SELAMAT DATANG DI BLOG RADIO TENGKORAK DAN TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DAN MOHON MAAF APABILA KOMENTAR2 ANDA PADA BLOG INI BELUM DIBALAS KARENA KESIBUKAN RUTINITAS, TAPI AKAN SAYA BALAS SATU PERSATU, MOHON SABAR YA...SALAM TERBAIK

Rabu, 12 Desember 2012

LOSSES COAX VS PENUNJUKAN SWR




LOSSES COAX VS PENUNJUKAN SWR

By : Djoko Haryono



Kalau sebelum ini saya menulis tentang perlu diwaspadainya penunjukan SWR semu ( angka yang ditunjukkannya bukan nilai SWR yang sebenarnya ada dititik sambungan antara antenna dengan ujung atas coax ) yang bisa muncul jika SWR meter dipasang diantara TX dan ujung bawah coax , yang transformasi angka salah itu mudah terjadi kalau masih ada beban reaktif pada antenna , maka berikut ini saya akan menjelaskan hal yang sama NAMUN DENGAN PENEKANANNYA LEBIH KE “HUBUNGAN ANTARA BESARNYA LOSSES PADA COAX DENGAN ‘SEBERAPA PARAH’NYA KETIDAK AKURATAN ATAU KEMELESETAN PENUNJUKAN SWR” pada kasus semacam itu.

1. Jadi kalau dahulu pemberian pemahaman pertamanya terletak pada penekanannya bahwa “SWR METER YANG PEMASANGANNYA DILETAKKAN DI UJUNG BAWAH COAX BISA MENYEBABKAN PENUNJUKAN SEMU ( PALSU ) JIKA KONDISI ANTENNA BELUM RESISTIF MURNI”

2. Maka pada penjelasan lanjutan ini saya bermaksud untuk memberikan pemahaman tambahan bahwa pada kondisi butir 1 diatas , ada hubungan antara besarnya losses kabel coax dengan seberapa ‘parah’nya kepalsuan angka yang ditunjukkan SWR.

Artinya , semakin besar ( total ) losses pada coax , akan semakin mudah ( dan semakin besar ) ketidak akuratan penunjukan SWR yang terbaca.

Artinya SWR sesungguhnya dititik sambung terminal antenna yang nilainya masih tinggi , akan mudah terbaca rendah pada SWR meter. Makin tinggi losses kabel, makin rendah nilai SWR yang terbaca.

Bahkan pada kabel coax yang bukan hanya “lossy” ( attenuation / rugi / losses per 100 ft nya tinggi ) NAMUN JUGA SANGAT PANJANG –misalnya karena tower antennanya sangat tinggi- , maka bukan hanya SWR real ( yang terjadi disambungan antenna diatas ) antara 1,5 s/d 2 saja yang bisa terbaca palsu sebagai penunjukan 1 : 1 di meter , bahkan SWR yang nilainya diatas 2 atau bahkan lebih /makin tinggi lagipun , akan bisa terbaca sangat rendah atau bahkan 1 : 1 pada meter .

PERHATIKAN Ke 3 GAMBAR A , B DAN C DIATAS.

Gambar ilustrasi untuk menjelaskan ( saling membandingkan ) ini seharusnya ada 4 , namun gambar ke 4 ( katakanlah ilustrasi D ) tidak saya gambarkan karena sudah pernah beberapa kali saya jelaskan sebelum ini.

Kondisi ke 4 yang saya maksudkan adalah kondisi dimana “SWR meter dipasang dibawah , diantara TX dengan ujung bawah kabel coaxial NAMUN PANJANG KABEL SUDAH DIBUAT AGAR MERUPAKAN KELIPATAN GENAP DARI ¼ LAMBDA ELEKTRIK ( ATAU DISEBUT JUGA KELIPATAN ½ LAMBDA EFFEKTIF )”.

Dimana yang dimaksud dengan “panjang elektrik” atau “panjang effektif” itu nilai velocity factor dari kabel harus dimasukkan dalam perhitungan.
Selain dengan menggunakan rumus , panjang kabel coaxial yang memenuhi kriteria “merupakan kelipatan ½ lambda effektif” atau panjang kabel dimana transformasi impedansi ( = perubahan penunjukan angka SWR ) tidak akan terjadi ketika “SWR meter dipindah lokasinya dari ‘ujung atas’ ke ‘ujung bawah’ coax” , juga bisa kita temukan panjang kabel tsb. ( sekitar atau sedikit diatas panjang total yang dibutuhkan ) dengan cara men”dip” kabel pada frekuensi kerja yang diinginkan.



KITA BAHAS KE 3 KONDISI TERSISA DIATAS.

1. GAMBAR – A

SWR METER TERPASANG DIUJUNG ATAS COAX & PANJANG JUMPER ANTARA ANTENNA DENGAN SWR METER BELUM / BUKAN ½ LAMBDA ELEKTRIK.

Pada kondisi ini transformasi impedansi ( = kekurang akuratan bacaan SWR ) masih bisa terjadi jika beban antenna reaktif , namun tidak separah seperti jika SWR meter terpasang dibawah dengan losses total dari kabel yang besar.

Kondisi YANG PALING HARUS DIWASPADAI adalah JANGAN SAMPAI JUMPER TERSEBUT MEMILIKI PANJANG ¼ LAMBDA ELEKTRIK ( ATAU KELIPATAN GANJILNYA ALIAS 3X , 5X , 7X NYA DSB ) , sebab pada panjang ¼ lambda atau kelipatan ganjilnya , potongan coax tersebut akan berfungsi menjadi sebuah IMPEDANCE TRANSFORMER yang juga akan merubah bacaan/penunjukan SWR.

Disini losses kabel tidak sampai memperparah ketidak akuratan penunjukan SWR karena losses yang “terukur” oleh SWR ( artinya mempengaruhi persepsi SWR akan besarnya reflected wave , yang akhirnya mempengaruhi penunjukan SWR ) hanyalah losses kecil sepanjang panjangnya kabel jumper saja dari terminal antenna sampai SWR meter.

Pada pengukuran semacam ini , kabel coaxial yang panjang mulai dari SWR meter sampai ke connector output TX , PANJANGNYA BEBAS. BERAPAPUN PANJANG KABEL YG TURUN KEBAWAH ITU TIDAK AKAN MEMPENGARUHI PEMBACAAN SWR ( kecuali pembacaan output power/watt yang terukur di output TX bisa berbeda dengan yang terukur diatas –apalagi jika losses kabel makin besar ).
Atau konfigurasi ini bisa “dimodifikasi” agar didapat kan pembacaan SWR yang makin akurat , dengan cara lain sbb. :

( Sumber Referensi , File “Antenna Efficiency” ) :
Antenna analyzers are wonderful tools, which can tell us a lot about our antenna installations, as long as we contend with the aforementioned unknowns, and if we know how to use them properly. Without doubt, the single biggest mistake neophytes make when using antenna analyzers, is using the SWR readout as a means of determining the resonant point of their antennas.

The only time SWR, and the true resonant point will coincide, is when the input impedance is 50 ohms resistive (R=50, X=+Øj).
If the input impedance of an antenna is other than 50 ohms non reactive (50R +Øj), any length of coax inserted between the antenna, and the antenna analyzer (or SWR bridge), will skew the readout results.

The amount of skew depends on the magnitude of the mismatch, and the length of the coax in question. For this reason, antenna analyzer measurements should be taken as close to the antenna as possible. That is to say, inches, not feet!

2. GAMBAR – B

SWR METER JUGA TERPASANG DIUJUNG ATAS COAX.
Juga tetap diperlukan pemakaian kabel jumper pendek antara terminal antenna dengan SWR meter , NAMUN PANJANG KABEL JUMPERNYA DIBUAT AGAR PANJANGNYA ½ LAMBDA ELEKTRIK.

Dengan konfigurasi semacam ini kita mendapat 2 keunggulan :
a. Losses kabel yang terukur SWR dan sehingga mempengaruhi penunjukannya kecil ( karena SWR meter tidak dipasang diujung bawah coax ). Disini SWR hanya mengukur potongan pendek kabel dari meter kearah antenna saja. Losses kecil tidak akan memperparah ketidak akuratan penunjukan meter.

b. Panjang jumper yang ½ lambda elektrik itu mencegah ( = tidak memungkinkan ) terjadinya transformasi impedansi.

JADI INILAH KONFIGURASI YANG PALING BAIK ( IDEAL ) UNTUK PENGUKURAN SWR. HASIL PENGUKURANNYA AKAN PALING AKURAT MENUNJUKKAN SEBERAPA MATCHING/ MISMATCH ANTARA ANTENNA DENGAN KABEL TRANSMISI KITA.
Pada konfigurasi ini PANJANG KABEL COAX DARI SWR METER SAMPAI KE TX JUGA BEBAS DAN TIDAK AKAN MEMPENGARUHI PEMBACAAN SWR.

3. GAMBAR – C

Pada konfigurasi ini SWR METER KITA PINDAH PEMASANGANNYA KEBAWAH , KEDEKAT CONNECTOR OUTPUT/ANTENNA PADA TX.
Ini adalah cara pengukuran SWR yang tidak ideal namun seakan “sudah menjadi standard” dan dilakukan oleh hampir semua ( sebagian besar ) praktisi.
Memasang SWR diujung bawah coax ini ( alias “mengukur mismatch antenna dari jauh , dalam arti tidak memasangnya secara ‘langsung’ ke antenna ) dilakukan hanya demi alasan kepraktisan kerja saja agar praktisi / teknisi tidak capai harus sering naik ke tower atau memanjat tangga setiap kali ingin mengetahui penunjukan SWR ).
Panjang kabel acak / sembarang ( BUKAN KELIPATAN ½ LAMBDA ELEKTRIK ).



APA SAJA YANG PERLU DIWASPADAI :

a. Ini adalah konfigurasi yang PALING RAWAN ( BISA ) MENIMBULKAN PENUNJUKAN JARUM / ANGKA SWR YANG SALAH.

b. Semakin panjang coax mendekati sifat2 impedance transformer ( ¼ lambda atau kelipatan ganjilnya ) semakin besar nilai transformasi ( = perubahan atau kemelesetan penunjukan ) yang bisa terjadi.

c. Demikian juga dengan “total losses” sepanjang kabel. Semakin besar losses kabel , bisa semakin jauh melesetnya penunjukan SWR meter. Artinya mismatching yang ( masih ) sangat besar / tinggipun pada antenna , bisa terbaca makin rendah ( menipunya makin besar ).
MENGAPA LOSSES KABEL YANG TINGGI AKAN CENDERUNG MEMBUAT PENUNJUKAN SWR MAKIN RENDAH ( MAKIN MENIPU ? ).

Karena jika losses makin tinggi , akan makin besar pula “gelombang balik” alias signal yang terpantul karena ditolak antenna dan kembali kearah TX ( REFLECTED POWER ) yang hilang terserap kabel akibat losses tinggi tsb., sehingga makin kecil pula yang sampai kembali mencapai SWR meter.

SWR meter akan mengalami “salah sangka / salah pengertian”. Reflected power yang sebetulnya besar dititik startnya dari antenna itu dan menjadi kecil ketika sampai di SWR meter karena “terlalu banyak yang hilang dijalan” , akan disalah artikan oleh meter sebagai “tidak ada reflected power dari antenna”. Itu akan dianggap sebagai antenna sudah OK/bagus dan SWR meter akan menujukkan nilai SWR meter yang cenderung rendah.

Makin “lossy” kabelnya , akan makin “bagus ( rendah )” bacaan SWR nya. Sebuah penipuan yang telah “dinikmati” oleh beribu ribu praktisi yang tidak cermat. Anehnya , mereka biasanya akan membanggakan SWR nya yang rendah semacam ini tanpa sadar bahwa station radionya sedang bekerja dengan effisiensi yang rendah.

d. Jadi apa yang terjadi sebenarnya pada keadaan semacam itu ? :

Pada kasus munculnya angka semu semacam itu , maka sebenarnya yang “nilai SWR nya rendah” hanyalah kondisi “matching” antara TX dengan titik connector diujung bawahnya coax saja ( manfaatnya , paling banter hanya membuat TX kita jadi lebih aman tidak mudah jebol , meskipun ada kasus –yang agak jarang- dimana TX tetap bisa jebol. Yang jelas , pada penunjukan SWR rendah yang semu semacam ini , MESKI SWR METER MENUNJUK RENDAH , TETAPI ANGKA PALSU ITU AKAN SERING KITA ALAMI TETAP BISA MENYEBABKAN TX KITA PANAS DIATAS NORMAL ).

Namun “SWR rendah” itu –sekali lagi- hanya SWR yang terjadi dibawah , yaitu dititik dimana meter berada DAN BUKAN ( TIDAK ) MENUNJUKKAN SWR ANTENNA YANG SEBENARNYA YANG ADA DIATAS SANA.
SWR ANTENNA YANG SEBENARNYA BISA MASIH AGAK TINGGI , ATAUPUN BAHKAN BISA SANGAT TINGGI.

ITU ARTINYA MESKIPUN TX ANDA RELATIF LEBIH AMAN , TETAPI SIGNAL ANDA “TIDAK TERPANCAR” ( ARTINYA HANYA SEDIKIT PROSENTAGENYA YANG BENAR BENAR MEMANCAR LEPAS DARI ANTENNA ). SEBAGIAN -KECIL , SEDANG ATAUPUN BESAR- AKAN HILANG BERUBAH MENJADI PANAS , ATAU “TERSERAP” KABEL DAN “TERGANJAL” ANTENNA.

1. KONFIGURASI KE 4 ( D ) TIDAK DIBUAT GAMBARNYA DISINI.

Seperti sudah saya jelaskan diatas , masih ada konfigurasi ke 4 yang tidak saya gambar disini karena sudah sering saya uraikan yaitu :

SWR meter terpasang diujung bawah coax ( didekat TX ). Kabel coax panjangnya dibuat ( disesuaikan ) dengan frekuensi kerja TX , untuk menghindarkan terjadinya transformasi impedansi , yaitu pada panjang yg merupakan kelipatan ½ lambda effektif.

Namun JANGAN DISALAH ARTIKAN BAHWA PANJANG KABEL COAX BISA DIPAKAI UNTUK “MENYETEL” KONDISI MATCHING ANTENNA YANG ADA DIATAS TOWER SANA. Membuat panjang coax agar tidak berubah fungsi menjadi transformer ADALAH BERBEDA ( TIDAK SAMA ) DENGAN KEBIASAAN / KEPERCAYAAN SEBAGIAN PRAKTISI YANG KADANG “MEMOTONG SEDIKIT DEMI SEDIKIT PANJANG COAX SAMPAI DIDAPAT PEMBACAAN SWR METER YANG TERENDAH”.

CARA MEMOTONG COAX SEDIKIT DEMI SEDIKIT SAMPAI DIDAPAT SWR TERENDAH ( DAN BUKANNYA BERHENTI PADA SAAT PANJANG COAX SUDAH MENCAPAI KELIPATAN ½ LAMBDA ELEKTRIK = BERHENTI MEMOTONG MESKI PADA TITIK ITU SWR MASIH TERBACA TINGGI , DAN DILANJUTKAN MENUJU SWR TERENDAH DENGAN CARA LAIN BERIKUTNYA YAITU MENYETEL ANTENNA- ) ITU JUSTRU MERUPAKAN CARA YANG SANGAT SALAH !!

SEKIAN , SEMOGA SEMUANYA MENJADI SEMAKIN JELAS.



DJOKO HARYONO.
AMC / A-008

Jumat, 07 Desember 2012

MODIFIKASI TRANCEIVER YAESU FT 180 A



Artikel yang terkait  http://radiotengkorak.blogspot.co.id/2014/01/modifikasi-3-band-radio-yaesu-ft180a.html

Hallo rekan2 cber/homebrewer pengunjung setia blog RT, atas permintaan beberapa rekan maka pada kesempatan ini saya akan menulis artikel tentang modifikasi Yaesu FT180A.

Mudah2an saya bisa mengupas tuntas mengenai cara memodifikasi radio Yaesu FT180A ini ke band lain.

Langsung saja pada sasarannya sbb :

Silahkan lihat gambar dibawah berikut ini






RF Unit Yaesu FT180A, untuk operasi normal (simplex), lakukan jumper seperti pada gambar 
Dari gambar diatas terlihat untuk jumper LPF adalah Ch 6 dijumper ke LPF untuk frekwensi 11.1MHz s/d 18.0MHz (tanda lingkaran warna biru), tapi transformer BPF belum dipasang di Ch 6, sedangkan pada Ch 1 sudah terpasang sepasang transformer BPF bawaan aslinya dari Yaesu FT180A bekas channel emergency. lilitannya bisa dirubah/dililit ulang untuk dipakai modif ke frekwensi lain.


Gambar diatas adalah RF Unit Yaesu FT180A yang akan anda temukan apabila kita buka cover atas radio.

Pada unit inilah sebenarnya yang paling banyak dilakukan  perubahan seperti melakukan jumper RX Band, TX Band, LPF dan kita harus membuat lilitan transformer BPF nya.

Secara default radio FT180A ini menyediakan 3 channel untuk operasi duplex jika diperlukan yaitu dengan sengaja menyediakan titik2 jumper pada TX Band di ch 1 - 3 (jumper sebelah kiri pada gambar diatas) dan pada RX band di ch 4 - 6 (jumper sebelah kanan pada gambar).
Untuk operasi normal atau frekwensi RX sama dengan frekwensi TX atau disebut juga Simplex, lakukan jumper seperti pada gambar diatas.

Lakukan penjumperan seperti diatas walaupun anda tidak menggunakan semua channel, ini hanya untuk jaga2 dikemudian hari saja siapa tahu anda akan  menggunakan ke enam channelnya.

Pada gambar diatas terlihat CH1 - A dan CH1 - B sudah terisi transformer BPF pada Channel 1. Biasanya memang kalau kita mendapatkan radio ini yang masih asli belum dimodif, minimal ada satu channel yang sudah terisi transformer BPF untuk Channel Emergency biasanya di channel 1 default dari pabriknya.
Dan jika diperlukan channel 1 ini bisa kita rubah lilitan kedua transformernya sesuai dengan frekwensi kerja yang kita perlukan.

Untuk membatasi supaya artikelnya tidak terlalu panjang, maka akan saya ambil salah satu contoh saja yaitu Modifikasi Yaesu FT180A ke 11.410MHz s/d 11.435MHz dengan Oscilator X'tal 6 Channel.

Untuk ke frekwensi lain pada dasarnya sama saja tinggal mengganti lilitan transformer BPF, merubah jumper LPF dan untuk oscilatornya bisa menggunakan VFO, VXO, PLL, FLL dll.

Pada RF Unit hanya terdapat 12 transformer BPF untuk 6 channel, yang terdiri dari 6 channel di tanda A pada gambar diatas dan 6 channel di tanda B pada gambar diatas.

Tujuan saya menandai CH1 - CH6 di A dan CH1 - CH6 di B untuk memudahkan mengindentifikasi dalam pembahasan berikutnya untuk cara membuat lilitannya BPF nya, biar nggak ketukar.

Memang saya akui agak sedikit bingung yang saya rasakan ketika pertama kali memodifikasi FT180A ini, terutama cara membuat lilitan/cara melilit kawat untuk BPF nya.
Karena kenyataannya antara skematik dan susunan kaki BPF pada pcb nya berbeda.

Nah...untuk membantu anda supaya tidak membingungkan dalam membuat transformer BPF nya, gambar berikut dibawah ini adalah cara melilit transformer BPF dan susunan kakinya yang berlaku pada pcb RF unit Yaesu FT180A.



Keterangan Lilitan BPF untuk 11.400 - 11.500MHz
Lilitan dibuat pada transformer IF 10.7MHz dengan ukuran kawat yang sama 




FREQ. RANGE
MODIFICATION
KIT NO.
FREQUENCY
RANGE
TRANSFORMER
TO 02 s/d TO 13
CAPACITOR
C21 s/d C26
C53 s/d C58
DATA TRANSFORMER
02 s/d 13
D3000116
1.5 – 2.0 MHz
L0020 973
2X
Dipped mica 50WV
 180 pF 2X



Layer 1 = 3 Turn
Layer 2 = 30 Turn
Layer 3 = 25 Turn
D3000117
2.0 – 2.5 MHz
L0020 973
2X
Ceramic (NPO) 50WV
100 pF 2X
D3000118
2.5 – 3.0 MHz
L0020 973
2X
Ceramic (NPO) 50WV
68 pF 2X
D3000119
3.0 – 3.5 MHz
L0020 974
2X
Ceramic (NPO) 50WV
150 pF 2X



Layer 1 = 3 Turn
Layer 2 = 16 Turn
Layer 3 = 11 Turn
D3000120
3.5 – 4.8 MHz
L0020 974
2X
Ceramic (NPO) 50WV
82 pF 2X
D3000121
4.8 – 5.0 MHz
L0020 974
2X
Ceramic (NPO) 50WV
68 pF 2X
D3000122
5.0 – 6.0 MHz
L0020 975
2X
Cerramic (NPO) 50WV
68 pF 2X

Layer 1 = 2 Turn
Layer 2 = 13 Turn
Layer 3 = 9 Turn
D3000123
6.0 – 7.0 MHz
L0020 975
2X
Ceramic (NPO) 50WV
39 pF 2X
D3000124
7.0 – 8.0 MHz
L0020 976
2X
Ceramic (NPO) 50WV
68 pF 2X

Layer 1 = 2 Turn
Layer 2 = 10 Turn
Layer 3 = 7 Turn
D3000125
8.0 – 9.0 MHz
L0020 976
2X
Ceramic (NPO) 50WV
47 pF 2X
D3000126
9.0 – 9.7 MHz
L0020 977
2X
Ceramic (NPO) 50WV
39 pF 2X




Layer 1 = 2 Turn
Layer 2 = 8 Turn
Layer 3 = 6 Turn
D3000127
11.7 – 14.0 MHz
L0020 977
2X
Ceramic (NPO) 50WV
22 pF 2X
D3000128
14.0 - 17.0 MHz
L0020 977
2X
Ceramic (NPO) 50WV
10 pF 2X
D3000129
17.0 – 18.0 MHZ
L0020 977
2X
Ceramic (NPO) 50WV
7 pF 2X



Untuk modif ke band lainnya silahkan lihat daftar lilitan coil BPF beserta ukuran capacitornya pada tabel diatas.

Semua penjelasan diatas anggap saja sebagai pendahuluan dan untuk lebih jelasnya lagi, saya akan ulangi lagi dari awal sekali untuk modifikasi Yaesu FT180A ke 11.410 s/d 11.435MHz 6 channel dengan oscilator X'tal sebagai contoh.

Biar bisa bekerja pada 11.400MHz - 11.500MHz, maka kita harus buat lilitan BPF untuk frekwensi tsb, seperti keterangan pada gambar diatas.

Perhatikan susunan kaki2 pada trafo BPF tsb karena kenyatannya antara skematik dan di pcb berbeda.
Sebagai bahan panduan untuk anda cara melilitkan kawat dan menempatkan  pada kaki2 trafo BPF silahkan perhatikan pada gambar diatas.

Misalkan anda mau modif radio ini ke 11MHz, maka anda harus menentukan dulu channel berapa yang mau dipakai untuk menempatkan BPF nya yg sudah kita buat tadi untuk 11MHz.

Pengalaman saya pertama kali memodif radio ini, saya buat BPF nya sebanyak 12 buah trafo BPF.
dengan tujuan saya pada waktu itu biar bisa bekerja untuk 6 channel di 11.410, 11.415, 11.420, 11.425, 11.430 dan 11.435Mhz.
Jadi masing2 channel dari jumlah 6 channel yang tersedia terisi penuh dengan trafo BPF.

Cara tersebut sebenarnya tidak keliru cuma nggak praktis dan ekonomis saja. Selain banyak menyita waktu kita hanya untuk melilit BPF sebanyak 12 trafo untuk frekwensi yang sama hehehehe.
Lagian kerugiannya karena ke 6 channelnya sudah habis terpakai jadi nggak bisa lagi dikembangkan/ditambah lagi untuk band lain, seperti 80 meters dan 40 meters untuk selanjutnya.

Nah...sekarang bagaimana supaya cukup memakai 1 channel saja untuk modif ke 11MHz. Boleh dipakai channel 1, channel 2 atau...terserah anda di cahannel mana saja.
Yang terpenting nanti jangan sampai keliru sewaktu menjumper LPF nya, harus sesuai dengan channel yang dipakai.

Misal kalau kita memakai channel 6, maka pada jumper LPF titik channel 6 yang dijumper ke titik LPF 11.1MHz - 18.0MHz atau titik LPF paling akhir pada pcb RF Unit.
Demikian pula berlaku sama untuk channel lainnya dan pastikan pula jumper RX band dan TX band sudah dilakukan supaya signal/carriernya sampai ke titik LPF, tidak terputus ditengah jalan.

Untuk menggunakan 1 channel saja tapi bisa bekerja untuk 6 channel di 11MHz misal dari 11.410MHz sampai 11.435MHz, maka kita harus melakukan penjumperan lagi, untuk tegangan continue +8Volts ke trafo BPF yang akan digunakan, yang sebelumnya tegangan ini kita dapatkan melalui saklar rotary channel.

Jadi sebelumnya gantian setiap channelnya mendapat tegangan continue +8Volts sesuai saklar rotary channelnya apabila diputar ke arah nomer channelnya.

Misal kalau saklar rotary channel diputar menunjuk channel nomer 6, maka hanya jalur channel ini saja yang trafo BPF, serta X'tal untuk channel 6 saja yang mendapatkan tegangan +8Volts dalam artian hanya channel 6 ini saja yang sedang aktif bisa tx maupun rx, sedangkan channel lainnya posisi off, karena tidak mendapatkan tegangan 8V ke trafo BPF dan X'talnya.

Untuk modif yang pakai xtal 6 channel, dalam melakukan penjumperan tegangan continue +8Volts berlaku atau ditujukan khusus untuk BPF nya saja, sedangkan untuk oscilator xtalnya harus mengikuti perputaran saklar rotary channel karena setiap channel terisi frekwensi yang berbeda dari 11.410MHz sampai 11.435MHz supaya frekwensinya tetap berubah sesuai nomer channelnya. Jadi tidak diperlukan penjumperan, biarkan seperti aslinya saja.

Oleh karena itu maka kita hanya perlu menjumper Resistor pada BPF tanda A pada gambar diatas R15 s/d R20 dan juga resistor pada BPF tanda B pada gambar diatas R44 s/d R49 langsung ke tegangan continue +8Volts yang bisa kita dapatkan dengan cara menjumpernya dengan kabel kecil saja ke  soket yang ada tanda +8V pada J08 pin nomer 1. Tapi sebelumnya anda harus potong dulu sedikit jalur pcb yang datang dari arah soket untuk saklar rotary channel.

Potongnya dekat kaki resistornya saja biar kelihatan rapi atau kalau anda merasa sayang untuk memotong jalur pcb tsb, angkat saja sebelah kaki resistor tsb dan solderkan kabel lalu jumper ke J08 pin nomer 1 yaitu +8Volts continue.

Dengan kita melakukan jumper seperti ini tujuannya adalah sekarang walaupun saklar rotary channel kita putar dari ch 1 sampai ch 6 tidak akan berpengaruh pada pemilihan BPF nya. Tetap saja yang akan bekerja adalah sepasang BPF yang dipasang di channel 6 tadi (seperti contoh). sedangkan xtalnya berubah sesuai channel.

O'ya...untuk penjumperan tegangan +8Volts ini ke BPF tidak semua resistor R15 s/d R20 dan R44 s/d R49 dijumper. Tapi lakukan pada channel yang akan dipakai saja.

Seperti contoh : Kalau kita akan menggunakan ch 6 saja, yang sebelumnya sudah kita isi dulu dengan sepasang BPF di tanda A dan tanda B, maka resistor yang harus dijumper adalah R20 dan R49 saja. karena resistor ini untuk BPF channel 6.

Dengan demikian kita hanya perlu membuat sepasang trafo BPF saja atau hanya 2 buah saja, kemudian kita pasangkan di ch 6 tanda A dan ch 6 tanda B pada keterangan gambar diatas sebelumnya, jangan sampai kebalik trafo BPF untuk A dan untuk B.

Sebenarnya saya juga buat trafo BPF yang bisa dipasang baik di A maupun di B. Nanti berikutnya akan saya kupas juga.

PEMASANGAN X'TAL DAN MODIF CLARIFIER
Setelah semua pekerjaan modif diatas kita kerjakan...sekarang tiba saatnya memasang xtal pada X'tal Oscilator Unit serta perlu juga melakukan modifikasi clarifiernya.



X'tal Oscilator Unit Yaesu FT180A
Untuk bekerja di 11.410MHz s/d 11.435MHz X'tal yang dipasang adalah 22.1184MHz

Skematik X'tal Osc Unit Yaesu FT180A


Pada gambar diatas terlihat 6 buah xtal 22.1184MHz terpasang disetiap channel pada X'tal Oscilator Unit.Semua xtal diatas baru asal pasang saja belum dilakukan adjusment biar tepat frekwensi yang diinginkan untuk setiap channelnya.

ADJUSMENT FREKWENSI X'TAL
Untuk adjusment setiap Trimer Capacitor atau TC sbb :
Tepatkan dahulu clarifier atau potensiometer CLAR tepat pada arah jam 12, kemudian adjust trimer capacitor channel masing2 sesuai frekwensi yang kita inginkan.

Misal Ch 1 frekwensinya harus di adjust/dituning pada 11.410MHz., dengan bantuan radio lain/radio allband pada frekwensi yang diinginkan.

Contoh : Putar TC01 untuk Ch 1, sampai pas terdengar jelas atau suara feedback yang pas terdengar di radio bantuan tadi. Demikian juga berlaku cara yang sama untuk Ch lainnya sampai channel terakhir atau Ch 6.

Memang pada kenyataannya tidak semudah teori diatas untuk mendapatkan frekwensi yang diinginkan pada setiap channelnya.

Kenyataan yang terjadi untuk mendapatkan frekwensi 11.410MHz atau pada Ch 1, ternyata menurut pengalaman saya harus membuang TC01=10pF, dan menggantinya dengan sebuah coil yang dililit sekitar 10 - 20 lilit pada koker berinti ferit ukuran 5mm (bisa pakai picnic coil) dengan ukuran kawat 0.1mm atau sebesar kawatnya trafo IF atau boleh di coba2 lilitannya sampai resonan pada 11.410MHz, kalau inti feritnya diputar sebagai pengganti TC01.
Rubah jumlah lilitannya kalau dirasa kurang pas bekerja pada 11.410MHz.

Kemudian setelah frekwensi 11.410MHz sudah kita dapatkan tepat bekerja di 11.410MHz pada Ch 1, selanjutnya kita pindahkan saklar rotary channel pada Ch 2.

Untuk frekwensi 11.415MHz pada Ch 2 coba dulu putar TC02=10pF sampai pas terdengar di radio bantuan pada frekwensi yang sama. Kalau belum tepat atau dirasa kurang zerobeat dan belum juga tercapai frekwensinya walaupun kita sudah merubah capasitor pararelnya C04=30pF dengan cara menguranginya  atau memperbesar sedikit ukurannya dari 30pF, tapi jangan merubah clarifier atau CLAR tetapkan saja pada arah jam 12 biar sama hasilnya disetiap channel.
Coba lakukan hal sang sama dengan mengganti TC02 dengan sebuah coil berinti ferit untuk mengadjusnya seperti sebelumnya untuk 11.410MHz.

Apabila frekwensi 11.415MHz pada channel 2 sudah kita dapatkan dengan pas, sekarang tiba saatnya kita pindah ke channel berikutnya yaitu channel 3 harus bekerja pada 11.420MHz.

Biasanya untuk mendapatkan frekwensi 11.420MHz pada Ch 3 ini sanagat mudah tanpa harus merubah/menambahkan coil. Cukup seperti rangkaian yang sudah ada seperti aslinya. Tinggal putar saja TC03 akan langsung kita dapatkan dengan mudah frekwensinya pada 11.420MHz.

Demikian pula untuk Ch 4 atau frekwensi 11.425Mhz akan mudah juga kita dapatkan frekwensinya, dengan memutar TC04, jadi sama seperti pada Ch 3 diatas tidak perlu melakukan perubahan apapun, ya...kalaupun mungkin kurang pas buang saja/lepas capacitor C08, silahkan di coba2 saja.

Nah...untuk Ch 5 dan Ch 6 atau 11.430MHz dan 11.435MHz, buang capasitor 30pF yang pararel dengan masing2 TCnya yaitu TC05 dan TC06.

Dan khusus untuk Ch 6 biasanya kita bisa dapatkan frekwensi 11.435MHz, tapi tidak stabil, suka hilang2 dan beberapa kali kita harus mengulangi mengadjusnya lagi.

Untuk memecahkan masalah tersebut supaya stabil maka xtal 22.1184MHz untuk Ch 6 atau frekwensi 11.435MHz ini harus dipararel, jadi harus menggunakan 2 buah xtal 22.1184MHz.
Xtal pararelannya boleh dipasang dibawah pcbnya.

Demikian pula terkadang untuk Ch 5 atau 11.430MHz kurang stabil juga, maka apabila anda menemui masalah seperti ini, pararelkan juga xtalnya.

Jadi persiapan jumlah xtal yang kita perlukan untuk modif ini perlu 8 buah xtal.
Ch1=1 xtal, Ch2=1xtal, Ch3=1xtal, Ch4=2xtal dan Ch5=2xtal. Setiap xtal nilainya sama 22.1184MHz, karena Yaesu FT180A ini memakai X'tal Filter 10.7MHz.

Setelah semua adjusment/tuning untuk masing2 frekwensi/channel kita selesai, sekarang kita lakukan modifikasi untuk clarifiernya atau CLAR, pada unit X'tal Osc Unit ini.

MODIF CLARIFIER


Cara Modifikasi Clarifier atau CLAR supaya berfungsi baik RX maupun TX


Caranya sbb :
Kalau anda melihat skema dari X'TAL OSC UNIT ini, maka akan terlihat untuk rangkaian clarifiernya secara default dari pabriknya, pada saat tx potensiometer CLAR tidak berfungsi walaupun di putar2, karena pada waktu tx tegangan TX 8V masuk kerangkaian clarifier untuk tx tanpa melalui potensiometer CLAR yang knobnya di cover depan radio, dan tegangan TX 8V ini keluar pada saat tx saja.

Pada saat rx, tegangan RX 8V masuk ke rangkaian clarifier rx yang tegangannya bisa diatur/dirubah dengan memutar potensiometer CLAR

Jadi kesimpulannya CLAR hanya berfungsi pada saat RX saja secara default dari pabriknya.

Sekarang bagaimana caranya supaya CLAR tsb bisa berfungsi pada RX maupun TX ?
Caranya cukup mudah tinggal memotong 2 buah kabel saja yang berwarna MERAH untuk TX 8V dan yang berwatna Orange untuk RX 8V (atau lihat skema X'tal Osc Unit) dan warna kabel yang saya sebutkan bisa dilihat langsung di pcb X'tal Osc Unit nya.

Setelah kedua kabel tadi kita potong, kemudian solderkan sedikit kabel kecil saja pada titik RX 8V yang sudah dipotong tadi dan ujung kabel yang lainnya solderkan ke titik 8V continue.

Untuk mendapatkan tegangan 8V continue bisa diambil di titik 8V atau pada ujung R20 dengan C19 pada pcb yang sama untuk X'tal Osc Unit (lihat skema).

Bekas titik TX 8V yang sudah dipotong tadi biarkan saja karena nggak dipergunakan lagi.
Selesai sudah untuk cara modif CLAR nya.

Rasanya sudah selesai bahasan kita tentang modif Yaesu FT180A ke 11.410MHz - 11.435MHz dengan Xta'l Oscilator.

ADJUSMENT COIL BPF
Sudah merupakan keharusan apabila kita sudah menyelesaikan modif apalagi ada hubungannya dengan lilitan/coil yang sudah kita buat seperti coil BPF, maka harus dilakukan adjusment/tuning  dengan memutar inti feritnya dari coil tersebut.

Setelah semua langkah2 modif sudah lengkap dilakukan, sekarang tiba satnya untuk proses adjusment.

Untuk keterangan lengkap proses cara adjusment ini sudah  tersedia di buku manualnya.
saya hanya akan menerangkan sedikit saja sbb :

Setelah proses tuning xtal untuk setiap channel selesai dilakukan, sekarang kita fokus pada receive/rx dulu dengan cara :

Setelah antenna dipasang di soketnya, coba temukan rekan2 yang sedang berkomunikasi di salah satu channel yang sedang ada penghuninya, kemudian putar inti ferit coil BPF secara bergantian, coil BPF - A dan coil BPF - B sampai jarum indikator S meter menunjuk paling besar signalnya ke kanan dan akan disertai pula dengan besarnya audio yang terdengar di speaker radio.

Kemudian sekarang coba transmit, untuk mengadjust coil BPF pada waktu transmit/tx biar akurat proses penyetelan coil BPF nya jangan menekan PTT Mic dulu, tapi tekan kebawah ke posisi CALL saklar FUNCTION - CALIB - CALL dan akan terdengar nada tone pada speaker radio.

Nada tone ini untuk keperluan adjusment/tuning pada waktu transmit/tx sebagai pengganti audio mudulasi, jadi hasil tuningnya akan lebih akurat daripada menggunakan audio untuk modulasi dari suara manusia lewat microphone yang tidak tetap levelnya pada mode ssb.

Ketika kita menekan saklar ke posisi CALL sambil menahannya, putar inti ferit coil BPF di A maupun di B secara bergantian, sambil memperhatikan jarum indikator power output tx atau PO yang paling besar menunjuk ke arah kanan. atau lebih baik pakai PO/SWR meter yang dipasang di antara out radio dan dummy load atau antenna.
Untuk proses tuning tx dan rx selanjutnya silahkan dipelajari sendiri pada buku manual FT180A.


MENGGANTI X'TAL DENGAN PLL/FLL/DDS DLL


Cara menginjeksikan PLL/FLL dll.


Apabila anda mau mengganti xtal dengan rangkaian lain seperti PLL/FLL dll, caranya output dari PLL/FLL tsb tinggal di injeksikan saja di kaki basis transistor Q01 pada X'tal Osc unit seperti pada skematik diatas yang sebelumnya harus anda potong dulu jalur pcbnya yang menuju ke dioda switch channel D01 s/d D06 (lihat skematik diatas)

Rangkaian PLL yang menggunakan ic TC9122 yang sudah saya posting beberapa waktu lalu juga bisa dipergunakan disini, atau silahkan bisa juga anda menggunakan rangkaian PLL/FLL/DDS lainnya.


Silahkan klik link dibawah ini untuk PLL denagn TC9122
PLL UNTUK 11MHz DENGAN TC9122



PLL untuk 11MHz dengan TC9122


DDS


Berbagai macam DDS yang bisa dipergunakan


Atau bisa juga menggunakan rangkaian HXO atau campuran antara frekwensi VFO dengan X'tal Oscilator. Silahkan klik link dibawah ini
OSCILATOR 3 BAND 80, 40, 26 METERS UNTUK YAESU FT180A DLL



HXO 26, 40, 80 Meters Band

Skematik diatas sebenarnya saduran dari skematiknya X'tal Osc Unit Yaesu FT180A yang kemudian saya modif sedikit dengan menambahkan rangkaian Ballance Dioda Mixer untuk mencampur antara frekwensi dari VFO dan X'tal Oscilator.
VFO bisa menggunakan bekas/lepasan VFO radio Kenwood TS120S atau TS130S atau bahkan bisa juga menggunakan VFO buatan sendiri.

COIL BPF VERSI LAIN
Sebelum saya mengakhiri pembahasan sesi terakhir ini, seperti yang sudah saya janjikan diatas bahwa saya akan mengupas juga tentang cara membuat lilitan coil BPF yang pemasangannya boleh terbalik, jadi bisa dipasang di tanda BPF - A maupun di B, bolak balik boleh.

Saya coba membuat coil BPF versi lain, yang dibuat pada koker bobin 5mm dengan ukuran kawat sama seperti ukuran kawatnya trafo IF 10.7MHz. Tetapi saya buat antara kaki B - A saya jumper dengan selembar serabut kabel kecil, jadi tidak ada lilitannya.

Untuk lebih jelasnya biarkanlah gambar berikut yang akan berbicara dan menjelaskan pada anda.


Coil BPF untuk 11MHz yang dililit pada koker bobin 5mm


Coil BPF ini pada pemasangnnya boleh tertukar bisa di BPF tanda A pada gambar RF Unit diatas atau bisa juga di B.
Namun apabila kita memperhatikan skematik RF Unit, kalau coil BPF yang dipasang di tanda B, bagian lilitan sekundenya atau D - E memang tidak difungsikan. lilitan bagian sekunder D - E hanya berfungsi kalau dipasang di tanda A saja (lihat skematik RF Unit).

Tapi tetap saja dibuat lilitan bagian sekunder atau D - E coil BPF ini walaupun mau dipasang di B, tujuannya biar kebalikpun tidak masalah. jadi kita menyimpan stok coil BPF ini bisa bebas bercampur, dan dalam pemasangnnya pada pcb tempat coil BPF bebas saja tidak usah berfikir mana yang harus dipasang di A dan mana yang harus dipasang di B :-)

Pada beberapa modif yang saya lakukan untuk FT180A ke 11MHz ini, coil BPF inilah yang selalu saya pakai.

Tamatlah...riwayatnya sampai disini dulu

Selamat mencoba and happy homebrewing.

Propagasi hari ini