SELAMAT DATANG DI BLOG RADIO TENGKORAK DAN TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DAN MOHON MAAF APABILA KOMENTAR2 ANDA PADA BLOG INI BELUM DIBALAS KARENA KESIBUKAN RUTINITAS, TAPI AKAN SAYA BALAS SATU PERSATU, MOHON SABAR YA...SALAM TERBAIK

Minggu, 07 Desember 2014

MEMANCAR DENGAN SWR TINGGI , SIAPA TAKUT ?



MEMANCAR DENGAN SWR TINGGI , SIAPA TAKUT ?

By : Djoko Haryono

( Topik ini masih berhubungan dengan topik sebelumnya yang berjudul “SWR rendah bisa membunuhmu” ).

SWR tinggi tidak selalu berbahaya atau menimbulkan resiko tinggi. Dengan pemahaman yang benar , kita akan bisa memaklumi mengapa W8HKK atau para “para pakar elit” dibidang komunikasi radio tidak pernah memusingkan “betapa sibuknya dunia” berusaha mendapatkan SWR 1: 1.
Berkomunikasi dengan SWR diatas 3 : 1 , diatas 4 : 1 atau bahkan lebih tinggi lagi , bukanlah hal yang asing bagi mereka.

Mereka tahu betul bahwa EFFISIENSI TINGGI dari sistem antenna ( antenna + saluran transmisi ) TIDAKLAH HANYA SEMATA-MATA DITENTUKAN OLEH NILAI SWR YANG RENDAH.
Effisiensi antenna sebenarnya ditentukan oleh ( minimal ) 2 hal yang berbeda yaitu :

1. SWR
2. Total attenuation ( total line attenuation ).

Kebanyakan dari kita hanya berfokus untuk mengejar SWR serendah mungkin , bahkan mendapatkan SWR “UNITY” ( 1 : 1 ) sering dijadikan kebanggaan , dan “kurang memahami” besarnya peranan dari VERY LOW LINE ATTENUATION dalam menciptakan sistem ber EFFISIENSI TINGGI.
Kebanyakan kita masih menganggap bahwa REFLECTED POWER YANG TINGGI ( yang terjadi pada SWR yang tinggi ) adalah LOST / LOSSES YANG TINGGI PULA. Mereka menganggap bahwa akan ada bagian besar dari power yang ( akan ) tidak berhasil terserap dan terpancar oleh antenna.

Padahal itu adalah sebuah CARA BERPIKIR YANG KELIRU KARENA MENGABAIKAN BESARNYA PERANAN DARI FAKTOR LAINNYA TERHADAP EFFISIENSI SISTEM YAITU ( SEBERAPA ) TINGGI RENDAHNYA LINE ATTENUATION.

Hal sangat penting yang perlu kita sadari adalah kondisi very low loss line atau ATTENUATION YANG SANGAT RENDAH ( yang semakin mendekati nol ) AKAN MENYEBABKAN REFLECTED POWER ( gelombang pantulan yg makin besar jika SWR makin tinggi ) TIDAK LAGI MENJADI LOSSES / LOST .

Pantulan yang besar itu tidak akan kemana-mana ( tidak hilang sebagai kerugian ) karena pada line yang “very low loss” GELOMBANG PANTULAN ITU TIDAK TERDISIPASI ( tidak berubah menjadi panas dsb ). Ia seakan “tidak menemukan jalan” ( melalui bahan dielektrik dari saluran transmisi ) untuk “mendisipasikan diri”.

Lantas akan kemanakah gelombang yang terpantul dari antenna dan kembali kearah input dari saluran transmisi itu ? IA AKAN BALIK ( TERPANTUL ) LAGI KEARAH ANTENNA SAMPAI SELURUHNYA ( ATAU SEBAGIAN BESAR ) TERPANCARKAN.

Catatan : Sekali lagi , ini hanya terjadi pada rancangan line dengan very low attenuation. Sedangkan pada line yang attenuationnya ( makin ) besar , akan terjadi disipasi yang ( makin ) besar pula , dan itulah yang ( makin ) significant menurunkan effisiensi dari sistem antenna.

JADI , MENGAPA HARUS TAKUT PADA SWR TINGGI JIKA KITA SUDAH PAHAM PADA BETAPA PENTINGNYA UNTUK MENGONTROL DESIGN KITA AGAR SISTEM KITA MEMILIKI TOTAL ATTENUATION YANG SERENDAH MUNGKIN ( MAKIN MENDEKATI NOL MAKIN BAIK ). BAHKAN DENGAN SWR TINGGI ITULAH JUSTRU AKAN MEMPERMUDAH KITA UNTUK BEOPERASI MULTIBAND ( BANDWIDTH AKAN MAKIN LEBAR ).

Dibawah ini saya kutipkan 2 bh contoh, bagaimana sebuah sistem komunikasi ruang angkasa – darat mampu bekerja dengan effisiensi tinggi pada sistem radio mereka yang memiliki SWR 4.4 : 1

CONTOH 1.
Ini adalah sistem antenna Dipole Multi Frequency pada satelit cuaca Tiros ESSA – Itos – APT yang dirancang dan dibangun oleh W8HKK / W2DU ( M. Walter Maxwell ). Contoh dari salah satu pengukuran dibawah ini dilakukan pada salah satu frekuensinya yaitu 108 MHz ( Beacon Telemetry ).

Impedansi terminal antenna terukur 150 – j 100 ohm. VSWR = 4.4 : 1 Reflected Power 40%.
Penyetelan matching tidak bisa dilakukan pada lokasi ideal ( yaitu antara antenna dengan output dari line ) karena akan menimbulkan kesulitan konstruksi mekanik , thermal & elektrik , sehingga matching terpaksa dilakukan pada titik input dari line.

Power dari TX = 30 mW ( milliWatt ). Karena kecilnya perancangan power maka timbulnya losses yang besar tidak akan ditoleransi disini. Attenuation dari feed line + Matching Circuit sebesar 0.2 dB. Tambahan loss akibat SWR = 0.24 dB ( 5.4% ) sehingga Total Loss = 0.44 dB ( 9.6% ).

Jika kita gunakan asumsi yang umum kita pakai ( TAPI SEBENARNYA SALAH ! ) maka seluruh Reflected Power ( 40% ) akan kita anggap sebagai losses , sehingga teori umum akan mengatakan bahwa power hanya akan tinggal 18.1 mW saja yang akan terserap dan terpancarkan oleh antenna dan effisiensi antenna ( menurut “ajaran” yang paling banyak kita baca/pakai ) hanyalah sebesar 60% saja.

Tetapi hasil dari pengukuran samasekali tidak mendukung apa yg seing kita anut itu. Meskipun SWR nya 4.4 : 1 namun Power yang terserap antenna ternyata terukur 27.1 mW !! yang itu berarti losses yang sebenarnya ( untuk total attenuation ) hanyalah 2.9 mW dan dari nilai tsb. HANYA 1.6 mW DIANTARANYA YANG BENAR2 BERASAL ( DITIMBULKAN OLEH ) SWR YANG 4.4 : 1 tsb.
Jadi REALITAS YANG TERJADI adalah : Jika ( dimisalkan ) antenna tsb. dalam kondisi “Perfectly Matched ( SWR 1 : 1 )” maka hasil hitungan effisiensinya akan sebesar 95.5 % , namun pada kasus ini ( karena SWR nya ditolerir 4.4 : 1 ) effisiensi dari sistem jadi turun relative sedikit sekali menjadi 90.4 % yang dalam bidang radio sudah dianggap sangat tinggi. Meski effisiensinya “hanya” 90.4% namun keuntungan dari bahdwidth yang semakin lebar menjadi keunggulan lain yang sama pentingnya dengan effisiensi tinggi tsb.

Realitas effisiensi yang mencapai 90.4% tsb. tentulah berada diluar perkiraan dan pemahaman kita yang terlanjur “mendewakan” SWR 1 : 1 dan meremehkan peranan besar dari total line attenuation yang serendah mungkin.

CONTOH 2.
SWR 9.8 : 1 DARI ANTENNA PADA TRANSMITTER SATELIT NAVSAT
Satelit NAVSAT/ Navy Navigational Satellite sudah beroperasi lama
sebelum sistem satelit navigasi Amerika mulai didedikasikan bagi kepentingan international dengan nama GPS. Terminal antennanya memiliki impedansi 10.5 – j 48 ohm. SWR nya 9.8 : 1. Reflected power 66% ( suatu angka yang sangat besar & tentu akan dihindari
jika yang dipakai adalah “cara berpikir amatir radio pada umumnya” , yang sebetulnya malah keliru ). Antenna tsb. juga “matched at the line input”. Flat line attenuationnya 0.25 dB dan tambahan lossesnya yang diakibatkan oleh SWR 9.8 : 1 tadi sebesar 0.9 dB atau hampir 4 X lipat dari line attenuation ) , sehingga Total Loss nya 1.15 dB atau sekitar 1/6 S-Unit.

Losses yang sangat besar ini ( jika yang dipakai persepsi umum )
terbukti sama sekali tidak berdampak buruk merugikan karena losses dari saluran transmisi berdielectric udara itu bukan jenis losses yang “hilang terdisipasi kemana-mana” ( sebagai panas atau kebocoran lewat bahan dielectric ).

Hal ini berbeda dengan persepsi paling umum didunia amatir radio yang menganggap bahwa SWR rendah adalah “pemain utama” sebagai penentu tingkat effisiensi antenna. Kesalahan persepsi itu terjadi karena sebagian besar ham berkutat dengan penggunaan coaxial , jenis saluran yang attenuasinya tinggi sehingga “lupa” bahwa kemampuan menekan attenuasi line ( sampai ) menjadi
sekecil –yang umumnya hanya bisa dicapai dengan saluran transmisi jenis air dielectric )- mungkin adalah pemain utama yang sebenarnya dalam hal efisiensi pemancaran RF.


SWR RENDAH SERING / KADANG MERUGIKAN.

Setelah pernah saya kutipkan 2 contoh tentang “Sistem yang memiliki SWR tinggi namun malah effisiensinya lebih tinggi” ( contoh pada sistem antenna wahana luar angkasa ) , maka kali ini saya kutipkan juga contoh2 semacam berikutnya. Demikian kuat dan luasnya mitos ( keyakinan yang sebenarnya salah ) bahwa SWR yang “Unity” alias nilainya 1 : 1 adalah selalu yang terbaik. Lebih parah lagi adalah telah demikian banyaknya ham yang percaya ( meyakini ) bahwa SWR tinggi akan menyebabkan timbulnya pantulan gelombang ( reflected power )
yang besar YANG AKAN BERBALIK DAN MASUK KE BAGIAN FINAL TRANSCEIVER / TRANSMITTER DAN MERUSAKKAN FINAL. Bahkan ada yang demikian yakin bahwa gelombang pantulan itu tidak hanya bisa “dimonitor” / diketahui keberadaannya di saluran transmisi / line , namun akan “terlihat” dan ditemukan ( sampai kembali masuk ) di rangkaian final , dengan menggunakan “storage oscilloscope”.

Padahal Reflected power sama sekali TIDAK PERNAH KEMBALI MASUK KE FINAL UNTUK MENGHANCURKANNYA !! Pemahaman inilah yang perlu ditanamkan pada setiap ham. Para ham HARUS ( perlu ) tahu APA YANG SEBENARNYA TERJADI KETIKA TERJADI KERUSAKAN DITINGKAT FINAL DISAAT SWR TINGGI , atau dengan kata lain ….. “Apa yang menjadi penyebab sebenarnya dari kerusakan
semacam itu ?”

Kerusakan ( jebolnya ) komponen tingkat final yang bisa terjadi ketika
SWR tinggi ( pada sistem line yang memiliki losses yang tinggi / belum very low attenuation system ) smacam itu sebenarnya terjadi BUKAN karena finalnya dihantam gelombang pantulan , melainkan disebabkan karena terjadinya apa yang kita sebut sebagai DETUNED / UNTUNED / DECOUPLING.

Pada banyak tulisan2 saya yang lain ( seputar Impedansi & Matching
diaantar line dan sistem antenna ) saya sering menjelaskan tentang apa yang disebut “transformasi impedansi” dimana nilai impedansi feed point antenna ( atau nilai yang sama/ terbaca di output dari line alias “ujung atas” coax ) akan / bisa berubah atau terbaca berbeda jika pengukurannya dilakukan dari ujung coax yang lain yaitu di input dari line alias ujung bawah dari coax.

Transformasi atau perubahan itu ( sehingga yang ditunjukkan bukan nilai yang sebenarnya dari antenna ) terjadi jika kondisi impedansi antenna MASIH REAKTIF dan TIDAK/BELUM RESISTIVE SESUAI DENGAN NILAI IMPEDANSI KARAKTERISTIK DARI LINE / COAX. Kemungkinan perubahan itu semakin besar JIKA NILAI TOTAL
ATTENUATION ( LOSSES ) DARI LINE SISTEM SEMAKIN BESAR.

Kalau pada tulisan2 tersebut yang sering saya jelaskan adalah dampak
negatipnya yang mudah timbul berupa NILAI SWR YANG DITUNJUK KAN SWR METER ( YANG TERPASANG DIDEKAT TX / TRANSCEIVER ) MUDAH MENJADI “NILAI SWR / MATCHING ) YANG SALAH” DAN BUKAN NILAI SWR YANG SEBENARNYA DARI ANTENNA , maka kali ini masalah dampak dari transformasi impedansi itu saya tampilkan dalam bentuk ( akibat ) lainnya , yang bukan hanya berupa kesalahan penunjukan SWR meter kita , MELAINKAN DALAM KASUS JEBOLNYA FINAL ITU , TRANSFORMASI IMPEDANSI YANG TERJADI ( PADA NILAI SWR TINGGI ) AKIBAT LINE ATTENUATION / LOSSES DAN JUGA BISA “DIPENGARUHI OLEH PANJANGNYA LINE” , AKAN MENGAKIBATNYA PERUBAHAN NILAI IMPEDANSI DI “TITIK COUPLING” DAI TX / TRANSCEIVER.

Padahal ( sebelumnya ), pada waktu couplingnya dalam kondisi “tuned-in” , maka arus pada rangkaian final akan minimal / “dip”. Ketika terjadi decoupling / detuned , perubahan nilai impedansi dititik tersebut akan menyebabkan arus final mendadak melonjak tinggi melampaui batas kemampuan dari sistem final itu sendiri. Peristiwa Over current itulah yang sebnarnya yang menjebolkan pesawat , dan sama sekali bukan karena gelombang pantulan yang masuk menerjang final.

Kita kembali ke bahasan utama yang berkaitan dengan mitos bahwa SWR tinggi itu pastilah sesuatu yang buruk ( tidak effisien ). Dibawah ini adalah contoh lain / berikutnya yang menunjukkan contoh kasus dimana effisiensi dari sistem yang justru turun ketika nilai SWR diturunkan.

CONTOH KE 3
Sebuah antenna ¼ lambda ( AM-Broadcast ) memiliki 100 bh. radial yang terpasang secara rapid an sempurna serta MEMILIKI LOW RESISTANCE YANG BISA DIABAIKAN KARENA KECILNYA. Sejumlah AM Broadcast di Amerika memiliki jaringan radial sampai 240 bh. , meskipun Peraturan FCC hanya mengharuskan pemakaian 120
radial.

Sistem 100 radial dalam kasus yg dijadikan contoh ini menghasilkan
Impedansi pada terminal antenna sebesar 36.5 + j 22 ohm dan menjadi mendekati 32 ohm jika sistem dipendekkan sampai resonans tercapai. Jika di fed dengan coax 50 ohm , SWR tepat pada titik resonancenya sebesar 1.6 : 1 dan berangsur meninggi pada kedua sisi titik resonance tsb.

Pada sistem radial dibuat hanya terdiri atas 15 radial , dihasilkan
sekitar 16 ohm ground loss resistance. JIKA PADA SISTEM RADIAL YANG MEMILIKI 100 RADIAL ITU JUMLAH RADIAL2NYA DIKURANGI SECARA BERTAHAP ( dilepasi sebagian demi sebagian ) , GROUND RESISTANCENYA AKAN NAIK sehubungan jumlah radial yang makin sedikit. 

Langkah mengurangi jumlah radial yg semula banyak itu akan menambah Radiation Resistance , menaikkan Total Line Terminating Resistance ( pada feed point ) menjadi SEMAKIN MENUJU ( MENDE KAT KE ) 50 ohm. PENUNJUKAN SWR MENJADI SEMARIN RENDAH.

Ketika jumlah radial yang dilepas sudah cukup banyak dan loss
resistancenya sudah mencapai 18 ohm , maka terminating resistance ( Feed Point Impedance ) menjadi 50 ohm dengan akibat SWR Meter menunjukkan kondisi matching yang “Sempurna” 1 : 1

KONDISI SEMACAM INI SERING MENIPU BANYAK ORANG , TERUTAMA MEREKA DIANTARA KITA YANG SELALU MENDEWA KAN SWR 1 : 1

Padahal pada keadaan ini , ketika SWR tutun sangat banyak dan berhasil menunjuk 1 : 1 , ternyata power yang terpancar justru juga menurun dan bukannya malah naik. Seperti yang kita duga. Mengapa demikian ? Itu disebabkan KARENA POWER YANG ADA PADA SISTEM TSB. SEKARANG TERBAGI ( DIBAGI DUA ) OLEH RADIATION
RESISTANCE YANG 32 OHM , DAN GROUND RESISTANCE YANG 18 OHM !!

Tidak seperti yang kita duga/harapkan , ternyata Ground Loss yang makin tinggi menyebabkan “Off Resonance SWR” nya seakan “terikat” tidak bisa beranjak atau berpindah dari posisinya ( menunjukkan ) angka rendah.

JADI NILAI SWR RENDAH 1 : 1 PADA CONTOH KASUS INI TIDAK MEMILIKI ARTI APAPUN KECUALI HANYA SEKEDAR “BAHWA SISTEM ANTENNA / LINE SUDAH MATCH”, MESKIPUN SEBENAR NYA JUSTRU ADA SEKITAR 50% DARI POWER YANG HILANG PERCUMA , TERBUANG , TERDISIPASI HANYA UNTUK “MEMANAS KAN TANAH” DIBAWAHNYA SAJA.

Jadi ber-hati2 lah, jangan sampai kita memendam rasa “cinta buta” pada nilai SWR yang “serendah mungkin”. Tapi cintailah sistem yang benar2 memiliki effisiensi tinggi.

( bersambung ke contoh ke 4 ).

"SWR RENDAH BISA MEMBUNUHMU !"



"SWR RENDAH BISA MEMBUNUHMU !"

By : Djoko Haryono

MESKIPUN APA YANG TERTULIS DALAM LINK DIBAWAH NANTI ADALAH BACAAN BAGI PARA HAM SENIOR , TAPI JUGA AKAN SANGAT BAGUS BILA PARA HAM BARU / NOVICE MAU MEMPELAJARINYA.

Judulnya memang agak ( terlalu ? ) bombastis karena berbunyi “SWR RENDAH BISA MEMBUNUHMU” , tapi dengan tulisan ini W2DU / W8HKK ( M. Walter Maxwell ) ingin memberikan penekanan yang kuat / serius bahwa penunjukan SWR yang serendah mungkin ( apalagi sampai menunjukkan 1 : 1 ) adalah sesuatu yang “tidak ada gunanya”. Manfaat dan perbedaannya ( dengan nilai SWR yang tidak 1 : 1 tidaklah significant.

Dengan judul yang bombastis ( provokatif ) itu W8HKK ingin mengatakan : …. Ngapain loe susah2 mengejar SWR 1 : 1 ? Apa yang bakalan loe dapatkan ? Apa hasilnya ? …….

W8HKK bahkan memberikan contoh bahwa SWR yang tinggipun ( atau agak tinggi ? ) akan memberikan hasil ( transmisi ) yang lebih baik ASALKAN KITA MENGUASAI / MENGENAL BETUL APA YANG HARUS DILAKUKAN ( CARA YANG BENAR ) PADA RANCANGAN ANTENNA & SALURAN TRANSMISI KITA.

Walter adalah seorang expert didunia komunikasi radio. Ia sudah merancang dan terlibat dalam puluhan proyek perancangan / pembuatan antenna dan sistem radio Bumi – Ruang Angkasa ( Earth to Space Communication )., termasuk proyek ECHO I dan Tiros ESSA.
Ia merancang sistem antenna untuk modul kendaraan penjelajah bulan ( ApolloLunar Rover / Moon Buggy ). Ia terlibat dalam proyek SCORE dsb.

Bahkan pada tahun 1958 ia sudah sukses menciptakan antenna untuk program ruang angkasa / ATLAS yang akhirnya dikenal karena dari ruang angkasalah datangnya ) samasekali tidaklah significant.siaran / broadcast Ucapan Selamat Hari Natal dari Presiden Eisenhower. Ucapan Natal pertama yang disiarkan dari ruang angkasa.

Tulisan M. Walter Maxwell ( W2DU / W8HKK ) yang berjudul “ANOTHER LOOK AT REFLECTIONS” yang tidak hanya mampu “memutar balikkan pemahaman kita ( atau sebagian besar dari kita ) yang salah seputar pantulan gelombang / signal ( reflection wave ) yang muncul ketika antenna belum match” tetapi juga menjelaskan secara sangat jelas tentang mitos2 seputar SWR dsb.

Dalam daftar referensi2 ( bacaan ) saya , tulisan W8HKK ini termasuk yang saya beri nilai “Bintang 5”.

Meski isinya ( kemungkinan besar ) lebih cocok ( = lebih mudah dipahami ) para ham senior , namun akan sangat baik bila para pemula juga mempelajarinya meskipun akan sangat banyak penjelasan2 yang seakan berlawanan / sangat berbeda dengan apa yang diyakininya sampai saat ini.

Jadi , janganlah kita terlalu “termakan” kebiasaan / budaya umum yang selalu “mengejar penunjukan SWR serendah mungkin”.

 http://homepages.ipact.nl/~pa1are/tuner/reflections.pdf 



Ketika semua orang "berlomba lomba" mencapai SWR 1 : 1 agar reflected power tidak muncul , W8HKK ( Maxwell ) justru malah menyenangi adanya reflected power. SWR 1 : 1 bukanlah sesuatu yang penting baginya.

Dia mengatakan bahwa adanya reflected power itu malah memberikan keuntungan baru. Jika kita tahu caranya bagaimana "mengelola dengan benar" ( mengontrol ) gelombang pantulan liar itu , kita akan mendapat bonus bisa lebih mudah menaikkan ( melebarkan ) bandwidth.

Kalau kita pelajari , banyak ajaran ajarannya yang ( terasa ) bertentangan dengan apa yang kebanyakan orang yakini selama ini.

RALAT.
Pernyataan saya tadi bahwa "SWR rendah bisa membunuh" itu hanya sekedar "eye catcher" atau gaya bahasa agar tulisan W8HKK jadi lebih menarik , rupanya kurang tepat.

Setelah saya ingat2 lagi apa yang pernah ditulis W8HKK , dia memang serius ingin mengatakan bahwa SWR yang rendah memang bisa lebih mudah "membunuh" orang.

Maksudnya begini. Kita membandingkan antar 2 orang amatir radio. Orang yang pertama sudah berhasil mendapatkan SWR ( misalnya ) 1.4 : 1 dan dia merasa itu sudah bagus. Dia yakin bahwa dia tidak perlu "ngotot" berusaha mati2 an agar mencapai SWR 1 : 1 sebab kalaupun dia dapatkan 1 : 1 , maka station lain ( lawan komunikasinya ) tetap tidak akan melihat adanya kenaikan apapun pada S-meter/Signal Strengthnya.
 
Jadi orang pertama ini sudah berhenti meng kutak kutik antennanya dan langsung menggunakannya untuk berkomunikasi.

Kita bandingkan dengan amatir lainnya/kedua yang sudah terbiasa selalu "berusaha mati2an untuk bisa mencapai SWR 1 : 1" ( padahal -kata W8HKK- hampir semua amatir melakukan pengukuran SWR yang salah yaitu "dari ujung coax yang keliru" yaitu yg didekat TX ).

Maka , ini lagi2 menurut W8HKK , ham atau orang ( siapapun ) yang selalu terpaku berusaha mati2an agar bisa mencapai SWR 1 : 1 PASTILAH IA MEMBUTUHKAN ( = PERLU ) NAIK TURUN TOWER LEBIH SERING UNTUK MELAKUKAN PENYETELAN ANTENNA , DIBANDING ORANG YANG SUDAH BISA MENERIMA SWR 1.4 : 1 TADI . Atau amatir tadi perlu naik turun atap / genting lebih sering.

Menurut Maxwell , SEMAKIN SERING KITA NAIK TURUN TOWER ATAU NAIK TURUN ATAP , SEMAKIN BESAR RESIKO UNTUK TERJATUH , ATAU TERSENGAT LISTRIK dsb. dsb.

Itulah yang dia maksud dengan SWR RENDAH AKAN ( LEBIH RISKAN ) MEMBUNUHMU
Memang , suka atau tidak suka itu adalah fakta ( bahwa semakin kita berusaha belajar , akan semakin kita sadari bahwa yang sudah kita ketahui itu "belum ada apa2nya" , alias masih demikian banyak kebenaran diluar sana yang belum kita ketahui.

HUBUNGAN ANTARA GAIN & DIRECTIVITY





HUBUNGAN ANTARA GAIN & DIRECTIVITY

By : Djoko Haryono

MENGHITUNG BEAMWIDTH JIKA GAIN DIKETAHUI

CATATAN : RUMUS DIBAWAH INI INI DIGUNAKAN UNTUK ( PADA KONDISI ) MAJOR LOBE DIASUMSIKAN SIMETRIS.

B = 203 : ( √10 ) X

Dimana B = lebar sudut beamwidth dalam O ( derajat ).

X = Power gain antenna dalam dB ( over Dipole ) : 10
( X = dB / 10 )

Beamwidth adalah lebar sudut pada posisi – 3dB pada major lobe

Contoh :

Sebuah antenna memiliki gain 15 dB. X = dB/10 = 15/10 = 1.5

B = 203 / ( √10 ) 1.5 = 203 / 3.1621.5 = 203 / 5.62 = 36.1O

Jadi beamwidth antenna tsb = 36.1O

MENGHITUNG GAIN JIKA BEAMWIDTH DIKETAHUI

Gain = 2 log ( 203 / B )

Pada antenna yang belum diketahui gainnya dilakukan pengukuran beamwidthnya , dan dari beam width itulah gainnya bisa dihitung.

Contoh :

- 3dB dari sebuah antenna dimisalkan selebar 7O

Maka gain X = 2 log 203 / 7 = 2 log 29 = 2 ( 1.462 ) = 2.925

Karena X = dB / 10 dB = 10.X

Jadi gain antenna tsb. dalam dB = 2.925 X 10 = 29.25 dB

BISAKAH SILVER & RHODIUM DISEPUHKAN BERSAMA ?






BISAKAH SILVER & RHODIUM DISEPUHKAN BERSAMA ?

By : Djoko Haryono

Kalau tempohari saya membahas seputar “Mana yg. lebih baik , material antenna ( juga inductor , cavity , resonator ) berlapis perak ataukah emas” , dimana saya jelaskan bahwa EMAS TIDAK LEBIH BAIK DARIPADA PERAK , kecuali untuk perhiasan tentu saja emas lebih berharga , maka kali ini saya ingin menulis tentang keterlibatan RHODIUM.
Tulisan ini membahas singkat seputar :

01. Apa peran RHODIUM pada bahan perak / silver ataupun pada bahan yang disepuh ( dilapis ) perak ?

02. Bagaimana jika antenna ( atau inductor dsb ) yang dilapis perak kemudian dilapisi Rhodium lagi ( jadi ada 2 lapisan yang berbeda dan saling “bertumpuk” ) ?

03. Bagaimana jika PERAK/SILVER & RHODIUM itu tidak “ditumpuk” melainkan “dicampur” dan baru campurannya dilapiskan ( menjadi semacam lapisan slver rhodium alloy ) ?
Pertanyaannya sebetulnya bukan pertanyaan …. “Bagaimana jika ….. dst” tsb. melainkan lebih baik yang kita tanyakan adalah ……. “BISAKAH DILAKUKAN PLATING ( ELECTROPLATING ) BERSAMA ANTARA KEDUANYA ( anodenya sekaligus perak dan rhodium ) ?”

Kalau keduanya ( misalnya ) bisa efektif disepuhkan bersama , lalu electrolytenya harus menggunakan apa ? Kalau tube tembaga kita plating / lapisi dengan PERAK / SILVER , kita menggunakan Copper Sulfate / Cipric Sulfate ( CuSO4 ) sebagai electrolytenya , sedangkan kalau RHODIUM , pelapisannya berbasis Silver Cyanide ( AgCn ).
Bisakah itu dilakukan ? Kalau begitu apakah electrolyte yang digunakan ? Apakah ada yang sudah pernah mencobanya ?

Sebab kalau ada yang sudah mencobanya dan berhasil , saya rasa kita akan bisa melapisi antenna ( atau inductor / resonator / cavity ) tidak lagi dengan perak / silver tetapi dengan SILVER – CHOMIUM “ALLOY” PLATING.

Jika kita ketahui bahwa keunggulan perak adalah resistivitynya yang sangat rendah ( conductance tinggi ) dan lebih rendah daripada emas , tapi memiliki kelemahan masih bisa teroksidasi –lebih cepat dibanding emas- , sedangkan keunggulan rhodium adalah lebih tahan terhadap oksidasi , lebih kuat dan berkilat , namun memiliki resistivity yang lebih tinggi disbanding perak , maka dengan melakukan “pencampuran dengan komposisi / perbandingan tertentu” antara keduanya , akan bisa ditemukan RATIO / KOMPOSISI YANG PALING KOMPROMISTIS.

Artinya antenna atau inductor dsb. tsb. akan bisa memiliki efisiensi puncaknya ( konduktivitas optimal dan daya tahan terhadap oksidasi yang juga optimal ).




Contoh konfigurasi lain. Anode 2 baris agar pelapisan lebih cepat dan rata.






Pada industri / perusahaan2 electro plating besar , banyak yang menggunakan “bola2 plastik” ( khusus untuk ellectro plating ) yang dimasukkan kedalam bak dan akan mengapung memenuhi seluruh permukaan larutan electrolyte.

Bola2 plastic tersebut sanggat effektif menggantikan “pintu” atau tutup bak karena bola2 itu akan menjadi dinding “isolator” yang bisa menjaga suhu larutan agar tetap stabil , menghambat / mengurangi penguapan , meminimalisir terjadinya percikan ( meningkatkan keamamanan ) , serta juga “meskipun seluruh permukaan solution” tertutup , benda kerja maupun anode atau electrode2 tetap bisa dengan mudah dikeluarkan / dimasukkan kedalam bak ( untuk pemeriksaan , perubahan posisi , penggantian dsb ).





Contoh Power Supply / Rectifier untuk electro plating.







Bentuk bak electro plating yang semacam ini bisa / cocok dipakai untuk melakukan pelapisan perak untuk antenna ( baik tube antenna vertical VHF / UHF ) tetapi jika yang disepuh hanya 1 antenna saja sebetulnya baknya tidak perlu setinggi dan sebesar ini( perlu disesuaikan ).

Kalau bak ini bisa untuk plating jumlah yang lebih besar ( sehari minimal ratusan batang / tube ). Untuk antenna “Wire” , Inductor / coil bak ini juga kebesaran.







Contoh lain bak electro plating.






COIL & ANTENNA TERBUAT ( BERLAPIS ) EMAS ? “TIDAK ADA” MANFAATNYA ! ( “TIDAK TAMPAK” PERBEDAANNYA JIKA DIBANDING DENGAN PERAK ).






COIL & ANTENNA TERBUAT ( BERLAPIS ) EMAS ?
“TIDAK ADA” MANFAATNYA ! ( “TIDAK TAMPAK” PERBEDAANNYA JIKA DIBANDING DENGAN PERAK ).

By : Djoko Haryono




Senang membaca bahwa semakin banyak rekan2 ham & experimenter yang sudah ( atau baru memulai ) bereksperiment dengan menggunakan coil & antenna berlapis perak dan bahkan emas ( sebagian lebih kecil lagi sudah melangkah implementasinya sampai mencakup cavity , impedance transformer , power divider / splitter ).

Sejumlah kecil bahkan sudah memasuki tahap produktif. Promosi / iklannya sudah beredar yang isinya penawaran penjualan produk “berlapis emas /perak” hasil karya mereka , atau juga menerima pesanan.

Namun seberapa effektifkan jika sebuah inductor ( coil ) dan atau antenna dibuat dari ( atau lebih tepat dilapis ) emas dan atau perak ?

Berikut ini adalah pandangan pribadi saya. Silahkan dikoreksi jika ternyata jalan pikiran saya yang sesat ( namun harap didukung dengan data2 , parameter dan atau referensi yang jelas ).

01. Improvement dari ( mereka yg. semula menggunakan bahan ) tembaga , berganti ke bahan yang “dilapis” perak , AKAN MEMBERIKAN HASIL PENINGKATAN EFFISIENSI / KINERJA COIL ATAU ANTENNA SECARA CUKUP SIGNIFIKAN ( dengan catatan ….. “penataan” / perhitungan perancangan dari antenna / inductor TETAP PERLU DILAKUKAN SECARA BENAR ATAU AKURAT ….. contoh : meskipun bahan ditingkatkan dari alumunium atau tembaga ke bahan berlapis perak , tetapi penyetelan resonansinya tidak tepat , tetap saja hasilnya tidak akan lebih baik ).

02. Demikian juga pergantian dari bahan tembaga ( atau yg lebih rendah , almunium ) menjadi yang “berlapis emas” , akan bisa memberikan hasil kenaikan effisiensi dari sistem antenna dan atau matching transformer dsb.

03. Namun menurut pendapat saya , adalah salah / keliru jika ada teman yang berpandangan bahwa kita akan memperoleh peningkatan effisiensi lagi jika kita melangkah / mengganti sistem “berlapis perak” ( silver plated ) menjadi “berlapis emas” ( gold plated ).

MENURUT SAYA , PENINGKATAN ITU TIDAK ADA !!
Tidak akan kita dapatkan peningkatan effisiensi transmisi ( pancaran ) jika kita berpindah dari perak ke emas !! Yang akan terjadi justru sedikit penurunan.

04. Kalaupun ada kenaikan effisiensi ( dari perak ke emas ) , maka yang disebut effisiensi itu bukanlah “effisiensi resistansi” ( baca sebagai “pancaran” ) melainkan effisiensi untuk “emas yang lebih tahan oksidasi dalam jangka waktu yang lebih panjang dibanding perak”.

Dalam menghadapi pilihan tsb. saya akan lebih memilih perak dibanding emas. Kalau sistem saya berlapis perak akan memiliki pancaran yg. lebih kuat namun daya tahannya terhadap korosi / oksidasi “hanya” ( katakanlah ) 30 tahun , sedangkan jika saya gunakan sistem yang sama namun berlapis emas pancarannya akan lebih lemah dibanding perak tetapi tahan korosi ( katakanlah ) sampai 60 tahun , maka saya akan memilih yang effisiensi pancarannya lebih tinggi yaitu perak , daripada memilih emas.

05. “BERLAPIS EMAS” LEBIH LAYAK UNTUK DIPILIH HANYA UNTUK TUJUAN2 TERTENTU SAJA.
Menurut saya hanya ada 3 alasan atau penyebab yang layak , mengapa seseorang memilih menggunakan inductor atau antenna ( atau benda apapun yang “bisa terlihat mata” ) berlapis emas atau terbuat dari emas , dan bukan perak :

AAA
Ketidak pahaman ( = tidak tahu ) bahwa perak justru memiliki nilai resistansi yang lebih rendah dibanding emas. Mereka ini hanyalah kelompok yang hanya sekedar / suka “ikut2 an saja”.

BBB
Alasan gengsi atau prestige. Kalau seorang putera mahkota / pangeran dari Timur Tengah / Arab atau keluarga Sultan Brunei memiliki tempat tidur , mobil , antenna atau perabotan / hiasan yang berlapis emas ( bahkan emas murni ) , hal itu selama ini akan dianggap wajar ( tidak aneh ) dimata masyarakat awam karena mereka adalah kalangan “aristocrat / bangsawan” yang uangnya berlimpah. Bagi mereka , emas dan berlian adalah sebuah simbol status dan bukan “kebutuhan / tuntutan teknis / teknologi”.

CCC
Kelompok ke 3 adalah mereka yang membuat antenna atau inductor ( atau komponen lainnya ) berlapis emas karena merasa hal itu benar2 merupakan kebutuhannya. Mereka paham betul tentang “Apa yang sedang dihadapinya dan apa yang dilakukannya”. Tindakannya dilandasi oleh pemahaman yang ( sudah ) benar.

Mereka merancang atau membangun sistem antenna yang ( akan ) dalam jangka panjang akan berada dalam lingkungan atau terpapar kondisi yang sangat berat / ekstrim yang sangat beresiko terjadinya oksidasi / korosi berat seperti di lingkungan2 yg penuh uap bahan kimia atau partikel2 debu kimia yg sangat korosif , temperatur tinggi , ultra violet. Peralatan semacam itu bisa ditemukan terutama pada satelit2 ataupun dilingkungan industri atau kawasan tertentu.

Demikian juga mengapa “benang emas” alias “kawat2 emas super halus” dipakai sebagai penghantar penyambung bagian dalam kaki2 rangkaian IC ( Integrated Circuit ) , hal itu juga karena kebutuhan teknis “koneksi & resintansi yg lebih stabil / tahan dalam jangka lama” tersebut , apalagi mengingat “kawat rambut” tsb. penampangnya demikian kecilnya sehingga sangat rawan terhadap pengaruh oksidasi jika bahannya bukan emas.

JADI APAKAH PILIHAN YANG TERBAIK BAGI KITA ? BERLAPIS PERAK ATAU EMAS ?
Kalau kita mencoba mencermati sedikit lebih detil seputar property ( sifat2 ) perak / silver dan emas / gold , maka bagi saya PERAK MENJADI PILIHAN YANG LEBIH BAIK DIBANDING EMAS , UNTUK SEBAGIAN BESAR IMPLEMENTASI ( PENGGUNAAN ). Meski lebih “murahan” tetapi perak justru memiliki resistansi terendah dibanding berbagai material lainnya , termasuk juga emas. Bukankah itu –yang lebih baik tapi malah lebih murah- justru lebih menguntungkan bagi para praktisi ?!?!

Emas bisa saja kita perlukan , TETAPI HANYA UNTUK KONDISI2 KHUSUS YANG TERBATAS.
MENGAPA ( APA DASARNYA ) SAYA KATAKAN BAHWA LAPISAN PERAK SECARA UMUM JAUH LEBIH MENGUNTUNGKAN DIBANDING LAPISAN EMAS ?

Coba saja kita cermati ( Saya menggunakan patokan Pender – McIL Wain ).
Jika pada daftar properties material2 dibawah ini “Resistivity dalam Micro Ohm” dalam o C saya singkat dengan R , Temperature Coefficient dalam o C saya singkat dengan TC , Maximum Working Temperature dalam o C dengan MWT , Density dalam gr/cm3 dengan D , Tensile Strength dalam lb/in2 , Coefficient Lin. Expansion 10 -6 X ( per o C ) dengan CLE , maka properties masing2 bahan tersebut adalah sbb. :

PERAK / SILVER ( 99.78 % Pure ) :
R 18 o = 1.629
TC 20 α = 0.0038
MWT = 500
D = 10.5
TS ( annealed ) = 42,000
CLE 18.9
PERAK / SILVER ( Electrolytic ) :
R 0 o = 1.468
TC 0 - 100 α = 0.00400
EMAS / GOLD ( 99.9 % )
R 0 o = 2.22
TC 18 - 100 α = 0.00368 20 α = 0.0034
MWT = 500
D = 19.3
TS ( annealed ) = 20,000
CLE 14.12
ALMUNIUM / ALUMINUM ( Pure )
R 0 o = 2.62
TC 0 - 100 α = 0.00423
ALMUNIUM / ALUMINUM ( Wire 61 % Cond. )
R 0 o = 2.607 R 20 = 2.828
TC 18 α = 0.0039
MWT = 300
D = 2.7
TS ( annealed ) = 35,000
CLE 24

TEMBAGA / COPPER ( dibagi dalam 3 standard yaitu annealed , electrolytic dan hard drawn ).
Daftar propertiesnya tidak saya tulis disini.

Untuk electrical resistancenya berbagai jenis alloy , secara umum yang digunakan sebagai standard adalah ( mengacu pada ) campuran NICKEL & CHROMIUM sebagai standard.
Sebagi patokan dasar digunakan campuran 80% Nickel dan 20% Chromium. Pada komposisi tsb. Nickel Chromium Alloy tersebut memiliki ketahanan terhadap oksidasi yang cukup baik dan ketahanan temperature kerja sampai 1100 o C.

Dengan merubah komposisi ( prosentage ) pencampuran ( plus juga prosentage penambahan iron , copper , manganese , zinc dan cobalt , akan bisa didapatkan berbagai tingkatan Resistivity , Temperature Coefficient , Melting point , Magnetic properties , Heat & Corrotion Resistivity sesuai yang kita butuhkan.

Bahan bahan konduktor sendiri dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu Kelompok Good Conductor ( = semua logam ) dan kelompok Resistive Conductor yaitu Non Metallic atau disebut juga sebagai kelompok Metalloid ( Carbon , Silicon dan Boron ). 3 bahan ini memiliki tingkat penyaluran panas yang agak baik tetapi memiliki non metallic mechanical properties.

JADI KALAU SAYA DIMINTA MEMILIH , APAKAH YG. AKAN SAYA PILIH ?
Kalau saya diminta memilih , saya akan memilih yang “berlapis perak” , dan bukan yang “berlapis emas”. Ngapain milih emas yang resistansi spesifiknya 1.468 micro-Ohm cm daripada emas yang 2.22 micro-Ohm cm itu.

Tapi tentu saja kalau jumlah bagian ( lapisan ) emasnya tebal , ya saya lebih memilih antenna atau peralatan emas dibanding yg perak. Barang itu bisa saya jual lagi , baru uangnya untuk beli antenna berlapis perak. Uang hasil “penukaran ulang” itu pasti masih berlebih , bisa untuk makan “Rawon Setan Surabaya” ber-kali2.

Tapi kalau dalam kondisi umum / biasa , ngapain saya milih antenna berlapis emas. Apalagi , salah2 baru aja dipasang udah ditodong penjahat.
CONTOH GOLD PLATED ANTENNA

Kalau yang dibawah ini –menurut saya- akan lebih bagus performancenya kalau menggunakan Silver plated saja. Gold plated sih bagus juga tapi itu bagi tujuan menghadapi lingkungan yang sangat korosif ( atau untuk tujuan prestige / status social ).

K40 GOLD PLATED STAINLESS STEEL CB MOBILE ANTENNA REPLACEMENT WHIP 57 1/4 INCH

Price: $17.95

K40 Antennas & Accessories K-100G 57.25 Gold Plated Stainless Steel Whip – K40 Antenna Accessory
• 17-7 Stainless Steel 57.25″ Whip Antenna with Gold Plated Finish.
• Special Radiused Tip to Dissipate Static No Static Ball to get Knocked Off

http://redmancbparts.com/k40-gold-plated-stainless-steel.../

INI BARU BETUL ( EFFISIEN ). SILVER PLATED ANTENNA WITH GOLD PLATED CONNECTOR.

Product Description
SHAKESPEARE Mariner 8900 8' 6dB VHF Antennawith Silver-Plated Elements & Gold-Plated Connector
Model # 6966071 | Mfg # 8900
$219.99

The Mariner 8900 features a maximum range antenna rig with an integrated extra-tough fiberglass radome. For windy conditions, high speeds and rough seas, this rugged unit stands up strong when mounted on hard tops, T-tops and radar arches. Silver plating beefs up performance for crystal clear communication. Includes ‘no-solder’ gold centerpin, PL-259 connector.
 
• Application: Premium Marine VHF
• Gain: 6dB
• Length: 8'
• Material: Fiberglass w/polyurethane finish
• Elements: Silver-plated brass
• Base Type: Stainless steel
• Lead: 20' RG-8X Coax, PL-259

• Warranty: Five years

http://www.westmarine.com/.../shakespeare--mariner-8900-8...

K40 Gold Plated Stainless Steel Cb Mobile antenna Replacement WHip 57 1/4 Inch
redmancbparts.com


 
K40, Whip Antenna with Gold Plated Finish.


Kalau yang diinginkan adalah pengaturan kebutuhan kekuatan konduktornya ( kekuatan fisik bahan ) dibanding resistansinya dari tembaga ( copper ) untuk listrik , pencampuran antara Copper dengan Beryllium sering dilakukan.

Tergantung dari komposisi ( persentagenya ) maka Bertllium Copper Alloy ini memilik Tensile Strength antara 70.000 - 180.000 psi. Ada 2 macam heat treated untuk pembuatan alloy tsb. :

1. Heat treated untuk mendapat hardness tertinggi.
2. Heat treated untuk mendapat conductivity tertinggi.

ANGKANYA SEDIKIT BERBEDA TETAPI URUTANNYA TETAP SAMA
( ARTINYA RESISTIVITY PERAK/SILVER TETAP LEBIH BAIK DARI EMAS/GOLD ).

Yang dibawah ini berasal dari sumber referensi lain lagi yaitu dari Wikipedia. Hanya angkanya saja yg sedikit berbeda dengan data dari buku saya yg sudah saya simpan / beli sejak tgl 8 Desember 1981 , tetapi urutan "keunggulan" bahan2 tsb. TETAP SAMA sejak dulu>

Perak/Silver tetap paling unggul ( resistansinya paling rendah ) , lalu dibawahnya ada emas/gold , ke 3 adalah tembaga dan ke 4 alias "terburuk" adalah almunium.

Sumber2 referensi lainnya lagi hasilnya ya sama saja.

Tapi kalau dilihat dari segi ketahanannya terhadap oksidasi , emas lebih bagus dari perak.

Jadi saya yakin bahwa kalau ada yang bereksperiment dan hasil effisiensi antennanya justru emas diatas perak , coba diteliti ulang lagi lebih cermat dimana "something wrong"nya.

http://en.wikipedia.org/.../Electrical_resistivity_and...

Silver
1.59×10−8 6.30×107 0.0038 [16][17]

Copper
1.68×10−8 5.96×107 0.003862 [18]

Annealed copper[note 2]
1.72×10−8 5.80×107 0.00393 [19]

Gold[note 3]
2.44×10−8 4.10×107 0.0034 [16]

Aluminium[note 4]
2.82×10−8


Electrical resistivity (also known as resistivity, specific electrical resistance, or volume resistivity) is an intrinsic property that quantifies how strongly a given material opposes the flow of electric current. A low resistivity indicates a material that readily allows the movement of electric c…

en.wikipedia.org

AYO KITA LAWAN PENDAPAT KITA SENDIRI !




AYO KITA LAWAN PENDAPAT KITA SENDIRI !

By : Djoko Haryono
 

SARAN SAYA : Sebaiknya anda pisahkan dan “simpan baik2” tulisan ini ( minimal link / alamat situs yang saya sertakan ). Artikel atau referensi tersebut betul2 ….. padat pengetahuan meskipun banyak atau sebagian diantaranya sangat controversial dimata anda ……

Kalau hari ini anda belum membutuhkannya , suatu hari nanti mungkin anda malah men-cari2 “satu dua” potongan / sebagian isinya. Atau bagi mereka yang mungkin masih sangat kesulitan memahami bahasa Inggris ( atau mengerti Inggris tapi belum memahami Inggris teknik ) , tidak jadi masalah !

Tidak ada salahnya mereka tetap menyimpan saja file ini. Suatu saat nanti pemahaman bahasa Inggris mereka akan membaik dan itulah tiba saatnya mereka akan menikmati isi dari referensi terlampir.

SEBUAH CARA PANDANG ATAU PEMAHAMAN YANG SALAH , JIKA SULIT DIARAHKAN LAGI KARENA TERUS MAKIN BANYAKNYA YANG MEMPERCAYAINYA , AKHIRNYA AKAN BERUBAH MENJADI COMMON SENSE DIMANA HAMPIR SEMUA / KEBANYAKAN ORANG MENGANGGAPNYA SEBAGAI SEBUAH KEBENARAN , SEMACAM KESALAHAN MASSAL ( RAMAI2 KELIRU ).

Untuk maju , terkadang kita perlu memiliki keberanian untuk membongkar dan “meng-obrak abrik” sendiri ( untuk diluruskan dan ditata ulang kembali ) sebuah keyakinan yang sudah lama kita pegang.

Masih luar biasa besar prosentage orang radio yang percaya bahwa Reflected Power yang besar ( dan mereka tidak memasang ATU/tuner pada sistemnya ) akan merambat kembali kearah TX lalu masuk ke Rangkaian Final dan akan berakhir dengan “menjebolkan” ( merusak ) Final. Demikian banyak mereka yang tetap memelihara mitos tersebut dikepalanya.

Sangat kecil prosentagenya mereka yang tahu bahwa sebetulnya reflected power samasekali tidak memiliki kemampuan untuk menyerang masuk kedalam final. Masih terlalu sedikit yang paham bahwa “yang dilakukan oleh reflected power” itu adalah menimbulkan transformasi impedansi , menyebabkan rangkaian resonansi di final mengalami kondisi “de-tune” / out of tune. Situasi baru yang de-tune itu berakibat melonjak naiknya sampai tinggi arus di final melebihi kemampuan ( spec / rating ) komponen yang dipakai ( kita tahu , pada kondisi “tuned-in” arus akan minimal ).
Lonjakan arus yang sangat besar itulah sebetulnya yang menjebolkan TX kita jika reflected power besar.

Juga kenyataan diseputar kita tentang betapa kuatnya kepercayaan bahwa Antenna Tuner / ATU akan memperbaiki kondisi antenna yang semula tidak matching menjadi matching. Mitos itu masih demikian kuatnya menjangkiti kalangan yang cukup luas.

Ada yang sudah memahami apa yang sebenarnya terjadi , tetapi prosentagenya –lagi2- selalu jauh lebih kecil dibanding yang salah memahami.

Dalam link referensi terlampir , penjelasan tentang hal tsb. tidaklah cukup detail , namun itu sudah bisa semakin menegaskan penjelasan saya seputar hal yang sana , yang sudah sering saya tulis.

Dari sanalah pandangan kita akan diluruskan kembali untuk memahami bahwa antenna tuner ( yang kebanyakan dipasang dalam ham shack tidak jauh dari TX / Transceiver ) hanyalah mampu menjodohkan / matching kondisi unmatch ditempat itu saya ( diantara 2 titik “dari TX” dan “ujung bawah coax”.

Bagaimana pemasangan ATU “dibawah” itu bisa dipercaya akan mampu memperbaiki ketidak jodohan beban / antenna yang sebetulnya letaknya berada jauh diatas tiang / tower sana , yang sama sekali tidak kita kutak kutik lagi ?
( adalah sebuah kenyataan bahwa sangat sedikit ham didunia yang benar2 menaruh pasangkan automatic tunernya didekat antenna diatas sana agar tuner tsb. benar2 bekerja menetralisir reactance antennanya dan bukan sekedar “coaxnya” ).

Dalam lain hal , masih banyak praktisi yang terus berusaha “mengejar” agar antenna sederhananya ( dipole atau ground plane dan semacamnya ) bisa mencapai SWR 1 : 1
Dalam referensi disini akan dijelaskan mengapa hal semacam itu sebenarnya tidak bermanfaat ( sesuatu yang tidak perlu ).

Disini kita juga tidak hanya akan belajar mengenal apa itu FORWARD POWER dan REFLECTED POWER saja , melainkan juga kita bisa mencoba memahami apa itu RE-REFLECTED POWER. Semuanya dengan penjelasan yang rinci dan step by step.

Referensi tsb. akan lebih sulit dipahami jika dibaca secara beruntun / berantai ( dan atau cepat ). Kita perlu menggunakan teknik membaca dan berusaha memahaminya HANYA DENGAN CARA PELAN2 , SEDIKIT DEMI SEDIKIT DAN BERTAHAP. Jika mulai bingung , berhentilah membacanya dan santaikan diri. Kalau perlu kita bisa melanjutkan membaca dan memahami kelanjutannya esok hari lagi.

Anda tidak perlu jengkel atau uring2 an jika nanti mendapati satu dua atau bisa juga banyak bagian penjelasan yang controversial atau bertentangan 180 derajat dengan apa yang anda pahami sebelumnya.

Maaf , saya sendiri tidak ingin ( atau tidak merasa perlu untuk ) memberikan jaminan atau klaim dukungan yang mengatakan bahwa apa yang ada dalam artikel tersebut 100 % benar. Tidak !! saya tidak memberikan jaminan apapun karena sebetulnya sayapun sama seperti anda semua. Saya juga masih dalam tahap belajar !!

Kalau anda teliti , didalam tulisan tsb. akan anda temukan adanya berpuluh-puluh patokan / pedoman yang bisa “berdiri sendiri2” tetapi jumlah pesan2 itu bisa terkesan hanya sedikit karena yang berpuluh puluh itu dirangkai menyatu menjadi sebuah penjelasan2 panjang.

Selamat melawan pandangan ( cara pandang ) kita sendiri.
Sayapun melakukan hal yang sama. Saya juga ikut meng-obrak abrik diri saya sendiri.

http://www.hamuniverse.com/wc7iswr.html

OK TNX ALL 73 ES HPE CUAGN
( EX YC2BCG )
CL

STACKING TANPA T-CONNECTOR , TETAPI JUGA TANPA POWER SPLITTER / DIVIDER.






STACKING TANPA T-CONNECTOR , TETAPI JUGA TANPA POWER SPLITTER / DIVIDER

By: Djoko Haryono



Sebagian dari rekan amatir radio ada yang terbiasa menggunakan istilah “Stacking Antenna menggunakan T-Connector” ( yang disebut bukan nama matching devicenya semisal Power Divider , Power Splitter , ¼ Lambda Transformer dsb. Hal itu untuk membedakan ( menunjukkan ) bahwa kalau pada pada sistem yang lain ( Power Divider ) T-connector tidak lagi digunakan ( atau kalau jumlah antennanya banyak, T-Connectotnya hanya –katakanlah- 1 bh. saja. 

Kalau saya lebih suka menggunakan istilah “Matching Transformer” ( ¼ Lambda Transformer ) atau Matching Harness , dibanding menggunakan istilah stacking menggunakan “T-Connector” karena yang menjadikan matching itu adalah transformernya dan bukan connectornya.

Apalagi kalau seorang amateur radio menginginkan melakukan stacking dengan effisiensi yang sangat tinggi , maka untuk maksud membuat sambungan parallel antara antenna2 yang akan di stack dan memakai matching transformer , maka effisiensi tertinggi justru didapat dengan MENGHILANGKAN / MENIADAKAN CONNECTOR pada sambungan2 antar kabel.
Connector2 ( termasuk juga pemakaian T- Connector , dan juga Power Divider yang dilengkapi connector ) umumnya hanya dipergunakan pada komunikasi “Darat ke Darat” ,aupun pada sistem “Broadcast”.

Tetapi pada jenis2 komunikasi yang ( lebih / makin ) menuntut tingkat effisiensi tertinggi ( baik komunikasi satelit dan APALAGI komunikasi EME / MOONBOUNCE ) maka sering para amateur radio malah harus “MEMBUANG” ( tidak menggunakan ) Connector dan hanya memakai connector sesedikit mungkin misalnya pada output / terminal antenna Transceicer.

Connector / male-female / T-Connector / sambungan connector / barrel maupun komponen apapun yang terpasang pada saluran transmisi / coax dan terletak diantara transceiver dan ( rangkaian ) antenna memiliki dan menimbulkan rugi2 ( losses ) yang disebut INSERTION LOSS. Pada setiap ( atau masing2 connector atau komponen / instrument ) itu menimbulkan losses yang –katakanlah- dibawah 1 dB ( misalnya nol koma sekian dB ) sampai lebih dari 1 atau 2 dB untuk instrument2 tertentu , TETAPI PADA KOMUNIKASI EME dan RUANG ANGKASA , ITU SEMUA KALAU DIJUMLAHKAN , JUMLAHNYA SUDAH CUKUP UNTUK MENGGAGALKAN KOMUNIKASI.

Demikian tingginya persyaratan losses ( dan juga tuntutan tingkat noise yang harus serendah mungkin ) pada beberapa jenis komunikasi semacam itu. Itulah sebabnya connector2 sering “tidak laku” dan perlu disingkirkan pada stacking2 antenna atau sistem semacam itu. Koneksi / sambungan antara ‘jarum” inner connector male terhadap connector female yg kurang erat ( apalagi ada oksidasi ) sudah mampu menjadi tambahan sumber noise.

Kalau bisa , tidak lagi ada connector dan semua sambungan yg ada harus “tersolder erat” , menyatu dan terhubung langsung. Ujung2 braid harus terlindungi rapat dan tersolder “mati” sati sama lain.
Hanya dengan “semua tersambung langsung” semacam ini effisiensi saluran transmisi / coaxial dan antenna akan bisa mencapai effisiensi tertinnginya , memiliki tinggkat “noise temperature” terbaik / terlayak.

Disinilah istilah “T-Connector” atau “T-Connector Stacking” menjadi tidak lagi terpakai.
Meski metode semacam ini hanya umum digunakan pada jenis2 komunikasi radio yang sangat sulit ( komunikasi EME ) , tetapi bukan berarti cara ini tidak bisa dipakai pada komunikasi “biasa” ( darat ke darat ). Kalau dipraktekkan untuk komunikasi darat , TETAP AKAN BISA MENAIKKAN EFFISIENSI asalkan dirancang dan dibuat dengan benar ( harus tahan hujan / kelembaban / setelah selesai dibuat dirapatkan kedap cuaca dengan bahan epoxy dsb ).

Itulah sebagian alasan mengapa saya lebih tertarik menggunakan istilah matcing transformer , harness atau divider / splitter , dibanding mekaia istilah “men-stack menggunakan T-Connector”

Pada bagian bawah ( sekitar akhir ) artikel ini kita bisa melihat bagaimana sebuah antenna stacking dimana T-Connector malah “dibuang” karena merugikan ( tapi bagian lainnya dari link DK7ZB dibawah ini adalah cara2 stacking “biasa” yang dipakai pada komunikasi darat pada umumnya

Mungkin hanya karena kebiasaan penulis artikel tsb. yang sudah biasa melakukan experiment komunikasi yg memanfaatkan “memantulkan signal radio dengan menembakkan / mengarahkan nya ke permukaan bulan / Earth Moon Earth / EME / Moonbounce” itu membuat ia jadi terbiasa mengajarkan cara stacking yang tanpa menggunakan connector meski hanya untuk komunikasi bumi kebumi saja ).

http://www.qsl.net/dk7zb/Stacking/coax.htm



Dan penambahan selubung / sleeve pelindung tembaga yang menutupi setiap ujung coax itu tidak hanya sekedar agar didapat "positive soldering" saja / solderan kuat dan bagian braid/anyaman / outer coax tidak bisa lagi bergeser-geser ketika kabel dipegang , antenna ditat dsb ), tetapi yang lebih penting adalah itu untuk MEMINIMALISIR KEBOCORAN RF yg bisa terjadi di ujung2 kabel yang braidnya kendor/tidak rapat , bergeser atau putus sebagian karena gerakan2 atau akibat dampak dari proses pengerjaan koneksi.

Dengan cara ini fungsi shield betul2 full shielding. Nyoldernya harus hati2 agar tidak melelehkan / mmpengaruhi bentuk bahan2 isolator dari coax. Jadi kapasitas solder yg dipakai harus tepat. Semua bahan sebaiknya bahan baru ( belum teroksidasi sehingga penyolderan bisa dilakukan singkat tapi sempurna ).

Titik2 parallel semacam ini selalu ditempatkan didalam wadah/kotak yang bisa ditutup rapat tahan cuaca , jadi sambungan2 dan ujung2 coaxnya tidak ter-expose langsung pada panas matahari , hujan , salju debu dsb. ).

Propagasi hari ini