SELAMAT DATANG DI BLOG RADIO TENGKORAK DAN TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DAN MOHON MAAF APABILA KOMENTAR2 ANDA PADA BLOG INI BELUM DIBALAS KARENA KESIBUKAN RUTINITAS, TAPI AKAN SAYA BALAS SATU PERSATU, MOHON SABAR YA...SALAM TERBAIK

Selasa, 05 November 2013

MEMASANG DDS PADA RADIO CB

Radio CB Superstar 2200 yang dipasangi DDS
   

Mungkin ini salah satu solusi yang bisa kita lakukan untuk memasangkan dds pada radio cb yang bagian vco block atau ic pllnya rusak atau switch rotary channel rusak yang sukar untuk dicarikan penggantinya.

Ataupun hanya untuk sekedar mencoba merubah tampilan radio cb agar mudah bisa dibaca langsung frekwensi kerjanya secara akurat.

Saya kira lebih cocok lagi bagi rekan2 yang punya hobi dx'ing seperti saya, yang lebih suka menggunakan radio cb dengan dilengkapi booster ketimbang pakai radio hf allband.

Setelah radio cb ini dipasangi dds sebagai pengganti vco aslinya, mau bergeser kemanapun ok ok saja...he...he







DDS yang  dipasangkan pada radio CB Superstar 2200


Berbagai macam DDS yang di buat oleh rekan2 kita seperti pada foto, bisa dipasangkan pada radio CB semuanya sudah saya coba dengan hasil yang baik dan memuaskan







Cara penyuntikkan DDS pada Radio CB, salah satu contoh skematik Superstar 2000, 2200,2400 dll


Output dds dapat disuntikkan langsung pada titik output vco radio cb ( pada kaki sekunder trafo bpf T2 ).

Kaki trafo bpf ( T2 ) pada radio cb, bagian primer mempunyai 3 kaki dan sekundernya mempunyai 2 kaki dan salah satu kakinya terhubung ke ground pcbnya.


Blok Diagram VCO pada radio CB sebelum di pasang DDS


Kaki sekunder T2 yang lain aslinya terhubung ke 2 buah kapasitor yang menuju ke bagian rx mixer dan tx mixer, potong jalur pcbnya dengan pisau cutter biar terpisah sambungan antara kaki T2 dengan dua buah kapasitor tadi.


Blok Diagram VCO pada radio CB yang dipotong jalur pcb antara out VCO/T2 menuju ke 2 buah kapasitor RX/TX


Atau kalau anda tidak mau memotong jalur pcb tadi karena merasa sayang, bisa juga dilakukan dengan cara mencopot trafo bpf T2 terlebih dahulu.

Kemudian suntikkan output dds di titik pcb yang tersambung ke kapasitor tadi, sehingga kita sekarang tidak punya hubungan lagi dengan bagian vco out aslinya.


Blok Diagram VCO pada radio CB yang sudah dipotong jalur pcb out VCO/T2 dan DDS disuntikkan pada jalur pcb yang menuju ke 2 buah kapasitor RX/TX


Dengan demikian maka sekarang untuk rotary channel radio cb, coarse/fine, saklar band tidak berfungsi lagi karena posisinya sudah diganti dengan dds system, cuma sayangnya untuk mode FM jadi ikut tidak berfungsi juga karena sistim modulasi mode FM disuntikkan dari bagian vco nya, sedangkan sekarang vco nya sudah tidak digunakan lagi jadi mode FM nya pun ikut mati deh...tapi nggak apalah bagi saya hampir nggak pernah menggunakan mode FM tsb.

Untuk keperluan tegangan DDS bisa diambil dari titik kaki kolektor transistor regulator D325 seperti yang terlihat pada gambar dibawah kabel merah + dan kabel hitam -/gnd.



Output DDS disuntikkan pada titik output VCO radio CB


SETING FREKWENSI IF DDS :

Pada umumnya sebagian besar radio2 CB yang beredar di Indonesia seperti merk Superstar, Colt, Lafayette, Midland, Hy Gain, Cobra dll, memakai X'tal Filter ( Mechanical Filter yang bentuknya kotak logam ),  dengan frekwensi tepatnya 10.6935MHz yang sebagian akan terlihat tertulis pada badan mechanical filter tsb, dan sebagian lagi tidak terlihat. 
Dan secara umum kita sebut saja frekwensinya adalah 10.695MHz.

Sedangkan untuk X'tal BFO nya mempunyai frekwensi 10.692MHz, jelas terlihat pada tulisan di badan x'talnya.

Untuk mode USB, frekwensi IF pada DDS diseting pada 10.695MHz, dan apabila dirasa kurang zero beat, misal di tes pada ch 30 atau 27.305MHz, nada stasiun lawan yang diterima terdengar terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa diatasi dengan menyetel kembali kapasitor trimer untuk mode USB pada X'tal BFO 10.692MHz sampai dirasa paling tepat zero beat baik tx maupun rx, atau dengan cara merubah nilai seting frekwensinya seperti yang akan saya jelaskan berikut dibawah ini.

Untuk mode LSB, frekwensi IF pada DDS diseting pada 10.693MHz atau frekwensi ini bisa saja sedikit bergeser naik atau turun tergantung seting kapasitor trimer untuk mode LSB pada x'tal bfo nya tadi.
Keterangan saya diatas mengenai seting frekwensi IF pada DDS tidak mutlak harus sesuai seperti yang disebutkan diatas bisa saja berubah sedikit cenderung turun dari 10.695MHz nilai frekwensinya, tergantung kasus yang ditemui di tkp hehehe...

Untuk seting frekwensi  IF pada DDS untuk radio cb biasanya dari 10.693 - 10.695MHz atau mungkin saja akan diperoleh hasil yang tepat zero beatnya pada 10.6948MHz atau 10.6949MHz atau contoh lain pada 10.6935 atau 10.6936MHz dst, silahkan dicari-cari nilai frekwensi IF nya yang paling tepat.

Hasil yang paling tepat untuk cara setting frekwensi IF pada DDS ini dilakukan pada saat tx/transmit dengan bantuan radio hf allband yang mempunyai display frekwensi counter harus diperoleh hasil yang tepat/zero beat pada frekwensi yang sama keduanya, dan untuk saat rx/receive ketepatannya hanya mengikuti saja dan sudah bisa dipastikan hasilnya akan tepat juga.

Singkat kata patokannya adalah pada saat transmit saja sambil melakukan seting frekwensi IF nya, dan untuk saat receive akan mengikutinya.


Radio CB Super Star 2200 dengan DDS sedang diuji coba di ruang bengkel Radio Tengkorak yang sempit



Radio CB Super Star 2200 dengan DDS yang ditempatkan di box plastik sederhana di stasiun Radio Tengkorak yang sempit



Satu unit DDS untuk dipakai pada dua radio, Super Star 2200 dan Yaesu FT180A

Disclaimer :

Admin Radio Tengkorak tidak bertanggung jawab atas segala kerusakan yang mungkin terjadi pada radio CB anda, setelah anda melalukan modifikasi ini.




Selamat mencoba dan semoga sukses

Selasa, 15 Oktober 2013

MENGGANTI X'TAL FILTER BITX DENGAN MECHANICAL FILTER



Hallo rekan2 pengunjung setia blog RT, smoga anda masih tetap mencintai hobinya masing2.

Pada akhirnya Alhamdulillah saya bisa memenuhi permintaan rekan2 setia pengunjung blog RT ini yang meminta atau menyarankan agar mempostingkan juga tentang transceiver BITX yang sangat populer dikalangan para amatir radio ataupun sebagian cber.

Kayaknya transceiver BITX karyanya Om Ashar Farhan dari India ini semakin lama semakin digemari saja disamping ada juga yang sejenisnya seperti transceiver Ararinha dan Bingo juga lainnya yang juga cukup dikenal selain BITX belakangan ini.

Kali ini saya ingin sharing info dengan anda mengenai modifikasi bitx ini dengan mengganti 4 buah ladder filter dengan mechanical filter yang kita dapat
kan dari bodolan radio cb ataupun radio hf lain, yang pada prinsipnya semua mechanical filter bisa digunakan, asalkan ada kesesuaian degan band pass filternya.

Modifikasi ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama oleh senior kita, para mastah bitx seperti Pak Yoke YB3LVX dan yang lainnya.
Sayapun dapat bimbingan dari beliau mengenai modifikasi bitx ini dan ternyata hasilnya memang sangat luar biasa, baik pada rx maupun tx.

Khusus untuk transceiver bitx saya, yang bekerja di 11.4xxMHz, saya melakukan sedikit modifikasi pada ladder filter yang terdiri dari 4 buah xtal 8 MHz dan menggantinya dengan jenis mechanical filter yang didapat dari bodolannya radio cb termasuk juga mengganti xtal bfonya yang 8 MHz dengan xtal pasangannya mechanical filter tersebut.
Contoh pada bitx saya, pakai mechanical filter dengan frekwensi 10.695MHz dan xtal untuk bfonya 10.6975MHz. Jadi bandwidth yang didapat yaitu 2.5Kc yang cukup lebar untuk sekelas transceiver bitx ini. Dan ternyata benar juga hasil yang didapat sangat memuaskan untuk kwalitas audio pada rx maupun tx.


Mechanical Filter 10.695MHz dan X'tal BFO nya 10.6975MHz





Xciter BITX yang sudah diganti filter dan xtal bfo nya 
Pada foto diatas terlihat pcb xciter bitx yang sudah diganti ladder filternya dengan mechanical filter dan juga bagian vfo sudah dicopot komponenya karena tidak diperlukan lagi kalau pakai dds.
Terlihat juga pada foto tsb untuk bagian preamp mic sudah dicopot juga komponennya karena saya pakai preamp mic lain dari luar untuk memperoleh hasil audio modulasi yang significant. Jadi pada input audio T2 Ballance modulator dijumper langsung ke pin soket mic melalui kapasitor 1uF aslinya atau lebih baik melalui potensiometer untuk mic gain dulu baru dijumper ke pin soket mic. Dan pre amp micnya bisa menggunakan preamp mic lain dari luar.

Pada bitx saya, menggunakan Preamp Mic RT andalan saya seperti skema berikut dibawah ini.

Ini adalah skematik Preamp Mic andalan saya





Transceiver BITX dengan menggunakan Ladder Filter 4x X'tal 8MHz dan juga X'tal BFO nya 8MHz, sebelum diganti dengan Mechanical Filter

Untuk informasi tambahan mengenai bitx saya bekerja di 11.4xxMHz dengan daya pancar 60 - 80 Watts, menggunakan Power RF Linear Mosfet 2x IRFP250 Pushpull pada final, dan bagian driver pakai mosfet juga IRF520 dan pre drivernya pakai transistor C1383.

Dan audio modulasi sangat memuaskan terlebih lagi sangat terasa bedanya setelah mengganti filternya dengan bandwith 2.5Kc jadi transceiver bitx serasa pakai transceiver Yaesu hehehe...demikian menurut rekan dari Malang Om Tarjo sewaktu kami berkomunikasi di 11.430MHz kemarin tgl. 14 Oktober 2013, dg signal bitx saya direport Om Tarjo Malang bisa mencapai 5/9+20dB dengan antena saya yang mash minim pakai inverted V dengan ketinggian 3 meter saja dari ground.

Dengan demikian saya berpendapat bahwa anggapan yang kurang tepat kalau selama ini banyak yang berasumsi bahwa pakai power linear mosfet audionya tidak akan bagus, tetapi saya sudah mencobanya beberapa kali baik untuk booster maupun power linear bitx dengan menggunakan mosfet, hasilnya tetap ok.

Jadi rekan2 tetap semangat dengan berkreasi menggunakan mosfet ini, jangan khawatir dg audio yang katanya bisa cacat.

Untuk bahan referensi rekan2 saya jelaskan disini untuk tegangan bias mosfet final (IRFP250), adalah 4.2 volts pada kaki gate nya dan untuk tegangan bias mosfet driver (IRF520), adalah 3.4 Volts pada kaki gatenya dan tegangan bias pada kaki basis transistor pre driver (C1383), adalah 1.4 Vollts.


Happy Homebrewing and good luck

Sabtu, 28 September 2013

LINEAR POWER AMPLIFIER FOR BITX

Hallo rekan2 pengunjung setia blog RT apa kabar ?
Kami berharap kabar baik slalu menyertai anda semua dan smoga rekan2 semua masih mencintai hobinya masing2.

Kali ini saya postingkan skematik Linear Power Amplifier untuk BITX.
Pada skematik Linear Power Amplifier For BITX Versi 1, transistor driver menggunakan transistor jenis bipolar tipe 2SC2166 dan pada skematik Linear Power Amplifier For BITX Versi 2, transistor driver menggunakan transistor jenis n-mosfet IRF510/IRF520, sedangkan untuk transistor finalnya sama yaitu menggunakan transistor jenis n-mosfet IRFP150/IRFP250.

Sebelum bagian driver sudah ditambahkan juga transistor pre driver tipe BD139 atau bisa juga tipe lain seperti 2SC1162, supaya out tx dari exciter bitx bisa langsung dihubungkan pada input dari Linear Power Amplifier ini.









BITX dengan VFO dan Linear Power Amp spt skematik diatas


BITX dengan DDS dan Linear Power Amp spt skematik diatas





Selamat mencoba dan sukses slalu untuk anda

Sabtu, 10 Agustus 2013

SKEMATIK RADIO SGC SG - 712 EX11

Setelah sekian lama saya berusaha mencari sana sini dan melalui browsing di internet dan hasilnya tidak diketemukan sama sekali dalam dunia maya ini dan malahan saya bisa mendapatkan skematik tsb melalui teman lokal saya ( terimakasih untuk pak Jaludin untuk skematiknya )

Untuk membatu rekan2 pengunjung setia blog Radio Tengkorak, yang banyak menanyakan dan meminta skematik Radio SGC SG - 712 EX11 baik melalui email maupun pada komentar di blog, akhirnya saya dapat juga memenuhi permintaan rekan2 dan mempostingkan skematiknya seperti di bawah ini.
Mudah2an bermanfaat dan bisa membantu bagi rekan2 yang memerlukannya

Artikel yang terkait :

MODIFIKASI MARINE RADIO SGC SG - 712 EX 11




























Semoga bermanfaat,

Salam terbaik

Kamis, 08 Agustus 2013

DIMANA POSISI TERBAIK UNTUK MEMASANG SWR METER ?



Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )



DIMANA POSISI TERBAIK UNTUK MEMASANG SWR METER ?


Isipan catatan ( pengamatan ) pribadi : Polemik atau diskusi semacam ini sudah saya baca di majalah amatir radio Amerika & Inggris ( QST dsb ) sejak puluhan tahun lalu. Berdasar pengamatan itu saya memberanikan diri untuk meyakini bahwa masalah yang “susah2 gampang” atau “sepele” ini MASIH AKAN TERUS ADA YANG MENDISKUSIKAN / MEMPERDEBATKANYA SAMPAI PULUHAN TAHUN KEDEPAN. Bagi sebagian orang hal ini dianggap sepele ( mungkin juga karena terlalu rumit memahaminya ) tetapi bagi HANYA SEBAGIAN KECIL HAM ( terutama bagi mereka yang suka mempelajari masalah2 paling dasar dari transmission lines ) mereka akan bisa memahami apa saja yang sebenarnya bisa terjadi pada tiap titik sepanjang saluran transmisi ). Jadi sekali lagi , JANGAN TERKEJUT jika suatu ketika –PULUHAN TAHUN KEDEPAN- anda membaca ulang jenis perdebatan yang sama tapi dilakukan oleh kelompok atau orang2 berbeda.

DIMANA POSISI TERBAIK UNTUK MEMASANG SWR METER ?

Didekat antenna ataukah didekat transceiver ?

Kedua – duanya sama baiknya , ASALKAN PRAKTISI / PEMILIKNYA MEMAHAMI BETUL APA KONSEKWENSI DARI PILIHANNYA.

Saya berikan ringkasan sbb. :

001
Jika yang diinginkan adalah akurasi pembacaan SWR maka lokasi / posisi pemasangan terbaik adalah diatas ( didekat antenna ).

002
Jika yang dimaksudkan dengan “terbaik” itu adalah segi KEPRAKTISAN kerja , maka yang terbaik adalah SWR meter dipasang dekat transceiver ( di ham shack / ruangan pemancar ) , dengan syarat , praktisi / operatornya HARUS PAHAM bahwa pemasangan didekat pemancar itu memiliki 2 kemungkinan :

AAA
SWR meter BISA memberikan penunjukan akurat.
Artinya bisa menunjukkan nilai SWR yang sebenarnya ( “nilai SWR antenna yang berada jauh diatas sana dan mengirimkan nilai itu kebawah untuk dibaca langsung dari jauh/dari bawah” dalam keadaan bacaan yg masih sama dengan kalau meternya diatas ).

BBB
Tetapi pada kondisi2 tertentu ( yg ini sebenarnya cukup sering terjadi tanpa disadari oleh operator ) SWR meter juga bisa/sering menipu ( berbohong ). Nilai yang ditunjukkannya BUKAN NILAI SWR YANG SESUNGGUHNYA.
Angka palsu ( bo’ong ) yang lebih sering muncul adalah penunjukan SWR yang lebih rendah dari SWR real yang terjadi/muncul ( diatas sana / di antenna ).

Nah , PADA KONDISI APA/BAGAIMANA penunjukan SWR meter yg dipasang didekat TX itu bisa terjadi ? itulah yang membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kabel saluran transmisi ( sebetulnya bukan hanya bisa terjadi pada kabel tetapi juga bisa terjadi pada wave guide atau “talang udara” saluran gelombang antara TX dengan antenna pada microwave : radar dsb ) dan juga pemahaman rambatan gelombang.

003
Pada dekade2 awal diciptakan / ditemukannya SWR meter , pengukuran SWR dilakukan didekat antenna. Ya itu wajar saja karena kondisi mismatch itu adanya / letaknya ada diantara antenna dan ujung atas coax , DAN BUKAN DIBAWAH DEKAT PEMANCAR ( kalau ujung bawah coax sudah tidak perlu diukur lagi karena terminal output TX sudah didesign 50 ohm dan impedansi karakteristik coax yg dihubungkan kesana juga sudah 50 ohm , jadi sudah match )

Tapi melakukan pengukuran SWR didekat antenna pada masa itu tidaklah serepot seperti kalau dilakukan pada era sekarang. Mengapa ? Karena jaman dulu SWR itu cukup diukur 1 X saja KARENA SEMUA SIARAN RADIO / KOMUNIKASI HANYA DILAKUKAN PADA ( SATU ) FREKUENSI PILIHAN TERTENTU.
Setelah antenna dibuat , dinaikkan , diukur , di stel dan lalu sudah match , ya sudah , SWR meter dilepas lagi , ujung atas kabel disambung langsung ke antenna , lalu siaran / atau adakan QSO dan nggak perlu lagi tiap hari naik turun mengukur SWR.

004
Tetapi setelah kemudian ditemukan pemancar2 multi band ( yang bisa berpindah pindah frekuensi kerja ) , pengukuran yang dilakukan didekat antenna MENJADI SANGAT MEREPOTKAN JIKA ORANG HARUS SERING “naik turun” tower , tiang atau tangga.

Maka ditemukanlah “akal” untuk membuat agar pengukuran bisa dilakukan secara lebih praktis , yaitu pindah dari “ujung atas coax” ke “ujung bawah cox” alias didekat TX.

Itulah sebabnya lama2 “seluruh” pengukuran SWR meter sekarang dilakukan dibawah diruangan TX ( didekat TX ). SATU2 NYA ALASAN UNTUK ITU ADALAH “DEMI KEPRAKTISAN KERJA” SAJA.

Kata “seluruh” diatas saya beri tanda kutip karena sebetulnya tidak benar2 seluruh pengukuran SWR. Sebagian para ahli radio yg berpengalaman masih sering mengukur SWR dengan menempatkannya didekat antenna. Ini paling banyak dipraktekkan pada pemancar2 yangmemancar hanya pada 1 fixed frequency yaitu umumnya pada saat men-setting antenna Repeater ( naik mendekati antenna bisa dilakukan dengan mudah karena repeater yang sudah ditempatkan diketinggian gunung tidak memerlukan tower tinggi lagi tapi umumnya sudah cukup menggunakan tiang rendah saja ).

005
Pada kondisi2 tertentu SWR meter yang dipasang didekat TX mudah menunjukkan penunjukan palsu / semu karena kebanyakan SWR meter melakukan pengukuran dengan berbasis tegangan / mengambil Voltage sampling dari saluran / coax – padahal yang akan “dihitung” adalah power / watt maju dibanding power pantulan- ( itulah sebabnya SWR meternya disebut Voltage Standing Wave ratio ).

Kalau diinginkan pengukuran SWR ( yang dipasang didekat TX ) yang lebih akurat , maka sebaiknya tidak menggunakan meter yang mengambil sampling voltage seperti hampir semua SWR meter yang banyak dipasaran , melainkan menggunakan SWR meter “Yang Sebenarnya” alias “Yang langsung mengukur power / watt” atau seing disebut “Thrue line Watt meter” atau “Real watt meter” seperti yang tampak pada gambar diatas” ( digambar tampak 2 alat ukur. Yang dibawah VSWR meter dan yang diatasnya SWR meter jenis Thru line Watt Meter yang tentu saja mahal harganya. Yang ada digambar adalah produk lama , namun produk2 terbaru bentuknya masih tetap mirip dengan model lama itu )

006
AGAR KITA BISA BEKERJA LEBIH PRAKTIS ( TIDAK PERLU TURUN NAIK MENDEKATI ANTENNA ) , SWR METER KITA PASANG DIBAWAH , DIRUANGAN TX. TADI DIKATAKAN BAHWA KALAU SWR DIPASANG DISINI ( SEBELUM COAX ) MAKA PENUNJUKAN SWR BISA BENAR TETAPI JUGA BISA PALSU / SEMU ( = MENIPU ).

LALU BAGAIMANA CARANYA AGAR KITA TETAP BISA MEMASANG SWR DIBAWAH SEPERTI ITU , TETAPI KITA JUGA TERHINDAR DARI “DITIPU” PENUNJUKAN SWR YG. MENUNJUKKAN ANGKA PALSU ( YANG KEBANYAKAN LEBIH RENDAH DARI NILAI YANG SEBENARNYA ) ?

Wah ini penjelasannya bisa panjang lebar ( sangat teknis ). Tetapi karena saya sudah sering menuliskannya , maka akan lebih praktis kalau saya tidak perlu mengulangnya lagi untuk kesekian kalinya.

Ada baiknya coba ditelusuri lagi ( pada Timeline FB ) tulisan2 seputar hal ini di FB Group ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia) atau di FB Group HOME BREW PROJECT (CB Radio , Antenna , SWR , Audio , Microphone , Booster , etc). Ada banyak saya tulis dan cukup panjang/detil. Tapi semua tanggalnya saya tidak ingat. Mungkin 4 bulan lalu , ada yang 5 atau 6 bulan lalu dsb. Jadi ya perlu menelusuri sendiri.

007
Sebetulnya bisa dihitung secara teoretis kok , kalau misalnya kita bekerja di 2 meter band pada frekuensi X , kondisi SWR diujung atas dekat antenna misalnya sebesar Y ( atau bisa juga misalnya impedansinya terukur sekian plus atau minus j sekian ohm ) , panjang coax nya 7,25 lambda electric , maka berapakah angka “palsu” yang akan ditunjukkan oleh SWR meter yang dipasang dekat TX.
Ya itu bisa dihitung.

Atau contoh lain :

Kita punya antanna 5 band ( multiband ) yang terdiri dai 5 bh half wave dipole yang digabungkan feed point nya menjadi 1 agar bisa dicatu dari 1 coax yang sama. Antenna sudah di set dan ke 5 nya. Pengukuran “diatas” sana misalnya menunjukkan SWR = 1,7 : 1 sedangkan kalau dibawah terukur 1,1 : 1

Dan pada kondisi itulah TX bekerja sehari-hari ( ini hanya pemisalan )

Suatu hari , tiba2 SWR ( yang terpasang dibawah ) menunjukkan ada perubahan penunjukan pada 80 meter band nya , mendadak SWR terbaca 1,5 : 1. Kita yakin terjadi sesuatu gangguan atau kerusakan pada system antenna kita.
Maka itupun bisa dihitung dibawah sebelumnya untuk mengetahui …. “Menjadi berapakah nilai SWR atas ( jika akan diukur diatas ) ?”

Tentu saja kalau kita ingin bisa mengetahui “apakah nilai pembacaan SWR dibawah akan Real , ataukah yang akan muncul justru penunjukan palsunya ( dan berapa nilai palsu yang akan ditunjukkan SWR ) , maka kita perlu menguasai dulu cara menghitung menggunakan tabel Smith ( SMITH CHART ) yaitu salah satu “senjata rahasianya para ahli radio / saluran transmisi”.

Silahkan dipelajari misalnya dari beberapa link berikut ini :

APAKAH SMITH CHART ( TABEL SMITH ) ITU
http://en.wikipedia.org/wiki/Smith_chart

TABEL SMITCH CHART http://www.acs.psu.edu/drussell/Demos/SWR/SmithChart.pdf

CONTOH PENGGUNAAN SMITH CHART
http://nanohub.org/resources/11811/download

BELAJAR SMITH CHART 1.
http://www.ieee.li/pdf/viewgraphs/smith_chart_tutorial.pdf

BELAJAR SMITH CHART 2
Disini ada slide ruler yg bisa anda geser2 untuk mempelajari perubahan2 kondisi.
http://www.fourier-series.com/rf-concepts/smithchart.html

CONTOH 2 MENGHITUNG MENGGUNAKAN SMITH CHART
http://www.maximintegrated.com/app-notes/index.mvp/id/742

BEBERAPA CONTOH LAIN PENGGUNAAN
http://www.youtube.com/watch?v=zzXs0DtnFQ4

Setelah kita memahami masalah gelombang radio / matching tsb dengan mengenal sifat2 distribusi gelombangnya maupun “pengulangan2 / terulangnya transformasi impedansi” MAKA KITA AKAN MAKIN MEMAHAMI MENGAPA KALAU SWR METER DIPASANG DIDEKAT TX , DIA BISA MENUNJUKKAN NILAI YANG BENAR ( REAL ) TETAPI JUGA BISA MENIPU KITA DAN MENUNJUKKAN NILAI SWR YANG PALSU.

Jadi sebaiknya kita JANGAN BURU2 SENANG kalau SWR meter kita ( yg didekat TX ) menunjukkan angka yang rendah atau bahkan nyender tidak bergerak di 1 : 1.

Kalau angka itu memang nilai real yg ditunjukkan , ya nggak apa2. Kita memang harus senang. Tapi banyak sekali kejadian operatornya “keburu” bangga karena SWR nya terbaca rendah , padahal meternya sedang menipunya. Kalau ini yang terjadi , maka anda sebenarnya sedang bekerja dengan effisiensi rendah ( meskipun anda merasa sudah berhasil melakukan QSO jarak jauh , tetapi seharusnya anda bisa “lebih jauh lagi”. Jauh tidaknya pancaran kita , tidak hanya ditentukan oleh .... “angka rendah berarti SWR kita sudah optimal / baik dan antenna kita sudah baik” saja , melainkan juga ditentukan oleh : 1. Propagasi. 2. Seberapa kuat antenna station lawan ).
en.wikipedia.org
The Smith chart, invented by Phillip H. Smith (1905–1987),[1][2] is a graphical aid or nomogram designed for electrical and electronics engineers specializing in radio frequency (RF) engineering to assist in solving problems with transmission lines and matching circuits.[3] Use of the Smith chart ut...

Dibawah ini adalah contoh diskusi tentang “Dimanakah penempatan SWR yang akan memberikan hasil pembacaan yang lebih akurat ?”

( tetapi apa yang dibahas dinegara lain ini agak sedikit berbeda , sebab yang terlibat tidak hanya TX – Coax – dan Antenna saja , melainkan juga ada Amplifier / Booster. Pada diskusi yang lain lagi dan bukan dicontoh dibawah ini , keberadaan Tuner juga jadi bahasan mengenai “SWR nya ditaruh dimana ?”. Namun saya tidak akan membahas yang lain2 itu , melainkan saya hanya ingin menunjukkan bahwa di manca Negara / luar negeripun ada bermacam tingkat pemahaman ).

Pada contoh2 diskusi yang ada pada link dibawah , juga ada sebagian pemahaman peserta diskusi yang keliru. Namun saya juga tidak akan membahas yang keliru itu.

Dalam link dibawah ini SAYA HANYA INGIN MENUNJUKKAN SATU CONTOH saja dari salah seorang peserta diskusi ( Joey Migs ) yang mengatakan :

SWR is totally unaffected by length of transmission line. The apparent change in SWR is due to the properties of the SWR meter and not the SWR itself. It is only when you use a current-(ISWR) or voltage-based (VSWR) SWR meter (which most are) that the SWR seems to be affected by line length. SWR is the ratio of impedance not the ratio of Voltage or Current. True SWR is Load impedance/Surge impedance or surge impedance/load impedance depending on which is the greater value.

Yang terjemahan bebasnya adalah :

SWR ( maksudnya nilai SWR yang ada diantara antenna dan coax ) tidak dipengaruhi oleh panjang kabel coax. Jika terjadi PERUBAHAN PEMBACAAN SWR ( yang umumnya dipasang dibawah / dekat TX ) itu adalah disebabkan oleh SWR METER nya sendiri dan BUKAN KARENA NILAI SWR REALNYA ( yang ada antara antenna dan ujung atas coax ) yang berubah.

DAN PERUBAHAN PENUNJUKAN SEMACAM ITU ( MAKSUDNYA ADALAH BACAAN ATAU PENUNJUKAN PALSU METER YANG PALSU , TIDAK MENUNJUKKAN NILAI SEBENARNYA ) HANYA BISA TERJADI KALAU ANDA MENGGUNAKAN VSWR METER ATAU ISWR METER ( SWR meter yang mengambil sampling voltage atau SWR meter yang menggunakan sampling arus ) , SEPERTI KEBANYAKAN / HAMPIR SEMUA YANG DIJUAL DIPASARAN. SWR JENIS VSWR MAUPUN JENIS ISWR MEMANG PENUNJUKANNYA BISA DIPENGARUHI OLEH PANJANG COAX. Ingat bahwa SWR adalah Ratio dari Impedansi DAN BUKAN RATIO DARI TEGANGAN ATAU ARUS sehingga kalau alat yang anda gunakan berbasis tegangan atau arus , ia akan bisa salah baca ( salah penunjukan ).

SWR YANG “BENAR2 SWR METER” ADALAH METER YG DASAR KERJANYA MENGUKUR IMPEDANSI BEBAN / IMPEDANSI SURJA ATAU IMPEDANSI SURJA / IMPEDANSI BEBAN ( yang dimaksud penulis disini adalah sama dengan SWR meter jenis THRULINE WATT METER dalam tulisan saya sebelum ini ).

Bagi saya , penulis yang satu ini ( Joey Migs ) saya anggap memahami betul masalah SWR.

http://www.copper.com/discus4/messages/34/105164.html?1265485401

Sekarang kita perhatikan jawaban seorang amatir radio . Mike / N2MG pada diskusi yang lain lagi dengan topik yang sama ( penempatan SWR meter dan pengaruhnya ).
Mike:
While these may be "elementary" questions, they are still very legitimate.

Improved SWR readings with longer cable is usually caused simply by the increased loss of the cable. RG-8/RG-213 coax has approx 2.5dB loss per 100feet at 2meter frequencies (this loss is worse at higher freq, better at lower freq). So any reduction in reflected power (for the same forward power) will make the SWR look better. In most cases, as in your case, I'm sure, the SWR meter is near the transmitter end, so by adding 80 feet to the line, any reflected power seen at the radio/SWR meter is reduced by the loss of 160 feet of coax and the forward power measured is NOT reduced. This is because the forward power is reduced by the loss of 80 extra feet of coax on the way TO the antenna, then once reflected, it sees another 80feet of loss on the return trip to the radio/SWR meter.

If you located your SWR bridge near the antenna, you'd get a much more accurate reading.

Formulas and graphs get a little cumbersome in this forum, so try to look up SWR in a handbook.

And no, your coax is not radiating - all the loss is in heat form.

Hope this helps.

73 Mike N2MG

Disini juga jelas bahwa Mike sudah biasa/sering berurusan dengan topik SWR karena ia menyebut bahwa jenis pertanyaan ttg. “Penempatan SWR” maupun “hubungan penunjukan semu/palsu dari SWR dengan panjang kabel” adalah masalah pengetahuan dasar / elementary ( yang sangat perlu untuk dipahami betul oleh setiap ham ).

Namun disini kasusnya juga berbeda , yaitu ketika seseorang memiliki kabel coax yang kependekan ( entah kependekan waktu beli/salah ukur , ataukah karena ruangan TX nya pindah sehingga butuh coax lebih panjang ) maka ia menambah panjang coaxnya. Ternyata penunjukan SWR nya MALAH menjadi makin rendah ( atau disebut penunjukannya membaik/meningkat ).

Dari pertanyaan seseorang itu , Mike langsung berani menebak ….. “pasti anda memasang SWR meter tersebut didekat TX !!” …. Mike berani memastikan ( menebak ) semacam itu –seperti saya juga pasti akan menebak hal yang sama- ………. karena Mike TAHU BETUL bahwa kasus semacam itu TIDAK AKAN PERNAH MUNCUL jika SWR kita pasang didekat antenna ( jika SWR meter didekat antenna , berapapun panjang coax - atau meskipun coax dipotong sedikit demi sedikit - penunjukan SWR meter tidak akan berubah. SWR BARU AKAN BERUBAH JIKA IMPEDANCE ANTENNA BERUBAH alias antenna dirubah settingannya ).
Mike juga menjelaskan ….. “kalau anda menempatkan SWR meter didekat antenna , penunjukan meter anda akan lebih akurat !” ……..

Dari diskusi ini saya juga termasuk orang yang yakin bahwa Mike cukup menguasai masalah SWR meter dan saluran transmisi karena ia paham bahwa SWR meter yg ditempatkan didekat antenna akan “hanya melihat kondisi SWR/mismatch yang ada” saja serta tidak mudah terganggu oleh masalah losses kabel , masalah efek transformasi impedansi dsb.” ( meskipun seorang ham yang berpengalaman JUGA BISA SAJA sudah tahu caranya meminimalisir / menghindari penunjukan palsu / semu SWR meter nya jika dipasang didekat TX )
Dibagian lain , ada komentar amatir radio lainnya , William / N4QA ( dalam tulisan ditulis Bill karena dibarat orang yg bernama William panggilannya biasanya Bill ) :

……. that the coax is terminated at both ends in its characteristic impedance such as 50 ohms. In the case of 50 ohm coax, if the rig's output impedance is 50 ohms, the ONLY instance of a vswr (or iswr) of 1 as measured by an swr bridge...(lets measure at the rig end of the circuit for convenience)... is when the impedance presented at the load (antenna or matching device) end of the circuit is 50 ohms resistive.

Disini Bill juga sangat paham bahwa kasus “penunjukan SWR yg menipu/palsu” itu hanya bisa terjadi jika SWR meter yang kita pakai adalah jenis VSWR atau jenis ISWR ( bukan WSWR / thruline Wattmeter ). Disini Bill juga langsung menebak bahwa “SWR meternya pasti anda pasang didekat rig demi kenyamanan anda”/ lets measure at the rig end of the circuit for convenience.

Demikianlah , menurut saya , apa yang terjadi pada kasus2 semacam ini , sering kali mudah untuk ditebak oleh para ham yang rajin mendalami masalah matching sampai ke basicnya ( ke masalah radiasi/rambatan gelombang , kabel transmisi dsm ).

http://www.eham.net/ehamforum/smf/index.php?topic=12116.0;wap2
Bill Allen: Good Morning,I have questions concerning SWR and coax feedline length.  I am using a homebrew SuperJ antenna at home for 2 meter operations.  The antenna is mounted on the top of my tower at about 40ft.  The existing coax to this antenna is about 55ft.  When I xmit a 50wts, I get an SWR…
 

BAGAIMANA CARA MENGGUNAKAN THRULINE WATT METER SEBAGAI SWR METER YANG AKURAT ?



Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )



BAGAIMANA CARA MENGGUNAKAN THRULINE WATT METER SEBAGAI SWR METER YANG AKURAT ?

Keterangan : Gambar diatas BUKAN model yang sama dengan yang ada penjelasan prosedur pemakaiannya dalam link dibawah ini meskipun merk Watt meternya sama dan juga sama2 memiliki nomor model yang berseri 43 ( yang ada manualnya dalam link dibawah adalah model 43 dan yang ada dalam foto diatas adalah model 4410 A dengan slug untuk pengukuran power TX sampai 10.000 Watt ).
Gambar diatas hanya sekedar ilustrasi saja.

Untuk melakukan pengukuran SWR menggunakan “ SWR Meter Beneran” ( jenis Thruline Watt Meter yang akurat ) harus dilakukan dengan cara yang benar. Mereka yang melakukan peraturan harus mengenali dulu dengan baik prosedur penggunaan secara benar untuk mendapatkan hasil terbaik serta agar tidak merusak peralatan.

SWR meter semacam ini sangat berbeda prinsip kerjanya dengan hampir semua ( kebanyakan SWR meter yang beredar dipasaran ). SWR meter yang paling banyak dijual dipasaran adalah jenis yang kurang akurat karena melakukan pengukuran dengan menggunakan sample tegangan ( voltage ) yang ada pada coax atau yang kita kenal sebagai VSWR. Ada juga SWR meter yang bekerja menggunakan sampling Arus/Current ( disebut ISWR ) namun jauh lebih jarang karena pembuatannya yang lebih sulit ( tidak sepraktis VSWR atau yang lebih sering disebut SWR Meter ).

Bagaimana peraturan cara penggunaannya , tergantung dari modelnya , tetapi secara umum KURANG LEBIH sama ( kecuali untuk daya2 besar dan atau model yang dilengkapi dengan tombol Selector / Multiplyer seperti diatas ).

Saya postingkan link dibawah ini untuk memberikan berikan contoh cara menggunakan alat ukur semacam ini :

http://www.repeater-builder.com/test-equipment/bird/pdf/bird-43-wattmeter-old.pdf

Kamis, 11 April 2013

MENGGANTI TRANSISTOR MOSFET RM KL - 203 DENGAN IRF520



http://www.rmitaly.com/download/instructions/KL203-Instruction.pdf

RM KL-203 MOSFET Linear Amplifier.
  • 0.5W - 10W AM/FM, 1 - 20W SSB input
  • Up to 100W AM/FM 200W SSB output
  • 13.8V DC
  • Switchable SSB Delay Relay
Frequency 18-30 MHz (Europe)
Supply 12-14 Vcc
Input energy/power 10 A
Input power 0,5-10 W
Input power SSB 1-20 W
Output power 100 W Max
Output power SSB 200 W pep Max
Mode AM-FM-SSB-CW
Fuse 12 A
Output power level 1
Size 109x125x35 mm
Weight 325 gr.






KL-203 adalah penguat daya RF atau biasa dibilang booster untuk 27MHz dengan power output sekitar 100 watts.

Bentuk fisik dari KL-203 ini cukup kecil dan ringan sehingga bisa dimasukkan ke kantong jaket dan cocok untuk dipasangkan dengan berbagai macam radio cb yang mempunyai output standard dari 10 - 12 watts.







KL-203 ini memakai transistor jenis N-Mosfet sebanyak 4 buah yang bekerja pushpull dan dipasang secara parallel 2 di kiri dan 2 di kanan trafo balunnya.

Untuk tipe ke 4 buah transistor mosfetnya secara pasti bawaan dari pabriknya tidak diketahui karena memang tidak nampak lagi pada badan mosfetnya karena sengaja dikerik tipenya.

Tapi jangan khawatir saya akan sharing info disini, ternyata bisa digantikan dengan IRF520 dengan hasil yang sama untuk power output nya yaitu sekitar 100 watts.

Saya pernah mengganti ke 4 buah transistor mosfetnya yang jebol akibat over heating dengan IRF520 dan ternyata hasilnya ok sama seperti semula sebelum jebol.

Nah...apabila rekan2 mengalami kasus yang sama dengan saya yang punya KL-203 nya jebol, ganti saja dengan IRF520.


Selamat mencoba dan salam terbaik

Senin, 08 April 2013

HF BOOSTER 40 - 60W DENGAN TRANSISTOR N-MOSFET IRF520, IRF530 ATAU IRF540

Kalau hanya  untuk mendapatkan daya output 40 - 60 watts di band HF, kenapa tidak memakai transistor jenis N-Mosfet tipe IRF520, IRF530 atau IRF540 saja yang sangat murah harganya jika  dibandingkan dengan transistor penguat daya RF lainnya seperti tipe 2SC2290 atau MRF454 dan lainnya.

Saya sering merakit booster dengan IRF520, IRF530 atau IRF540 untuk dipergunakan di band 27MHz dan 11MHz dan bahkan untuk band lainnya dengan hasil yang cukup memuaskan.

Gambar2 berikut dibawah ini adalah contoh dari beberapa booster dengan 2xIRF520 atau IRF540 yang telah saya rakit secara sederhana dengan memanfaatkan sebagian komponen bekas dari bodolannya radio tranceiver bekas seperti trafo balunnya dan juga blok RF Linear bekas radio HF allband yang dimodif dan transistor finalnya diganti dengan transistor mosfet IRF520 atau IRF540 yang sebelumnya mempergunakan transitor 2SC2290 atau MRF454 dan tentunya komponen lainnya harus disesuaikan terlebih dahulu.



Booster 2xIRF520 pada blok RF Linear bekas Furuno FS-1000

Booster 2xIRF520 pada blok RF Linear bekas Furuno FS-1000

Booster 2xIRF520 pada blok RF Linear bekas Furuno FS-1000 ( tampak atas )


Ketiga gambar diatas adalah booster dengan 2xIRF520 ( pushpull), yang dirakit pada blok bekas RF Linear bodolan dari radio HF Furuno FS-1000 dan komponen lain yg tidak diperlukan sudah dibuang/dibersihkan dari pcb nya.


Dan gambar berikut dibawah ini adalah booster dengan 2xIRF540 yang dirakit pada blok bekas RF Linear bodolan dari radio VHF Kachina yang dipakai hanya blok bekas plat sirip  pendinginnya saja, sedangkan trafo balunnya bekas/bodolan dari radio Kenwood TS120S. Kemudian ditempatkan dibagian belakangnya box adaptor ( namanya juga homebrew hehehe...apapun jadi ).



Booster 2xIRF540 ( pushpull ) 

Booster 2xIRF540 ( pushpull ) yang di tempatkan pada box adaptor




Dan gambar berikutnya dibawah ini adalah booster yang sama dengan 2xIRF540 ( pushpull ), yang dipasang pada ekornya radio CB Lafayette 800 dengan tambahan saklar toggle kecil untuk posisi LOW - HI.

Posisi LOW ( booster OFF ), power CB standard Lafayette 800 yaitu 12 watts dan pada posisi HI, ( Booster ON ), power 40 - 50 watts. Lumayan bukan...?


Booster 2xIRF540, pushpull tampak samping

Booster 2xIRF540, pushpull 

Booster 2xIRF540 ( pushpull ) yang ditempelkan pada ekor belakang radio CB Lafayette 800 ( tampak samping )
Booster 2xIRF540, pushpull  ( tampak belakang )

Booster 2xIRF540, pushpull ( tampak depan )



 Booster 2xIRF540, pushpull ( tampak depan )


Booster 2xIRF540, pushpull yang pertama kali dirakit untuk uji coba dan ternyata hasilnya cukup memuaskan walaupun rakitannya seadanya, sangat sederhana sekali hanya mempergarunakan pcb lobang yang diletakkan pada selembar plat alumunium bekas pcb lift sebagai pendingin transistor mosfetnya.


Untuk skematik booster seperti gambar2 diatas sebenarnya sudah dimuat pada artikel beberapa waktu lalu.

Tapi baiklah saya muat ulang lagi skematiknya seperti di bawah ini.





Untuk transistor mosfet yang digunakan bisa tipe IRF520, IRF530 atau IRF540 atau bisa juga menggunakan tipe lain, silahkan dicoba saja dan diaplikasikan pada skematik diatas.

Happy homebrewing and wish you Good luck.

Propagasi hari ini