MENU

Minggu, 30 September 2012

MENGHITUNG dB & EIRP DARI ANTENNA



Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )



MENGHITUNG dB & EIRP DARI ANTENNA
Oleh : Djoko Haryono


Sebelum kita bisa memperkirakan ( menghitung ) seberapa jauh coverage area sebuah repeater, maka berapa total ( hasil akhir ) penguatan dan EIRP ( Effective Isotropic Radiated Power ) yg dihasilkan dari sebuah antenna beserta rangkaiannya sangatlah diperlukan terlebih dulu. 

Memperkirakan seberapa jauh coverage sebuah repeater sangat diperlukan untuk tujuan kordinasi ( agar tidak terjadi saling ganggu atau tumpang tindih antar 2 atau lebih repeater , mengatur / membagi penempatan dsb ). Kegunaan lainnya adalah agar bisa dilakukan pengawasan ( monitoring ) secara periodik. 

Menghitung EIRP bukanlah hal yang sulit karena bisa dilakukan secara langsung hanya dengan cara mengalikan PEP output dari pemancar dengan penguatan ( gain ) dan seluruh rugi2 ( losses ) yang terjadi / ada dalam rangkaian antenna. Terbaik / termudah adalah menggunakan satuan dB ( decibel ) sehingga sebagian besar perhitungan menjadi makin sederhana karena tinggal melakukan penjumlahan dan pengurangan saja , dan barulah kemudian dikonversi sesuai dengan factor perkaliannya. 

Berikut ini adalah sebuah contoh urutan menghitung : 

Feed-line loss _____ dB 
Duplexer loss _____ dB 
Isolator loss _____ dB 
Cross-band coupler loss _____ dB 
Cavity filter loss _____ dB 
_____________ 
Jumlah Rugi2 ( Total losses ) (L) _____ dB 

G (dB) = antenna gain (dBi) – L 

dimana G = gain dari antenna. ( Jika gain antenna dinyatakan dalam dBd, tambahkan 2.14 dB ke nilai dBi yang ada.) 

M = 10G/10 dimana 

M = factor perkalian 

EIRP dalam watt = Output pemancar (PEP) M 

CONTOH 
Sebuah pemancar repeater memiliki power output 50 W PEP (FM transmitter 50 watt ). Total losses dari panjang coax yang dipakai ( tergantung jenis & panjangnya ) misalnya sebesar 1.8 dB. Rugi2 duplexer misalnya 1.5 dB, dan circulator pada transmitter port memiliki losses 0.3 dB. Tidak ada cavity filter atau cross-band coupler yang terpasang pada system. Gain dari Antenna yang digunakan 5.6 dBi. 

Kita hitung : 
Feed line loss 1.8 dB 
Duplexer loss 1.5 dB 
Isolator loss 0.3 dB 
Cross-band coupler loss 0 dB 
Cavity filter loss 0 dB 
_____________ 
Jumlah losses (L) 3.6 dB 

Total Penguatan dari keseluruhan sistem antenna dalam dB = Gain antenna dikurangi rugi2 , jadi G = (dBi) – L G = 5.6 dBi – 3.6 dB = 2 dB 

Faktor Perkalian ( Multiplying Factor ) = M = 10G/10 M = 102/10 = 1.585 

EIRP pemancar dalam watt = transmitter output (PEP) M EIRP = 50 W 1.585 = 79.25 W 

PENTING : 
Didalam praktek sering ditemukan adanya rangkaian system antenna yang sangat tidak effisien. Bila total rugi2 yang ada sangat besar ( tanpa disadari pemiliknya ) , maka hasil hitungan ( G ) nilainya BISA NEGATIF ( alias factor perkaliannya menjadi kurang dari 1 ). 

Ketika situasi semacam ini yang terjadi maka antenna kita akan memancarkan EIRP yang lebih rendah ( kecil ) daripada Output Power Pemancar. 

Cara penghitungan diatas adalah cara umum ( General ) , artinya prosedurnya bisa dipakai untuk menghitung pada berbagai macam antenna. Jadi kalau diatas contoh yang diberikan adalah sebuah antenna Repeater , maka itu hanya sebuah contoh saja. 

Mungkin yang bisa sangat berbeda beda pada setiap kasus ( = masing2 sistem antenna ) dan perlu dicermati adalah jumlah total dari Rugi2 "Insertion Loss" yang AKAN SANGAT TERGANTUNG dari alat apa saja yg terpasang / dipakai antara Pemancar dengan antenna , misalnya kalau pakai SWR meter ya losses SWR meternya dihitung , kalau pakai Tuner / Coupler ya nilai Tunernya ikut dihitung. 

Demikian juga ada berapa macam dan berapa jumlahnya connector , sambungan connector , sambungan T , antenna switch dsb. yang terpasang. Itupun insertion loss nya masing2 ( dalam dB ) bukanlah sebuah angka yang fixed melainkan besarnya tergantung dari frekuensi ( sebuah connector yg sama akan memiliki losses yg lebih tinggi ketika digunakan di UHF dibanding jika digunakan di VHF). 

Losses Penangkal Petir ( Lightning Arrester / Arrestor ) juga harus dimasukkan dalam hitungan.

Sabtu, 29 September 2012

ANTENA TUNER 27 MHz




Skematik Antena Tuner di atas dirancang untuk bekerja pada 27MHz/11 Meters Band dengan memanfaatkan komponen bekas radio MW jadul untuk Varco C1 dan C2 yang terbuat dari logam/besi.

Dengan bantuan Antenna Tuner ini, bahkan antena yang biasa anda gunakan untuk bekerja di 11.4..MHz bisa dipakai juga di 27MHz.

Happy homebrewing and wish you good luck

Jumat, 28 September 2012

OSCILATOR 3 BAND 26, 40, 80 METERS UNTUK YAESU FT180A DLL



Skematik diatas adalah suatu rangkaian HFO (Heterodyn Frequency Oscilator) atau suatu rangkaian oscilator yang dibangkitkan oleh perpaduan X'tal Oscilator dengan VFO ataupun dengan PLL dll.

Rangkaian ini saya rancang untuk bekerja pada 3 bands 26, 40, 80 meters band atau 11.000Mhz - 11.500MHz, 7.000MHz - 7.500MHz, 3.50MHz - 4.00MHz dengan frekwensi IF pada radio 10.7MHz.
Tepat sekali kalau digunakan untuk memodifikasi radio Yaesu FT180A dan radio2 lainnya.

Untuk unit VFO nya harus bekerja pada frekwensi 5.5 - 6.0MHz. Bisa digunakan VFO external untuk radio Kenwood TS120S ataupun TS130S dan VFO lainnya yang mempunyai range frekwensi sama, atau bisa juga menggunakan VFO rakitan sendiri.

Performa yang paling baik apabila digunakan rangkaian PLL yang bekerja pada frekwensi 5.5 - 6.0MHz sebagai pengganti VFO.

Happy homebrewing and wish you good luck

Kamis, 27 September 2012

BOOSTER 27 MHz SINGLE TRANSISTOR



Skematik Booster 27MHz Single Transistor diatas menggunakan jenis transistor penguat daya rf dengan tipe C2290 atau MRF454.

Walaupun keberadaan transistor jenis ini sudah mulai langka dan kalaupun ada harganya cukup lumayan mahal, namun ada beberapa rekan cb'er/homebrewer yang meminta saya untuk mempostingkan juga skematik booster ini.

Terutama bagi rekan2 cb'er/homebrewer yang tidak mau ribet dalam merakit sebuah booster untuk 27MHz tanpa harus membuat lilitan trafo balun seperti bifilar atau trifilar, mungkin skematik booster diatas lebih cocok terutama bagi pemula yang ingin mencoba merakit sebuah booster.

Atau pilihan lain booster 27MHz yang menggunakan jenis transistor mosfet tipe IRF540 yang skematiknya sudah saya posting di blog ini sebelumnya dengan daya output 60 watts yang kurang lebih sama dengan booster diatas.

Silahkan pilihan ada pada anda.

Happy homebrewing and wish you good luck

Senin, 24 September 2012

BOOSTER 27 MHz 60 WATTS DENGAN IRF 540 (REVISION)



Skematik Booster 27 MHz 60 Watts dengan IRF540 diatas adalah versi revisi dari skematik serupa yang pernah dipostingkan pada blog ini beberapa waktu lalu.

Atas permintaan beberapa rekan cb'er/pengunjung setia blog, kali ini saya posting kembali skematiknya yang sudah dilengkapi dengan rangkaian Low Pass Filter/LPF.

Dan untuk tata letak komponen pada pcb akan saya postingkan berikutnya.

Happy homebrewing and wish you good luck.

Minggu, 23 September 2012

DOWN CONVERTER 27 Mc To 11 Mc



Skematik Down Converter seperti diatas berfungsi untuk menurunkan frekwensi dari Radio CB 27 Mc/11 Meters Band menjadi 11.41...Mc/26 Meters Band.

Skematik ini pernah diposting sebelumnya di blog ini, namun sesuai permintaan beberapa pengunjung setia blog, agar dilengkapi dengan bagian TX-RF Power Amp atau bagian Driver dan Final TX nya.
Maka pada posting kali ini saya muat ulang skematiknya yg sudah dilengkapi dengan bagian TX-RF Power Amp-Driver dan Final, dengan menggunakan transistor type C2166 untuk bagian TX Driver dan C1969 untuk bagian TX Final dengan daya output tx maximal sekitar 17 watts dengan menggunakan C1969 yang berkwalitas baik/asli.

Untuk mendapatkan output tx yang lebih besar lagi, bisa menggunakan rangkaian pushpull 2xC1969 pada TX Finalnya, maka kita akan mendapatkan output tx power sekitar 30 Watts.

Atau silahkan anda kreasikan sendiri, untuk memperoleh output power yang lebih besar lagi dengan mengganti bagian TX-RF Power Amp nya. dengan type transistor yang berdaya lebih besar seperti C2290, MRF454 atau dengan jenis transistor mosfet seperti IRFP250 dengan rangkaian pushpull.

Atau apabila anda merakitnya seperti skematik diatas, untuk mendapatkan output tx yang lebih besar tinggal anda umpankan saja pada sebuah Penguat Daya RF/HF Booster.

Selanjutnya anda yang lebih mengetahuinya.

Happy homebrewing and wish you good luck

Senin, 10 September 2012

ANTENNA PENJOR




Berikut masih seputar antenna yang memanfaatkan bahan seadanya. Bahannya terbuat dari kawat atau kabel dengan tiang bambu yang biasa dipakai tiang penjor kalau di Pulau Bali, atau kita kenal juga tiang umbul2 untuk daerah lain.

Sebagai radial antenna bisa dipakai kawat email atau kabel dengan diameter minimum 0.8 mm dengan panjang masing-masing radial 1/4 lambda.

Untuk bentuk tarikan wipp/radial antennya tidak harus selalu tegak lurus, bisa saja ditarik agak miring disesuaikan dengan ukuran tinggi tiang bambunya, supaya titik feed antenna kira-kira minimum 3 meter dari ground.

Antenna Penjor seperti gambar diatas bisa dipakai untuk frekwensi 27MHz/11 Meters atau untuk 11.415MHz. dengan ukuran masing2 radial untuk di 27MHz = 2.75 Meters, dan untuk di 11.415MHz = 6.25 Meters.

Antenna penjor ini sudah dicoba oleh Pak Paimo dari Bali dengan hasil yang sangat memuaskan, bahkan dipakai trek-trekan di 11.425MHz, dengan kekuatan signal beliau tidak kalah dengan rekan2 lain yang pakai antenna mahal :-)

Happy homebrewing and wish you good luck

Sabtu, 01 September 2012

5/8 LAMBDA OHMNIDIRECTIONAL ANTENNA UNTUK 11.4.. MHz



Sekitar dua tahun yang lalu, saya mendapatkan kiriman skematik antena ini dari Kang Victor Bandung.
Berawal dari sering komunikasi/qso di sekitar frekwensi 11.4..MHz dengan Kang Victor, saya tertarik dengan antena yang dipakainya. Karena signalnya selalu kuat dari bandung sampai di tempat saya di Denpasar Bali, dengan rata2 signal yang saya terima S9+20-30dB, kemudian saya penasaran apa antena yang sedang dipakai Kang Victor ?

Setelah saya tanyakan, dia bilang pakai antena vertical 5/8 lambda. Kemudian selang kira2 satu bulan
berikutnya, saya mendapatkan kiriman skematiknya.

Setelah dilihat dan diamat-amati ternyata antena vertical 5/8 lambda nya Kang Victor itu sebagian radial antenanya dipasang secara horisontal.

Untuk antena 5/8 lambda untuk bekerja di 11MHz seperti gambar diatas, bisa dipasang juga Wipp/Radial antena secara menurun miring dari atas ke bawah seperti bentuk antena sloper.




1. CARA MENCARI PANJANG WIPP/RADIAL ANTENNA 5/8 LAMBDA
300.000 / f  =  lambda x 5/8.    Contoh : 300.000 / 11420 = 26.27 x 5/8 = 16.42 Meters

2. CARA MENCARI PANJANG RADIAL GROUND 1/4 LAMBDA
300.000 / f  =  lambda : 4          Contoh 300.000 / 11420 = 26.27 : 4 = 6.57 Meters

3. CARA MENCARI NILAI SWR 1 : 1 ADALAH
a. Solderkan jumper konektor (J1), pada lilitan ke 6 pada Trap Matcher.
b. lihat display frekwensi pada perangkat, SWR 1 : 1 ada difrekwensi  berapa, kalau ada dibawah, pindah posisi Trap mendekati ke titik ujung yang menuju Wipp dengan jarak pindah/geser +/- 2 s/d 3cm.
Akibat nilai SWR 1 : 1, akan pindah dari frekwensi bawah ke atas.
Contoh : Asal 11.300MHz, setelah dipindah/digeser menjadi 11.400MHz.

- Kalau nilai SWR 1 : 1 ada difrekwensi atas, maka posisi pindah/geser mendekati titik ground.
Contoh : Asal 11.500MHz menjadi 11.400MHz

- Untuk menentukan/ mencari nilai SWR, jangan memanjangkan atau memendekkan Wipp, walaupun didapat nilai SWR 1 : 1, tapi kwalitas antenna tidak beresonansi pada frekwensi kerja yang telah ditentukan.

- Kalau sudah didapat nilai SWR 1 : 1 pada frekwensi yang ditentukan, lapisi Gamma trap dengan bahan kedap air, sehingga tidak terjadi perubahan nilai SWR pada penggunaan diwaktu hujan.

- Lapisi/ bungkus konektor kabel coax dengan bahan kedap air (lem bakar)

- Wipp/Radial Antenna bisa dibelok-belokkan kemana/bentuk apapun, selama Wipp/Radial Antenna tidak melipat.

- Ujung Wipp/Radial Antenna  jangan menyentuh benda logam.

- Sudut kemiringan Radial ground sembarang, asalkan Radial Ground bisa dibentangkan.

Selamat mencoba.

Artikel asli dari :
JZ10BPM
David / Victor