MENU

Minggu, 07 Desember 2014

STACKING TANPA T-CONNECTOR , TETAPI JUGA TANPA POWER SPLITTER / DIVIDER.






STACKING TANPA T-CONNECTOR , TETAPI JUGA TANPA POWER SPLITTER / DIVIDER

By: Djoko Haryono



Sebagian dari rekan amatir radio ada yang terbiasa menggunakan istilah “Stacking Antenna menggunakan T-Connector” ( yang disebut bukan nama matching devicenya semisal Power Divider , Power Splitter , ¼ Lambda Transformer dsb. Hal itu untuk membedakan ( menunjukkan ) bahwa kalau pada pada sistem yang lain ( Power Divider ) T-connector tidak lagi digunakan ( atau kalau jumlah antennanya banyak, T-Connectotnya hanya –katakanlah- 1 bh. saja. 

Kalau saya lebih suka menggunakan istilah “Matching Transformer” ( ¼ Lambda Transformer ) atau Matching Harness , dibanding menggunakan istilah stacking menggunakan “T-Connector” karena yang menjadikan matching itu adalah transformernya dan bukan connectornya.

Apalagi kalau seorang amateur radio menginginkan melakukan stacking dengan effisiensi yang sangat tinggi , maka untuk maksud membuat sambungan parallel antara antenna2 yang akan di stack dan memakai matching transformer , maka effisiensi tertinggi justru didapat dengan MENGHILANGKAN / MENIADAKAN CONNECTOR pada sambungan2 antar kabel.
Connector2 ( termasuk juga pemakaian T- Connector , dan juga Power Divider yang dilengkapi connector ) umumnya hanya dipergunakan pada komunikasi “Darat ke Darat” ,aupun pada sistem “Broadcast”.

Tetapi pada jenis2 komunikasi yang ( lebih / makin ) menuntut tingkat effisiensi tertinggi ( baik komunikasi satelit dan APALAGI komunikasi EME / MOONBOUNCE ) maka sering para amateur radio malah harus “MEMBUANG” ( tidak menggunakan ) Connector dan hanya memakai connector sesedikit mungkin misalnya pada output / terminal antenna Transceicer.

Connector / male-female / T-Connector / sambungan connector / barrel maupun komponen apapun yang terpasang pada saluran transmisi / coax dan terletak diantara transceiver dan ( rangkaian ) antenna memiliki dan menimbulkan rugi2 ( losses ) yang disebut INSERTION LOSS. Pada setiap ( atau masing2 connector atau komponen / instrument ) itu menimbulkan losses yang –katakanlah- dibawah 1 dB ( misalnya nol koma sekian dB ) sampai lebih dari 1 atau 2 dB untuk instrument2 tertentu , TETAPI PADA KOMUNIKASI EME dan RUANG ANGKASA , ITU SEMUA KALAU DIJUMLAHKAN , JUMLAHNYA SUDAH CUKUP UNTUK MENGGAGALKAN KOMUNIKASI.

Demikian tingginya persyaratan losses ( dan juga tuntutan tingkat noise yang harus serendah mungkin ) pada beberapa jenis komunikasi semacam itu. Itulah sebabnya connector2 sering “tidak laku” dan perlu disingkirkan pada stacking2 antenna atau sistem semacam itu. Koneksi / sambungan antara ‘jarum” inner connector male terhadap connector female yg kurang erat ( apalagi ada oksidasi ) sudah mampu menjadi tambahan sumber noise.

Kalau bisa , tidak lagi ada connector dan semua sambungan yg ada harus “tersolder erat” , menyatu dan terhubung langsung. Ujung2 braid harus terlindungi rapat dan tersolder “mati” sati sama lain.
Hanya dengan “semua tersambung langsung” semacam ini effisiensi saluran transmisi / coaxial dan antenna akan bisa mencapai effisiensi tertinnginya , memiliki tinggkat “noise temperature” terbaik / terlayak.

Disinilah istilah “T-Connector” atau “T-Connector Stacking” menjadi tidak lagi terpakai.
Meski metode semacam ini hanya umum digunakan pada jenis2 komunikasi radio yang sangat sulit ( komunikasi EME ) , tetapi bukan berarti cara ini tidak bisa dipakai pada komunikasi “biasa” ( darat ke darat ). Kalau dipraktekkan untuk komunikasi darat , TETAP AKAN BISA MENAIKKAN EFFISIENSI asalkan dirancang dan dibuat dengan benar ( harus tahan hujan / kelembaban / setelah selesai dibuat dirapatkan kedap cuaca dengan bahan epoxy dsb ).

Itulah sebagian alasan mengapa saya lebih tertarik menggunakan istilah matcing transformer , harness atau divider / splitter , dibanding mekaia istilah “men-stack menggunakan T-Connector”

Pada bagian bawah ( sekitar akhir ) artikel ini kita bisa melihat bagaimana sebuah antenna stacking dimana T-Connector malah “dibuang” karena merugikan ( tapi bagian lainnya dari link DK7ZB dibawah ini adalah cara2 stacking “biasa” yang dipakai pada komunikasi darat pada umumnya

Mungkin hanya karena kebiasaan penulis artikel tsb. yang sudah biasa melakukan experiment komunikasi yg memanfaatkan “memantulkan signal radio dengan menembakkan / mengarahkan nya ke permukaan bulan / Earth Moon Earth / EME / Moonbounce” itu membuat ia jadi terbiasa mengajarkan cara stacking yang tanpa menggunakan connector meski hanya untuk komunikasi bumi kebumi saja ).

http://www.qsl.net/dk7zb/Stacking/coax.htm



Dan penambahan selubung / sleeve pelindung tembaga yang menutupi setiap ujung coax itu tidak hanya sekedar agar didapat "positive soldering" saja / solderan kuat dan bagian braid/anyaman / outer coax tidak bisa lagi bergeser-geser ketika kabel dipegang , antenna ditat dsb ), tetapi yang lebih penting adalah itu untuk MEMINIMALISIR KEBOCORAN RF yg bisa terjadi di ujung2 kabel yang braidnya kendor/tidak rapat , bergeser atau putus sebagian karena gerakan2 atau akibat dampak dari proses pengerjaan koneksi.

Dengan cara ini fungsi shield betul2 full shielding. Nyoldernya harus hati2 agar tidak melelehkan / mmpengaruhi bentuk bahan2 isolator dari coax. Jadi kapasitas solder yg dipakai harus tepat. Semua bahan sebaiknya bahan baru ( belum teroksidasi sehingga penyolderan bisa dilakukan singkat tapi sempurna ).

Titik2 parallel semacam ini selalu ditempatkan didalam wadah/kotak yang bisa ditutup rapat tahan cuaca , jadi sambungan2 dan ujung2 coaxnya tidak ter-expose langsung pada panas matahari , hujan , salju debu dsb. ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar