MENU

Minggu, 22 Juli 2012

ANTENNA MULTIBAND G5RV




Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )


ANTENNA MULTIBAND G5RV YG TERKENAL INI JUGA SERING DIPOLENYA DIBUAT DARI BAHAN PITA KANDANG KUDA.

Siapa yang nggak kenal antenna multiband G5RV ( Callsign seorang amatir radio Inggris ) ? Antenna G5RV -ada beberapa versi dan atau modifikasi- sudah saya kenal sejak tahun 1970 an dan masih tetap populer sampai sekarang.

Antenna ini selain sering dibangun dari peralatan antenna , juga sering dibuat oleh para ham dengan menggunakan bahan pita kandang kuda.

Karena antenna multiband ini juga bisa bekerja di band 10 meter ( yg dekat dgn band 11 meter ) , saya yakin kita tinggal memodifikasi / memendekkan sedikit panjangnya jika ingin menggunakannya untuk band CB 11 meter ( atau cara lain , bikin aja antenna dipole mono band 11 meter dari Horse Fence Belt ).








HORSE FENCE ANTENNA

Contoh dari gulungan dipole antenna yang dibuat dari pagar kandang kuda> Bisa digulung rapi.

Tapi saya belum pernah pemilik kuda di Indonesia bikin "ranch"/ peternakan kuda yg menggunakan pagar memakai pita semacam ini. Kayaknya ( = mungkin ) belum ada di Indonesia.




Ini adalah contoh salah satu merk dan model anyaman sabuk pagar lokasi "kandang" kuda ( ada sejumlah merk dan juga model/ukuran sabuk / pita ). Yang tampak disebelah kiri itu adalah bagian salah satu ujung sabuk yg sudah dipasangi klem oleh seorang amatir radio untuk dijadikan dipole antenna HF.

Tapi foto ini adalah topiknya seorang ham/amatir radio yg baru pertama kali memakai horse fence untuk antenna. Dia sudah memilih jenis klem seperti digambar , dan juga memilih sendiri jenis "klem tengah dipole"/ terminal yg akan terhubung ke coax, yg tampak disampingnya. Cuman dia bingung bagaimana cara menghubungkan terminal tengah tsb ke dipolenya.

Pada kasus ini , si amatir kurang tepat memilih kombinasi klem dan terminal tengah tsb. ( catatan : Di pasar Amerika ada banyak jenis pilihan isolator , klem , terminal dsb ). Karena bingung , dia memuat fotonya lalu bertanya ke publik / teman2nya "kalau sudah gini , lalu bagaimana cara nyambungnya ?".




Lihat bagian anyaman sabuknya. Disitu terlihat 2 strip2 hitam dikiri kanan ( tepian ) sabuk. Itu adalah bagian kawat penghantar telanjang yg bisa dialiri listrik untuk menjaga kuda2 dalam pagar agar tidak berani main2 dengan pagar yg ada. 

Nah karena Sabuk pagar kandang kuda itu ada konduktornya , ia adalah bahan yg sangat bagus & praktis untuk dipakai jadi antena , terutama karena memiliki kekuatan tarik yg tinggi dan mudah digulung rapi jika ingin dibawa pergi atau untuk field day / kegiatan lapangan.

Jumat, 20 Juli 2012

QRP 0.1 MENGGUNAKAN LADDER LINE 365 OHM



Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )


Untuk kegiatan QRP , selain diperlukan rancangan antenna yang memiliki effisiensi tinggi & mode telegraphy untuk mendapatkan range terjauh , masalah transmission line juga sangat penting. Para ham & experimenter yg serius seringkali meninggalkan ( tidak menggunakan ) kabel coaxial yang ada dipasaran karena menganggap lossesnya masih sangat tinggi. Mereka terkadang membuat sendiri kabel transmisinya untuk mendapatkan rugi2 yang lebih rendah.

Coax dengan foamed insulator memiliki losses lebih rendah dari coax isolator padat / solid insulator , namun itu masih sering dianggap kurang rendah sehingga sebagian dari QRP’er membuat coaxnya sendiri yang “berisolator” udara. Hanya ada udara diantara penghantar inner & outernya ( kecuali hanya ada spacer pemegang inner pada jarak2 tertentu. 

Sebagai pengganti outer conductor bias dipakai almunium atau copper tube dgn diameter tertentu. Sedang inner menggunakan kawat tembaga dengan diameter yang disesuaikan dgn impedansi karakteristik yg kita inginkan dari coax buatan sendiri itu. Kalau foamed coaxial memiliki pori2 udara menggantikan kepadatan isolator pada solid coax, maka coax dgn isolator udara akan memiliki effisiensi optimal ( pada coax untuk station TV atau pemancar2 berdaya besar , juga hanya ada udara diantara inner & outernya serta sistem pompa vacuum untuk menghilangkan kelembaban pada udara yg ada ). 

Tetapi disini saya tidak akan menceritakan coaxial dgn air insulator tsb. Disini saya hanya akan sedikit menceritakan tentang feeder / kabel  antenna jenis lain yang memiliki effisiensi tinggi ( = low losses ) yang per nah saya buat/pakai sekitar thn 1983 – 1985 yaitu kabel antenna jenis LADDER 365 OHM yang saya buat dengan bahan dasar kabel TV / TV Ribbon Line 300 ohm

( Laporan lengkap / artikelnya yg saya beri judul “435 MC QRP 0.1 “ pernah dimuat pada majalah ORARI Pusat “CQ Nusantara” Edisi 8 / edisi Januari – Pebruari 1985 ). Experiment2 nya saya lakukan berdua dengan seorang “old man” ( senior ) ham 3 jaman A. Tamzil / YB1PP ) di Bandung.

QRP 0.1 tsb ( 0.1 watt = 100 mW Power Output ) kita lakukan dengan menggunakan UHF Handy Talky YAESU FT-708 yang memiliki pilihan low power 100 mW pada Power Selector Switch nya. HT ini khusus diproduksi bagi penggemar QRP sehingga posisi High Powernyapun hanya 1 watt. 

RIBBON LINE BISA KITA MODIFIKASI JADI LADDER LINE.
Untuk kabel antenna kita menggunakan kabel TV pipih ( ribbon line ) 300 ohm sepanjang beberapa belas meter yg kita lubangi ( dengan alat pelubang manual buatan sendiri ) sehingga berubah menjadi ladder li ne. Akibat dari modifikasi tsb kabel pipih berubah menjadi penuh lubang lubang yg teratur rapi , line lossesnya menurun cukup banyak namun muncul efek samping berupa naiknya Characteristic impedancenya men jadi 365 ohm.

Penggunaan ladder line cukup banyak membantu meningkatkan effisi ensi pada QRP namun karena impedansi dari feeder tsb. 365 ohm maka kita perlu menyisipkan impedance transformer ( 1 bh diantara antenna & ladder , dan 1 bh lagi untuk mengembalikan impedansi kembali ke 50 ohm lagi sebelum masuk ke pemancar. Karena saya juga menginginkan low losses impedance transformer , maka pilihan saya jatuh ke membuat linear concentric transformer ¼ lambda yg terbuat dari almunium tube dgn inner diameter sekitar 20 mm dan panjangnya ( kalau tidak salah ingat sekitar 16.8 cm ) saya hitung berdasarkan velocity factor 0.97533.

Demikian dulu VHF ribbon line sering saya gunakan & modifikasi menjadi UHF ladder line untuk mendukung experiment2 QRP saya di era thn 80 an.

Itu terpaksa saya lakukan karena di Indonesia kita akan kesulitan men cari TV ladder line 300 ohm sebab yg ada dipasar Indonesia hanya ribbon line 300 ohm. Selewat masa itu saya memang memiliki sendiri 1 roll ladder line 300 ohm “genuine” / ex. pemberian YB1PP yg sengaja mendatangkannya dari luar negeri.

Sebetulnya sih kalau untuk UHF jarak antar kedua konduktor kiri & kanannya kurang dekat jika kita gunakan kabel TV VHF tapi gimana lagi , saya hanya mampu memodifikasi “air space”nya dan tidak mungkin memodifikasi jaraknya 

APA YANG HARUS DIPERHATIKAN JIKA KITA MENGGUNAKAN PARAL LEL LINE ( BAIK RIBBON ATAUPUN LADDER ) UNTUK PEMANCAR VHF / UHF.
01
Agar kedua konduktor tetap balance disetiap titik , tidak boleh ada 1 sisi yg “terus menerus” berada lebih dekat ke dinding , pagar , kayu , tanah dsb. Posisi keduanya harus saling ditukarkan dengan cara kabel dipelintir beberapa puntiran setiap meternya. 

02
Hindari kabel merambat sepanjang logam ( talang , pagar besi dsb ).

03
Jika kabel harus melewati logam ( pagar dsb ) usahakan ia “menembus” secara tegak lurus bidang logam.

04
Bagian2 spacer yang basah ( misalnya diwaktu hujan ) akan menyebab kan naiknya losses pada kabel.

KETERANGAN TAMBAHAN :
Foto diatas hanya untuk ilustrasi saja ( bukan foto dari ladder line 365 ohn yg pernah saya buat ataupun TV ladder line 300 ohm ) , hanya untuk menunjukkan BENTUK KIRA2 nya saja. Yang ada pada foto ini lebih besar dan dipakai untuk penggunaan pada spectrum HF , sedang pada ladder yg saya buat , selain pitanya lebih kecil , bagian spacernya juga lebih tipis dan bagian “jendela udara” nya memiliki porsi yg lebih besar dibanding spacernya.

Saya salut ( ikut angkat topi ) bagi teman2 yg sudah maupun yg baru memulai mencintai QRP. Tapi perlu siap mental juga.Di Indonesia pemakai power kecil masih sering dilecehkan ( dicibir ) & masih banyak orang yg tambah bangga kalau pakai booster dan power2 besar. Itu karena QRP disini belum sepopuler di negara2 maju.

Di negara2 maju justru diantara penggiat QRP itu banyak sekali para profesionalnya dr bidang radio yg sudahmulai bosan dgn power gede dan TERTANTANG DGN BERBAGAI KESULITAN YG AKAN LEBIH BANYAK DIHADAPINYA DIDUNIA VERY LOW POWER.

Juara2 dunia QRP ratingnya sdh berada dikelas "Belasan ribu km / watt" , bahkan mungkin sdh ada yg diatas 20.000 km/watt ( bukan berarti ia sudah berhasil kontak sejauh 20.000 km dengan 1 watt tetapi kalau dgn 250 mW seseorang berhasil kontak 5000 km , itu disebut sebagai prestasi 20.000 km/watt ).

Dan menurut saya, mendalami QRP itu sama dengan sudah berada pada pintu masuk untuk mulai memahami jenis2 komunikasi radio yang sulit & penuh tantangan seperti Ground to Space communication , EME / Earth Moon Earth alias Moonbounce dsb.

Mendalamii QRP juga seharusnya tidak hanya mendalami masalah effisiensi saja , melainkan juga ( akan optimal bila dibarengi dengan ) mendalami Operating Procedures yg baik dan benar. Penguasaannya akan makin memperkuat kemungkinan keberhasilan QRP kita.

INVERTED VEE ANTENNA




Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )


01
Antenna V terbalik ( Inverted Vee ) adalah antenna sejenis dipole yang sering dipakai sebagai pengganti bila pemilik radio tidak memiliki lahan yang cukup luas untuk membentangkan dipole. Kedua ujung antenna dipasang / ditarik kearah ( mendekati ) tanah , sedang bagian tengah antenna ( feed point ) diangkat tinggi dengan menggunakan tiang.

02
Sudut antara kedua kaki / sisi radiator harus antara 90 s/d 120 derajat ( minimal 90 derajat ). Pada sudut ini besarnya impedansi pada feed point maupun panjang yang dibutuhkan bagi bagian ¼ lambdanya akan kurang lebih sama dengan dipole.

03
Pada sebagian besar kasus , panjang dari bagian2 tsb. umumnya akan menjadi ( ketemu ) sebesar 1 sampai 6 % lebih panjang daripada dipole. Berapa panjang  yang paling memberikan hasil optimum ( diantara 1 s/d 6 % tersebut ) , sebaiknya di trim / pruning menggunakan SWR meter.

04
Gain dari antenna Inverted Vee lebih rendah daripada dipole karena antenna jenis ini kurang directive dibanding dipole , namun ada keuntungan “pengganti” lainnya yang kita dapat dari Inverted Vee yaitu arah sudut pancaran ( angle of radiation ) nya yang lebih rendah juga dibanding dipole. Ini memberikan keuntungan lain yaitu antenna ini lebih cocok untuk komunikasi DX jika dibandingkan dengan dipole karena komunikasi jarak jauh pada HF lebih membutuhkan sudut pancaran yang rendah.

05
Inverted Vee lebih popular pada pemakaian di band2 yang lebih rendah ( contoh : antara band 80 sampai band 20 meter ) khususnya bagi mereka yang lahannya terbatas. Bagian Apex ( puncak atau center antenna ) sebaiknya disangga dengan menggunakan tiang bambu , atau bisa juga menggunakan tiang kayu yang tidak terlalu panjang tetapi dipasang diatas tengah2 genting rumah.

06
Rumus panjang total dari radiator atau element antenna ( sisi “kiri” plus “kanan” ) bisa dihitung dengan L ( meter ) = 151,198 : Freq ( MHz ) , atau dalam feet L = 496,08 : Freq ( MHz ). Atau tiap sisi antenna , dalam feet panjangnya adalah 248,04 ( alias sekitar 1.06 X lebih panjang dari dipole ) : Freq ( MHz ).

Djoko Haryono.

ANTENNA DIPOLE ½ LAMBDA



Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )


Tempohari ( sudah agak lama ) saya pernah baca comment salah seorang teman yang ragu untuk membuat antenna dipole karena nggak tahu cara menghitungnya. Senyampang / mumpung saya lagi ada waktu , ini saya tuliskan sedikit ringkasan tentang antenna dipole untuk HF :

01
Dipole ½ lambda termasuk “basic” antenna yg tetap popular sepanjang masa karena sangat mudah dibuat ( tidak rumit ) dan pada kondisi2 tertentu sering bisa untuk dipakai melakukan komunikasi DX di HF ( Bagi experimenter serius kadang merubah sifat bidirectional dipolenya menjadi antenna beam dengan menambahkan reflector dan bahkan juga director tapi tentu saja penempatan tiang2 tambahannya membutuhkan lahan terbuka yg lebih luas ).

02
Dasar dari antenna ini adalah mendapatkan catu ditengah / center fed dan setiap leg panjangnya ¼ lambda. Pengukuran panjang yang tepat sangatlah penting agar kita mendapatkan performance puncaknya.

03
Tegangan minimum ada dititik catu dan tegangan max, ada diujung terluar. Arus max. ada dititik catu dan arus min. diujung dipole.

04.
Kedua posisi Tegangan dan arus itu menghasilkan posisi Impedansi minimum ( terendah ) nya berada di center fed dan diujung terluar dipole terletak Impedansi tertingginya ). Artinya dengan menggeser sedikit demi sedikit feedpoint kearah luar kita akan mendapatkan peningkatan impedansi meninggi secara bertahap.

05
Berapakah impedansi dari antenna dipole ? Kalau kita tanyakan kepada 100 orang ham yang rajin mengamati karakteristik antenna , mungkin 98 orang diantaranya akan menjawab bahwa impedansi dipole ada diantara 70 sampai 75 ohm.
NAMUN KEADAAN SEBENARNYA ADALAH : MEMANG , IMPEDANSI ANTENNA DIPOLE ADALAH 72 OHM TETAPI “NILAI PASTI” 72 OHM ITU HANYA KITA DAPAT PADA KONDISI FREE SPACE , ALIAS ANTENNA DIPOLE DIBENTANGKAN PADA KETINGGIAN YANG CUKUP TINGGI , JAUH DARI CONDUCTING OBJECT DAN DARI PERMUKAAN TANAH.

06
Pada dipole yang jaraknya cukup dekat/rendah dengan tanah , NILAI IMPEDANSINYA BISA SANGAT BERVARIASI !! YAITU ANTARA 40 S/D 130 OHM !! ( Bagi yg tertarik mendalami impedansi , hal ini dijelaskan dengan sangat detil dalam Buku “Impedance” tulisan Rufus Turner / TAB Book No, 829 , khususnya disekitar halaman 58 ).

Untuk antenna jenis FOLDED DIPOLE meski panjangnya juga ½ lambda , impedansi nominalnya adalah 300 ohm.

07
Sebuah dipole ( tergantung pd panjangnya ) KADANG bisa bekerja pada lebih dari 1 band. Sebagai contoh : Dipole ½ lambda yg didesign untuk band 40 meter akan bekerja dengan baik pula jika dioperasikan untuk 15 meter band ( meski perlu diperhitungkan pula bahwa pattern pancaran yg dihasilkannya saling berbeda karena pada 15 meter band dipole tsb bukan bekerja sebagai dipole ½ lambda melainkan menjadi dipole 3/2 lambda ).

08
Untuk isolator tengah ( feed point ) tidak terlalu memerlukan sifat ketahanan tegangan tinggi ( karena disana bekerja minimum voltage ). Isolator kaca yg murah ataupun isolator listrik yg berbentuk telor ( egg insulator ) bisa digunakan ditengah , bahkan dalam kondisi darurat , potongan plastic gagang sikat gigipun –asal kuat tidak mudah patah- atau potongan pipa paralon , sudah bisa dipakai. Namun untuk ujung2 luar dipole sebaiknya digunakan isolator yg berkualitas karena disana bekerna max, voltage dari gelombang.

09
Untuk radiator atau bahan element antenna , jika diperlukan kekuatan fisik ( kekuatan tarik serta tidak mudah putus jika terus ber-goyang2 diwilayah yg banyak angin kencangnya ) maka bahan yang kuat adalah copper-clad atau steel-wire tapi jenis penghantar semacam ini lebh mahal.

Maka pilihan berikutnya yang baik adalah menggunakan stranded copper-wire. Ukuran yang pas adalah kabel ukuran / standard no. 14. Ukuran ini merupakan ukuran paling kompromistis yg mampu menjembatani kebutuhan diameter besar ( untuk mendapatkan lebar bandwidth kerja yg cukup ) dengan kebutuhan diameter skecil mungkin agar berat fisiknya ringan. Ukuran ini menjadi tidak kurang besar tetapi juga tidak terlalu kecil. Contoh ( jika dipakai misalnya untuk band 80 meter ) ukuran yang terlalu kecil bagi dipole yg panjangnya sampai sekitar 40 meter akan mudah putus sendiri oleh beratnya sendiri atau jika ditempatkan diwilayah yg sangat ber-angin. Namun untuk band 11 meter kekuatan fisiknya tidak sekritis antenna 80 meter.

10
( kawat/penghantar pejal ) / Solid copper lebih sering mengalami fatique & putus. Inilah sebabnya mengapa kabel standed ( serabut ) lebih disarankan. 

11
BERAPA PANJANG ANTENNA DIPOLE ?
Untuk pemasangan yang cukup tinggi / free space ( tidak terlalu rendah ) bisa dipakai rumus panjang antenna L ( dalam meter ) = 149,9616 : Freq ( MHz ) atau dalam feet = 492 : Freq ( MHz ).

Tentu saja panjang potongan untuk tiap sisi ( leg ) adalah separo dari hasil ukuran diatas. Perhitungkan bhw ukuran antenna adalah diukur dai ujung ke ujung , artinya jika diujung antenna , ukuran hasil perhitungan diatas anda tekuk kembali mengelilingi isolator lalu saling disolderkan kembali ke titik lain penghantar yg sama , tentulah tanpa anda sadari anda sudah “memendekkan” sendiri hasil hitungan anda.
Pada freq. yang semakin tinggi , pengurangan semacam ini semakin lebih terasa pengaruhnya.

Jika antenna anda kurang tinggi ( terlalu dekat ketanah ) maka rumus diatas perlu dimodifikasi. Maka gunakanlah rumus panjang antenna L ( dalam meter ) = 142,646 : Freq ( MHz ) atau dalam feet = 468 : Freq ( MHz ).

12
Selamat mencoba. Salam,
Djoko Haryono.

SATELIT LAPAN – ORARI SEGERA DILUNCURKAN



Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )


Jika tidak ada perubahan jadwal lagi , satelit LAPAN – ORARI akan diluncurkan dalam 1 – 2 bulan kedepan. Ini kesempatan besar bagi para experimenter & peneliti Indonesia untuk memanfaatkannya , bahkan kesempatan besar bagi para pelajar & mahasiswa untuk mengejar ketertinggalan kita dibidang iptek ruang angkasa.

Selama ini ada persepsi & pemahaman yang salah , yang menduga bahwa komunikasi radio ruang angkasa ( khususnya dari/ke darat/ruang angkasa ) adalah pengetahuan yang sangat rumit , sehingga kalau kita membicarakan bidang ini , seringkali pihak lain akan acuh tak acuh , sinis , apriori atau bahkan menganggapnya sebagai “berbicara terlalu muluk”. Sebagian lagi ( akan ) sama sekali tidak tertarik. Sebagian lainnya lagi mungkin ada yang “belum2 sudah merasa tidak akan mampu atau belum waktunya mengenal / mempelajari itu” dsb.

Persepsi salah itu muncul terutama karena lokasi lawan kita berkomunikasi itu ( dalam hal ini satelit atau wahana ruang angkasa lainnya seperti space shuttle ) berada dilokasi yg diluar jangkauan “langkah” kita , nyaris tidak mungkin kita datangi karena demikian tinngi & jauhnya. Kita sulit / tidak pernah mengadakan gathering , eye ball atau saling mengunjungi dengan mereka. Hal itu menambah rasa asing & keterasingan kita.

Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Melakukan komunikasi radio melalui ( atau dengan ) satelit dan atau awak pesawat ruang angkasa , secara teori TIDAKLAH LEBIH SULIT DARI MENLAKUKAN KOMUNIKASI DARAT KE DARAT, BAHKAN SEHARUSNYA & SEBENARNYA MELAKUKAN KOMUNIKASI DARAT – RUANG ANGKASA ITU LEBIH MUDAH DARIPADA MELAKUKAN KOMUNIKASI DARAT KE DARAT. 

Mengapa demikian ? Karena ketika melakukan komunikasi ruang angkasa kita berhadapan dengan ruang terbuka , tanpa adanya obstacles atau hambatan pepohonan, gedung2 , gunung2 , batas horizon dsb yang berada dan menghadang dilangit sana. Melakukan kontak radio antar titik didarat memiliki hambatan yg jauh lebih banyak.
Melakukan spce communcation memberikan kemudahan tersendiri dan peluang yang ( sebenarnya ) lebih besar untuk berhasil.
Lantas dimanakah letak masalahnya sehingga space communication mudah kita persepsikan sebagai “akan luar biasa sulit” ?

Ada beberapa masalah tetapi yang paling utama ada 2 hal :

01
Masalah utamanya adalah melakukan komunikasi satelit memiliki “jendela waktu” atau batasan2 waktu ( tidak bisa kita lakukan kapanpun sepanjang waktu & setiap hari seperti komunikasi lainnya). 

02
Hal kedua adalah “Kesulitan dalam menentukan arah antenna kita”. Kalau pada komunikasi darat ( misalnya dari Jakarta ) kita mengarahkan antenna ke Semarang adalah sangat mudah karena dimana letak kota Semarang sudahlah pasti. Tetapi lain dengan satelit ( kearah mana beam antenna kita harus kita arahkan ). Ketika sebuah satelit muncul di cakrawala – kita sebut saja sebagai jendela ( kesempatan untuk ) komunikasi mulai terbuka- kita tidak tahu satelit itu ada dimana. Dia bisa muncul dan berada diufuk Barat , atau di Timur , Utara atau Selatan.
Kalau kita “salah duga” dan antenna kita arahkan ke Tenggara , padahal satelit sedang muncul dari Barat laut , ya tentu saja kita akan gagal menerima signalnya ( yg berarti pasti akan gagal mengadakan komunikasi )

Demikian juga dengan masalah untuk mengetahui “Kapan ( tanggal berapa ) dan “dari jam berapa sampai jam berapa” wahana itu akan lewat diatas kita ( dengan tetap tidak terlihat mata ) maka kalau kita salah menghitung , kitapun akan gagal.

Jadi itulah persepsi keliru selama ini yang perlu kita luruskan. Secara propagasi / ilmu radio “Line Of Sight” sebenarnya melakukan kontak radio dengan wahana ruang angkasa adalah jauh lebih mudah karena besar/terbukanya LOS tersebut , sehingga sebetulnya –dan ini yang perlu kita sadari- letak problem utamanya ( bagi mereka yang masih asing ) sebetulnya adalah LEBIH PADA PERLUNYA MENGENAL CARA MENGHITUNG ATAU MENGETAHUI ( selain tentu saja keharusan mengetahui freq. uplink / downlink / Doppler / mode nya ) KAPAN DAN KEARAH MANA ANTENNA KITA HARUS KITA ARAHKAN.

Begitu pengetahuan ini sudah anda kuasai , maka sebenarnyalah kans untuk bisa berhasil mengadakan komunikasi darat – ruang angkasa sangatlah terbuka lebar ( catatan : satu dua kali pernah mengalami kegagalan adalah hal yang biasa ).

Jadi bagi teman2 semua ( terutama yang muda2 ) , siapkan dirimu untuk mulai memasuki “teknologi / era ruang angkasa” itu. Pemerintah sudah menyediakan sarananya ( satelit LAPAN – ORARI. Mulailah mempelajari masalah2 Orbit Data & Keplerian dan mulai belajar untuk hunting ( melakukan tracking ).

Saya sendiri mungkin sudah kurang aktif lagi , namun untuk IKUT MENDUKUNG KELAHIRAN / LAUNCHING SATELIT AMATIR KITA SENDIRI LAPAN – ORARI SATELLITE ITU , saya mencoba memberikan 2 saran yg murni berasal dari naluri ( atau corat coret ) saya sendiri , yaitu 
01 LOKASI
Bagi para experimenter yang kebetulan tinggal satu propinsi dengan saya ( Jatim ) , saya sodorkan / berikan / TUNJUKKAN salah satu LOKASI TERBAIK UNTUK BELAJAR MELAKUKAN TRACKING. Karena namanya belajar , sebaiknya jangan mulai dgn “yang banyak kesulitannya”. Pilihkan lokasi yg TERKECIL TINGKAT INTERFERENSINYA ( karena Indonesia memiliki lingkungan udara yg “terkotor” dengan jumlah gangguan , ketidak tertiban serta stasiun illegal yg luar biasa banyaknya ).

Untuk belajar tracking, saya rekomendasikan untuk melakukannya dari “lokasi yang tersembunyi didalam cekungan” , yaitu di kaldera kawah pegunungan Tengger , disekitar gunung Bromo. Jangan mencari tempat2 tinggi dibibir atau pucak kaldera ( seperti di Penanjakan atau sisi bibir lainnya , tetapi masuklah kedalam cekungannya !! )

Tetapi ingat bhw didalam kaldera itu anda akan punya LOS yg sangat terbuka ke lokasi puncak Penanjakan yg dipenuhi gardu2 / panel / station berbagai repeater.

Maka didalam kalderapun saya masih merekomendasikan anda untuk “bersembunyi” dan menghilangkan diri dari LOS tersebut. Jauhi kemung kinan interferensi kuat dari repeater2 tsb. Bagaimana caranya ?

Plotingkan 2 kordinat ke peta anda yaitu.

Point A 07/57.642S 112/58.647E
Point B 07/58.409S 112/58.110E
Point C 07/58.766S 112/56.976E

Kemudian hubungkan ke 3 kordinat tsb dengan garis.

Di lapangan carilah ( pilih sendiri ) lokasi disekitar garis bertekuk tersebut. Itulah lokasi tracking terbaik bagi anda ( sekalian camping di savanna arah ke Jemplang tsb ).
02 TILTED TURNSTILE
Organisasi pemilik / pengelola suatu satelit amatir seringkali memberikan rekomendasi tentang “antenna jenis apa yang tepat bagi jenis rbit satelit mereka” kepada public pengguna.

Diluar saran itu , saya ( paling tidak , sampai saat ini ) saya yakin bahwa antenna TURNSTILE YANG DILENGKAPI SCREEN REFLECTOR akan cocok / bisa dipakai untuk berburu satelit LAPAN – ORARI nanti jika sudah diluncurkan.

Pada foto diatas saya berikan contoh dari antenna Turnsile TAPI DISINI BELUM DILENGKAPI DENGAN SCREEN REFLECTOR , jadi harus ditambahi sendiri ( ada banyak referensinya d Internet ). Ukuran2 nya tentu saja harus menunggu & disesuaikan dengan freq. satelit LAPAN – ORARI.

Ini hanya salah satu konfigurasi saja dari antenna Turnstile. Matching linenya TIDAK HARUS SEPERTI YG ADA DIGAMBAR. Ada beberapa pilihan konfigurasi , bahkan ada jenis yang lebih sederhana dengan cukup menggunakan U – Balun.

Dan rekomendasi yang berikut ini MURNI VERSI SAYA ( saya belum pernah melihat orang lain membuatnya ). Idenya adalah memodifikasi Screen Reflector –yang aslinya ukurannya cukup mengganggu kalau dibawa / dimuat ke mobil- menjadi screen reflector YANG BISA DILIPAT ( versi itu dulu saya buat –puluhan thn yg. lalu- untuk hunting space shuttle Columbia dgn Astronoutnya Owen K. Garriot yg amateur radio / W5LFL ).

Idenya adalah tidak membuat reflector menjadi 1 frame besar , melainkan “memecahnya” menjadi 3 kerangka ( kerangka yg ditengah lebarnya paling kecil , maksimum 20 cm saja ) , lalu saya hubungkan dengan ke 2 kerangka kisi2 reflector lainnya dengan memasangkan ENGSEL PINTU diantaranya.

Hasilnya ? Bagian cross dipolenya bisa kita lepas untuk transportasi , lalu frame reflectornya kita lipat , maka antenna turnstile tsb lengkap dgn reflectornya misa lebih mudah untuk kita angkut pakai mobil. Mudah untuk di pindah pindahkan. Kalau akan dipakai, reflectornya tinggal dibuka & dikunci
.

Senin, 09 Juli 2012

MODIFIKASI TOTAL RADIO CB 27Mc MENJADI 11Mc



Skematik Down Converter di atas berfungsi untuk menurunkan frekwensi VCO Radio CB yang berkisar 37Mc menjadi sekitar 21Mc, Untuk radio CB yang menggunakan frekwensi IF/X'tal Filter 10.695Mc seperti pada kebanyakan Radio CB pada umumnya.

Silahkan pilih salah satu dari ketiga skematik Down Converter diatas.

Rangkaian ini harus dipasang langsung di dalam Radio CB pada bagian VCO out atau dengan cara memotong sedikit jalur pcb yang nyambung dengan kapasitor kopling dari out VCO yang menuju ke bagian RX Mixer dan TX Mixer.

Jadi bagian IN Converter ini disambung  ke jalur pcb yang sudah terpotong tadi yang menuju ke bagian out VCO dan bagian OUT converter disambung ke bagian pcb potongannya tadi yang menuju ke percabangan antara titik sambung masing2 kapasitor yang menuju ke RX Mixer dan ke TX Mixer dalam Radio CB.

Untuk pemberian tegangan +8V pada rangkaian converter ini bisa diambilkan dari regulator yang sudah ada dalam Radio CB pada bagian kaki emitor tarnsistor Q36, biasanya pada SS2000, 2200, 2400 type transistornya adalah D325 atau D837.

CONTOH PEMASANGAN CONVERTER PADA BEBERAPA RADIO CB sbb :

SUPERSTAR 2000, 2200, 2400 dan lainnya yang mempunyai type No. PCB yang sama.
Cari IC2 (VCO Mixer TA7310P), kemudian dekat dengan IC2 ini ada T1dan T2.
Pada bagian sekunder trafo T2 mempunyai dua kaki, satu kaki konek ke ground pcb dan kaki yang lain menuju ke titik sambung dua buah kapasitor yang masing2 menuju ke RX Mixer dan ke TX Mixer, atau C36 15pF menuju ke RX Mixer dan C35 39pF menuju ke TX Mixer.

Untuk lebih jelasnya silahkan lihat gambar di bawah ini.


Potong jalur pcb untuk kaki T2 tadi yang menuju ke titik sambung dua buah kapasitor tadi dengan cutter sedikit saja biar jalurnya jadi terpisah. Untuk pemotongan jalur pcb ini pastikan dekat dengan kaki T2 supaya yakin jalur yang dipotong tadi adalah jalur pcb sebelum titik sambung percabangan dua buah kapasitor.

Setelah pemasangan converter selesai, selanjutnya kita juga harus merubah/membuat lilitan baru supaya bisa bekerja pada 11Mc.

Gambar di bawah ini adalah gambar bagian dalam radio CB SUPERSTAR 2000.
Silahkan perhatikan tanda panah merah tersebut yang ada kaitannya dengan modifikasi ini.

Lilitan atau coil dan trafo mana saja yang perlu di rubah untuk bisa bekerja di 11Mc, akan saya jelaskan selanjutnya di bawah ini.


Keterangan tanda panah merah pada gambar komponen Radio CB SUPERSTAR 2000 diatas yang ada hubungannya dengan modifikasi ini sbb :

IC2 : TA7310P atau C1000 adalah IC VCO Mixer
X'TAL FILTER : 10.695MHz
Q36 : Transistor Regulator - ambil tegangan +8V untuk Converter pada kaki Emitor nya
T1, T2 : Trafo VCO Band Pass Filter
T3, T4 : Trafo TX Band Pass Filter - perlu dirubah ke 11Mc
T5 : Trafo kopling dari RF Pre Amp ke RF Driver TX - perlu dirubah ke 11Mc
L15 : Lilitan RFC Collector Transistor C1969 Final TX - perlu dirubah
L16, L17, L18 : Lilitan Low Pass Filter - perlu dirubah ke 11Mc
T8 : Trafo RX Amplifier - perlu dirubah ke 11Mc
T9 : Trafo Noise Blanker - perlu dirubah ke 11mc
T10 : Trafo RX Mixer - perlu dirubah ke 11Mc





Gambar diatas adalah cara  membuat lilitan untuk 11Mc dan untuk lilitan LPF tidak saya sertakan disini. Silahkan rekan2 berkreasi untuk mencoba-coba sendiri sampai hasil akhir output tx nya harus sekitar 10 - 12 Watts dengan transistor final C1969 aslinya radio CB.

Disini saya sedikit berikan gambaran mengenai jumlah lilitan LPF nya, serta ukuran diameter kokernya yaitu :
L16, L17, L18 : 6 lilit, dia kawat 0.8mm, dia koker sama seperti sebelumnya bawaan dari radio CB.

Untuk kapasitor2 pada bagian LPF ini sebenarnya tidak mudah untuk disebutkan ukuran tepatnya. karena menurut pengalaman saya, selalu ada perbedaan sedikit nilai kapasitor tersebut pada beberapa modifikasi.

Jadi sebenarnya untuk mencari kecocokan antara L dan C pada rangkaian LPF ini, saya tempuh dengan melaui trial and error sampai didapatkan output tx nya mendekati atau sama seperti radio CB sebelumnya yaitu sekitar 12 watts.

Namun untuk sekedar referensi rekan2 yang berminat untuk mencoba modifikasi ini akan saya gambarkan perubahan LPF dari radio CB ke 11Mc seperti dibawah ini :




CARA PEMASANGAN CONVERTER PADA RADIO CB LAINNYA

ARIES SUPER 120
Cari saja langsung kapasitor C3 dan C56, kemudian potong jalur pcb yang menghubungkan antara kaki trafo/coil sekunder bagian VCO out dengan kedua kapasitor C3 dan C56. Sambungkan converter buatan kita pada potongan jalur pcb tadi pada titik sambungan dua buah kapasitor C3 dan C56.
Atau bisa dengan cara melepas trafo/coil VCO ( T1 ) supaya kita tidak perlu melakukan pemotongan jalur pcb tadi.

COLT 485, 320, LAFAYETTE 800 dan lainnya yang mempunyai type No. PCB yang sama
Lebih mudah lagi pada Radio CB seperti Colt 485, Colt 320 atau Lafayette 800 karena kaki T2 (Out VCO) , yang menuju ke titik sambung dua buah kapasitor tadi mempergunakan kawat jumper yang melintang dibagian atas pcbnya, jadi kita tinggal melepas kawat jumper tersebut dan menggantikannya dengan IN dan OUT converter buatan kita tadi.

Adapun lokasi kawat jumper tadi akan mudah ditemukan karena sejajar dengan lempengan logam penyekat antara bagian PLL, VCO dan X'tal Filter, itu loh...yang ada kawat jumper nyebrang di kolong lempengan logam penyekat tadi.

Untuk modifikasi Radio CB dengan cara converter dipasang langsung di dalam ini, memang tingkat kesulitannya lebih tinggi.

Selain kita harus menurunkan frekwensi VCO nya, kita juga harus merubah lilitan RX Amp, Band Pass Filter, lilitan trafo kopling pada bagian Pre Driver dan Driver TX juga bagian Low Pass Filter dalam Radio CB tersebut.

Dengan cara modifikasi demikian konsekwensinya Radio CB tersebut jadi tidak berfungsi lagi di 27Mc karena sudah dirubah total menjadi transceiver yang bekerja pada 11Mc.

Jadi silahkan dipertimbangkan dengan baik2 untuk cara modifikasi seperti ini. Karena pada saat ini jenis Radio CB agak sukar didapat kalaupun ada banyak yang baru tapi kan...kita harus merogoh kocek agak dalam2 hehehe :-)

Selesai sudah sedikit gambaran bagaimana cara memodifikasi total Radio CB ke 11Mc.
Dengan mempelajari tentang cara modifikasi ini diharapkan kita bisa juga memodifikasi Radio CB untuk frekwensi lainnya selain 11Mc, karena pada prinsipnya sama saja, hanya saja kita harus mengganti X'tal pada converternya beserta lilitan2 nya pada RX Amp, RX Mixer, BPF, LPF dan lainnya seperti yang sudah dijelaskan diatas.

Misal modifikasi untuk Band 80 Meters, 40 Meters dll, bisa kita lakukan dengan rumus sbb :
Frekwensi IF atau X'tal Filter pada Radio CB ini adalah 10.695MHz.
Frekwensi VCO out sekitar 37Mhz (tergantung juga dimana posisi switch channel dan band CB yang dipakai).

Maka untuk mencari frekwensi kerja yang kita inginkan sbb :
Misal kita ingin memodif ke 80 Meters atau sekitar frekwensi 3.7Mhz, maka rumusnya adalah :
Frek kerja + Frek IF = Frek VCO yang diperlukan.
Jadi 3.7Mhz + 10.695MHz = 14.395Mhz, jadi kita memerlukan VCO outnya sekitar 14.395Mhz

Sedangakan VCO Radio CB itu outnya sekitar 37Mhz, maka kita harus menurunkannya dengan rangkaian converter yang kita buat supaya menjadi 14.395Mhz.

Untuk mencari nilai X'tal yang diperlukan untuk di pasang di rangkain converter adalah sbb :
Sekarang pakai rumus: Frek VCO CB - Frek VCO baru atau 37Mhz - 14.395Mhz = 22.605Mhz, maka X'tal yang diperlukan untuk converternya adalah 22.605Mhz, berarti frekwensi VCO asli Radio CB yang sekitar 37MHz akan dikurangi olek frekwensinya X'tal pada converter sebesar 22.605MHz sehingga menjadi 14.395MHz supaya bisa bekerja di 80 Meters, dengan IF/X'tal frekwensi 10.695MHz.

Penjelasannya secara singkat/tidak detail adalah :
Pada waktu kita receive, sinyal radio dengan frekwensi 3,7Mhz melalui antenna, kemudian sinyal ini akan bercampur di RX Mixer dengan frekwensi dari VCO sebesar 14.395Mhz, sehingga mempunyai selisih frekwensi sebesar 10.695 MHz, dimana frekwensi ini merupakan frekwensi IF nya radio CB.

Pada waktu transmit, frekwensi VCO sebesar 14.395 akan bercampur di TX Mixer dengan frekwensi dari IF sebesar 10.695MHz, sehingga akan mempunyai selisih frekwensi 3.7Mhz, dimana frekwensi ini merupakan frekwensi kerja yang kita inginkan yaitu di 3.7MHz.

Selamat mencoba and Good luck,

CONVERTER 27Mc TO 11Mc



Skematik Down Converter di atas berfungsi untuk menurunkan frekwensi Radio CB yang berkisar 27Mc (11 Meters Band) menjadi sekitar 11Mc (26 Meters Band).

Supaya tidak membingungkan sebagian rekan2 yang tidak biasa atau belum mengenal mengenai frekwensi 11Mc yang saya maksud adalah frekwensi 11.415Mc dan sekitarnya ;-)

Tetapi bagi rekan2 yang biasa nongkrong pada frekwensi ini, pasti sudah tidak asing lagi kalau kita bilang 11Mc, ya..sudah pasti sekitar itu lah...hehehe :-)

Rangkain converter ini dirakit diluar atau secara terpisah dengan box tersendiri sehingga mirip seperti sebuah  Booster CB.

Jadi apabila diperlukan untuk supaya bisa transmit dan receive di 11Mc, tinggal menghidupkan saklar ON saja yang di pasang di panel depan dari pada box converter ini tapi kita juga harus menambahkan rangkaian RF SWITCH yang dipasang pada 27Mc INPUT TX/RX converter ini atau lihat pada skematik di inputnya Bagian ATTENUATOR.

Untuk skematik RF Switch bisa di ambil dari skematik BOOSTER 27MHz 60WATTS dengan IRF540 yang pernah saya postingkan di blog ini sebelumnya atau bisa dilihat di Kumpulan Skematik Radio Tengkorak.

CARA KERJA CONVERTER INI :

1. Pada saat transmit

Bagian Oscilator merupakan suatu Oscilator X'tal yang berfungsi untuk membangkitkan frekwensi sebesar 16Mc. Yang mana frekwensi 16Mc ini selanjutnya dicampurkan dengan frekwensi 27Mc dari Out Antenna Radio CB pada bagian DOUBLE BALANCE MIXER.

Jadi pada saat transmit dengan menekan PTT Radio CB, frekwensi 27Mc akan dikurangi 16Mc, sehingga menjadi 11Mc.

Kemudian diteruskan ke bagian BAND PASS FILTER atau BPF yang bekerja pada 11Mc, untuk selanjutnya akan diperkuat oleh bagian RF PRE AMPLIFIER melalui Dioda Switching yang terbuka pada waktu transmit.

Diperlukan bagian tambahan lagi yang belum ada pada skematik converter ini seperti bagian DRIVER dan FINAL RF AMPLIFIER dan termasuk LOW PASS FILTER untuk 11Mc.

Untuk bagian Driver dan Final RF Amplifier termasuk juga Low Pass Filter, rekan2 bisa pilih dan memadukannya dengan rangkaian converter ini dari sekian banyak pilihan dengan output power yang bervariasi pula. Bisa menggunakan RF Linear Amplifier yang menggunakan mosfet atau transistor biasa bahkan bisa pakai lampu tabung juga.

2. Pada saat receive

Pada saat receive, rangkaian converter ini akan mengembalikan lagi frekwensi 27Mc dengan cara menambahkan frekwensi 11Mc yang diterima antenna dengan frekwensi 16Mc yang dibangkitkan oleh Oscilator X'tal pada bagian DOUBLE BALANCE MIXER, yang selanjutnya frekwensi 27Mc ini diteruskan ke bagian RX Amplifier dalam Radio CB melalui antennanya.

Senin, 02 Juli 2012

EFFECTIVE APERTURE VS GAIN



Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )

EFFECTIVE APERTURE VS GAIN.  Ulasan dari Om Djoko Haryono

Ya , CAGE DIPOLE memiliki gain lebih tinggi dibanding DIPOLE. Berapa dB cage dipole lebih kuat dibanding dipole ? ya tergantung berapa “konduktor/elemen parallel” yang digunakan. Untuk layak disebut “sangkar / kurungan / cage” minimal diperlukan 3 bh dipole yg diparallel membentuk lingkaran ( Jawa = bumbung ). Cage antenna bisa dibaut mulai dari 3 , 4, 5 dst sampai banyak konduktor / elemen yg dipasang melingkar pada “frame” pemegangnya.

Cage dipole memiliki gain antara 5 – 10 dB lebih tinggi dibanding dipole tunggal. Cage dipole. Cage dipole juga memiliki Bandwidth ( B/W ) yang lebar , selain memang bisa juga konduktor2nya dirancang untuk tidak sama panjangnya sehingga menjadi semacam dipole multi array ( multi freq. ) yang konduktor2nya disususn melingkar.

Terlepas dari alternative menyusun konduktor2 yang berbeda-beda panjangnya , khusus dalam topic ini yang kita maksud dengan cage dipole adalah yang menggunakan konduktor2 yang sama panjangnya sehingga susunannya akan berbentuk seperti bubu ( “keranjang” perangkap ikan disungai yg terbuat dari bambu ).

Bahwa cage dipole antenna memiliki gain lebih tinggi jika dibandingkan dengan ( basic ) dipole itu suatu hal yang wajar dan mudah “dilihat” /ditebak karena hal2 berikut :

01
Saya pernah bbrp kali menulis bahwa “ukuran” sebuah antenna ada kaitannya dengan tinggi rendahnya tingkat penguatan ( Gain ) antenna tsb.

02
Atau lebih ( semaikin ) tepat lagi kalau istilah “ukuran” itu kita ganti dengan istilah sebenarnya yang umum / baku dipakai didalam ilmu ttg. antenna yaitu EFFECTIVE APERTURE. Effective aperture dari sebuah antenna berkaitan dengan luasnya “area tangkapan” dari sebuah antenna. Dengan sekilas melihat , setiap antenna akan menimbulkan kesan individual yg. ber-beda2 , apakah terkesan sangat kecil/kekecilan ( semisal antenna pendek/rubber duck sebuat HT) apakah terkesan kecil ( ¼ lambda ) , tipis ( dipole ) , gemuk ( cage dipole ) , besar ( directional multibeam ) dsb.

Jika sebuah antenna semakin diperpendek / dikurangi ukurannya dari ukuran konduktor tunggal resonans aslinya , maka gainnyapun akan semakin turun.

Semakin besar ( yg biasanya juga semakin rumit membuatnya ) akan semakin tinggi gainnya. Sebuah antenna pengarah / beam / directional bisa dirancang memiliki gain yang “medium” , tetapi dengan membuatnya lebih panjang boom nya dgn jumlah elemen makin banyak , gainnyapun akan meningkat. Namun demikian seberapapun tingginya gain antenna tsb. pastilah gainnya akan masih kalah dengan kalau ada 2 antenna semacam yg di stack / parallel. 2 antenna yg. di parallelpun akan kalah dengan 4 antenna parallel karena ( effective ) aperture atau cuas cakupan area tangkapan / radiasinya berbeda. Dengan kata lain , dari melihat “TONGKRONGAN” nya , kita bisa memperkirakan berapa ( kurang lebih ) gainnya.

Demikianlah secara umum memang sering ada kaitannya antara “tingkat kesulitan / kerumitan & ukuran” sebuah antenna dengan besar kecilnya gain.

Setiap “tongkrongan” memang selalu ada “harganya”.






Disini saya berikan gambar ( diatas ) untuk memberikan sedikit gambaran tentang area aperture dari sebuah antenna.



CAGE ANTENNA LAINNYA




Ini foto dari cage antenna ( vertical ) selain milik US Navy yg. dimuat tadi. Dilihat dari jarak jauh. Lha kita dikasih 1 towernya saja yg. tingginya ratusan mtr itu wah sudah senangnya bukan main , apalagi dikasih antenna utuhnya , tanah sak RW bisa habis. Padahal antenna "sangkar" yg ada di area ini bukan hanya 1 tapi banyak ( sebagian cage antenna lain -dgn freq. kerja yg berbeda- terlihat dikejauhan dilatar belakang- ). Kira2 butuh tanah sak kecamatan untuk membangun antenna yang dinamakan ELEPHANT CAGE ANTENNA , alias antenna sangkar berukuran gajah. Ya gajah ukurannya , ya gajah gainnya. Bahkan duitnyapun rekeningnya atas nama gajah.





Sebuah cage antenna ( ataupun setiap jenis / model antenna ) bisa dirancang untuk memiliki ukuran "biasa" , atau bisa juga "mini" , atau besar , bahkan juga raksasa. Setiap APERTURE ( ukuran atau "tongkrongan" memiliki nilainya masing2 ). Gain dari sebuah antenna praktis tidak ada batasnya. Kita bisa merancang gain antenna yang "setinggi biaya / uang yang kita miliki , sekaligus seluas area yang bisa kita pakai". Ini berlaku untuk semua jenis antenna.

Pada gambar ini kita melihat sebuah cage antenna model vertikal yang sengaja dibuat dengan ukuran yang lebih besar dari lapangan sepak bola. Ini adalah cage antennanya US Navy di Okinawa. Demikian juga US Army dan bbrp pihak lainnya juga ada yang membangaun cage antenna -atau antenna2 jenis lain- yang aperture / ukuran / tongkrongannya membutuhkan tanah seluas lapangan sepakbola atau bahkan beberapa kali lebih besar dari stadion.

Minggu, 01 Juli 2012

MENCARI MOBIL ELEKTRIK TERBAIK

Dengan trend penjualan mobil di Inggris menuju ke mobil elektrik, pasar ini semakin lama semakin dibajiri dengan model terbaru. Bisa saja konsumen menjadi bingung untuk memilih mobil yang mana yang terbaik?

Artikel ini memilih beberapa produk mobil elektrik yang sedang dijual di pasaran dan membandingkan mereka dalam bentuk ekonomi, kecepatan dan jenis mobil; membantu Anda untuk memilih yang mana yang terbaik untuk kebutuhan Anda.

Sebagai permulaan, ada mobil Opel Ampera yang diberi predikat mobil Eropa tahun ini. Dengan design yang sporty dan fun, tampak luar mobil ini tidak seperti mobil elektrik pada umumnya. Tetapi tentu saja tidak hanya itu, Ampera menggunakan tidak satu- tetapi dua mesin. Motor elektrik, tidak berfungsi untuk menggerakkan kendaraan, tetapi sebagai tenaga tambahan untuk mesin petrol. Anda masih dapat menggunakan opsi petrol. Anda juga dapat menggunakan pilihan elektrik saja, tetapi dengan tenaga listrik Anda hanya dapat menempuh jarak sekitar 50 km, dimana dengan tenaga bensin Anda dapat menempuh jarak tambahan 482 km. Teknologi menciptakan mobil yang tidak hanya efisien untuk bepergian jarak dekat, tetapi juga jarak jauh – walaupun mobil ini kurang ‘ramah lingkungan’ jika dibandingkan dengan mobil tipe lainnya.

Sebagai kontras, Nissan Leaf, hanya berdasarkan pada tenaga listrik dan membawa Anda sejauh 161 km jika baterai terisi penuh. Hal ini mungkin saja lebih ramah lingkungan, tetapi charging memerlukan waktu selama 8 jam menggunakan stasiun docking di rumah, atau 30 menit dengan charger cara cepat. Karena model ini tidak menggunakan bensin, jadi tidak ada emisi yang terproduksi – lebih eco-friendly dan lebih ekonomis. Bentuknya yang seperti busur panah tampak tajam juga klasik.

Kemudian ada mobil elektrik Ford Focus dengan tipe yang hampir serupa dengan Nissan Leaf, yaitu mobil elektrik penuh. Perbedaaannya hanyalah sistem pendinginan yang berarti baterai lebih tahan lama – apalagi di lingkungan dengan iklim tropis seperti Indonesia. Fokus dari mobil ini juga sistem charging yang lebih cepat, hanyalah memerlukan waktu 3 jam untuk charging secara maksimal. Design dari mobil ini lebih tampak tradisional daripada mobil futuristic yang telah dibahas sebelumnya.

Coda EV mungkin saja tidak tampak semenarik merk lainnya, tetapi ada beberapa keuntungan dari mobil-box ini. Jarak tempuhnya lebih panjang sejauh 145 km, dan baterainya, lagi lagi charge penuh dalam waktu tiga jam, yang berarti mobil ini bisa digunakan untuk perjalanan jarak jauh. Cocok sebagai mobil keluarga.

Terakhir, tetapi bukan berarti terakhir di urutan ranking adalah Mercedes-Benz SLS AMG E-Cell. Mobil ‘buas’ ini adalah mobil elektrik penuh dengan tenaga kuga 571 yang dapat berakselerasi sejauh 100km/jam dalam waktu 3.7 detik. Dengan bentuknya yang elegan dan klasik ‘khas’ dari Mercedes, mobil ini menjadi mobil yang paling diminati dari mobil lain yang telah dibahas sebelumnya.

Tentu saja produsen mobil ini berlomba-lomba untuk bekerja sama dengan perusahaan elektrik seperti Texas Instruments, Molex, NXP, TE Connectivity  untuk melengkapi daya saing mereka. Jadi, yang mana pilihan Anda?