Jadi, sebenarnya apakah yang
dimaksud dengan sinema digital? Hal ini memiliki arti penggunaan teknologi
untuk menangkap, mendistribusikan dan menampilkan gambar bergerak, jadi
dampaknya terdapat di tiga area: produksi, distribusi dan proyeksi. Seperti
halnya dengan televisi digital, di sinema digital, peningkatan drastis dapat
dilihat pada kualitas gambar, ongkos produksi dan fleksibilitas. Jika
dibandingkan dengan teknologi film yang klasik, teknologi digital jauh lebih
murah dan proses editing setelah produksinya dapat dilakukan secara lebih
efisien. Jika dilihat melalui perspektif bisnis, feature paling menarik adalah
proses distribusi yang relatif lebih cepat. Untuk rumah produksi, teknologi
film membutuhkan biaya yang lebih mahal untuk diproses dan didistribusikan ke
teater-teater di seluruh dunia, belum lagi jika film tersebut dikembalikan
setelah selesai penayangan. Dengan teknologi digital, hasil akhir yang berupa
file komputer dapat dibuat dalam bentuk DVD dan dikirimkan melalui broadband.
Hampir tidak ada waktu dan biaya percuma yang terbuang.
Sedangkan jika berbicara mengenai
proyeksi film, tujuan utama video digital adalah menghadirkan penonton dengan
kualitas gambar yang maksimal. Walaupun teknologi film dapat menghadirkan
gambar dengan kualitas tinggi, tetapi selang beberapa lama, kualitasnya turun
secara drastis. Dengan teknologi digital, kualitas film tetap sama walupun film
telah diputar berulang kali. Dua teknologi proyeksi sinema digital yang
terpopuler sekarang adalah proyektor Micromirror seperti Texas Instruments’ Digital
Light Processing dan LCD proyektor seperti JVC’s Digital Image Light Amplifier.
Di proyektor DLP, sebagai contohnya, gambar diciptakan oleh cermin mikroskopik yang
terletak di chip semikonduktor, yang dikenal sebagai Alat Digital Micromirror
(Digital Micromirror Device). Masing-masing cermin merepresentasikan satu atau
lebih pixel di gambar yang diproyeksikan. Jumlah cermin kemudian
berkorespondensi dengan gambar yang diproyeksikan. Di system ini, lampu berkekuatan
tinggi menyinari prisma yang membagi cahaya menjadi warna merah, hijau dan
biru. Setiap pantulan warna menyinari
Alat Digital Micromirror yang berbeda – chip semikonduktor yang terdiri dari
jutaan cermin kecil. Sedangkan proyektor LCD bekerja dengan sistem yang sedikit
berbeda, merefleksikan cahaya intensitas tinggi dari cermin tidak bergerak yang
diselimuti dengan liquid crystal display (LCD). Berdasarkan sinyal digital,
proyektor mengarahkan sebagian dari liquid crystals untuk mengatur pantulan
cahaya. Secara tidak langsung, LCD memodifikasi cahaya intensitas tinggi untuk
membentuk gambar. Teknologi kompleks inilah yang terjadi di belakang layar film
digital.
Meskipun teknologi digital memiliki
banyak keuntungan, tetapi kelemahan teknologi ini - dan ketakutan dari industry
film adalah : pembajakan. Walaupun demikian, berdasarkan riset konsumen,
penonton secara umum lebih memilih film digital daripada film tradisional – hal
ini menjadikan teknologi digital semakin pesat berkembang di masa mendatang.