYA MEMPERPANJANG KABEL JIKA BAGIAN POTONGAN / SISI KABEL YANG ¼ LAMBDA ITU TERNYATA KURANG PANJANG’.

Pada penjelasan itu saya tulis bahwa kita bisa memperpanjang ( kedua potongan ) kabel coax 75 ohm itu dengan kabel 50 ohm yang panjangnya “kelipatan ½ lambda electric’ agar bisa mencapai jarak dimana kedua antenna diletakkan / terpasang ( atau jika kita bisa menjamin bahwa kabel coax 50 ohm yang kita gunakan adalah jenis low losses , maka ukuran panjang sembarang / bebaspun masih bisa kita gunakan ).

TETAPI ADAKAH CARA “MEMPERPANJANG KABEL” YANG LAIN YANG TIDAK BANYAK MEMBUTUHKAN CONNECTOR / SAMBUNGAN ?

Ya , tentu saja masih ada cara lain untuk memperpanjang kedua kabel percabangan tsb. agar bisa mencapai dimana masing2 antenna berada , yang tidak terlalu banyak menggunakan sambungan connector.

Kita bisa saja tidak menggunakan kabel sepanjang ¼ lambda electric untuk coax yang 75 ohm ( = bagian yang berfungsi sebagai matching transformer ) tsb. Kita bisa menggantinya dengan coax ( yang tetap ) 75 ohm tetapi lebih panjang , yaitu ukuran panjangnya ( masing2 ) ¾ lambda electric atau kalau masih juga kurang panjang ( misalnya antenna2 terpasang di truck ) , kita bisa memakai kabel coax 75 ohm dengan panjang 5/4 lambda electric.

Hasilnya akan sama dengan kita menggunakan panjang ¼ lambda. Jika kita gunakan panjang ¾ lambda maka sebagian panjangnya yang ½ lambda akan secara otomatis berfungsi sebagai “mirror / repeater” ( “pembaca” ulang impedansi antenna ) dan “sisanya” ( kelebihan panjangnya ) yang ¼ lambda akan tetap berfungsi sebagai matching transformer.

Demikian juga panjang 5/4 lambda bisa dipakai menggantikan jika ¾ lambda masih kurang panjang.

BISA JUGA BUKAN ¼ LAMBDA TETAPI ¾ LAMBDA.

Pada salah satu tulisan saya sebelum ini ( yang ada gambar phasing harness semacam ini ) saya menjelaskan seputar ….. “BAGAIMANA CARANYA MEMPERPANJANG KABEL JIKA BAGIAN POTONGAN / SISI KABEL YANG ¼ LAMBDA ITU TERNYATA KURANG PANJANG’.

Salam ,

DH

 

3 komentar:

  1. Artikel ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan khususnya saya yang merasakan kondisi putus sambung pada signal radio rig saat kendaraan bergerak.

    Terima kasih atas semangat berbagai pengetahuannya. Salam

    BalasHapus
  2. om boleh minta nomor kontak hp/wa nya?? JZ27MRZ papua

    BalasHapus
  3. Min. Mau tanya. Yaesu system 600 hf transciver bermasalah pada tampilan 1.sinyal full wlw kabel antena tidak terpasang
    2.sinyal tidak terhubung saat antena di pasang, sinyal in dan output di terhubung dan tampilan nya tetap di masalah no.1. Boleh d bantu masalah nya apa.

    BalasHapus

Propagasi hari ini