Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Senin, 08 April 2013
JANGAN HERAN JIKA TERNYATA DIA ( MEREKA ) SEDANG BERKOMUNIKASI GRATIS ANTAR NEGARA ATAU BENUA.
Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )
Namun
saling komunikasi gratis antar warga negara menggunakan HT semacam itu ,
secara umum baru bisa dinikmati oleh para ham / amateur radio saja.
Dunia amatir radio memang dunianya para penggemar kutak kutik (
melakukan berbagai penelitian , percobaan dan pengembangan radio maupun
hal2 yang terkait dengannya. Mereka bukan hanya kumpulan orang2 yang
praktis selalu kebanyakan mengetahui terlebih dahulu setiap ada
perkembangan teknologi komunikasi dan electronic terbaru , tetapi
sebenarnya merekalah didunia ini yang menjadi innovator , penggagas ,
pencoba dan peneliti dari perkembangan itu sendiri.
D-Star
BUKANLAH nama alat atau nama produk. D-Star sebetulnya adalah nama
suatu Protocol atau metode ( metode kerja pada jaringan ). Setiap
pengguna harus mengetahui terlebih dahulu apa yg sedang dihadapinya ,
bagaimana kerjanya , bagaimana “route perjalanan” signal ( voice maupun
data ) nya maupun signal lawannya dsb. Jika ia salah “membangun” (
memilih dan menunjukkan jalan bagi suara dan datanya sendiri , maka
semuanya itu akan “nyasar kemana mana” dan tidak pernah sampai ke
destinasi yang diinginkan ( alias gagal berkomunikasi ).
Icom
92 AD itu juga bisa dipakai. Saya browsing ttg ID-51 A itu belum pernah
nemu referensi tentang kekurangan kualitas audio tersebut. Jadi selama
belum nemu referensi lain lagi yang semacam , maka saat ini saya (
masih ber-asumsi ) seputar adanya 2 kemungkinan yaitu :
Jumat, 20 Juli 2012
SATELIT LAPAN – ORARI SEGERA DILUNCURKAN
Sumber artikel ini saya ambil
dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB
RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )
Jika tidak ada perubahan jadwal lagi , satelit LAPAN – ORARI akan diluncurkan dalam 1 – 2 bulan kedepan. Ini kesempatan besar bagi para experimenter & peneliti Indonesia untuk memanfaatkannya , bahkan kesempatan besar bagi para pelajar & mahasiswa untuk mengejar ketertinggalan kita dibidang iptek ruang angkasa.
Selama ini ada persepsi & pemahaman yang salah , yang menduga bahwa komunikasi radio ruang angkasa ( khususnya dari/ke darat/ruang angkasa ) adalah pengetahuan yang sangat rumit , sehingga kalau kita membicarakan bidang ini , seringkali pihak lain akan acuh tak acuh , sinis , apriori atau bahkan menganggapnya sebagai “berbicara terlalu muluk”. Sebagian lagi ( akan ) sama sekali tidak tertarik. Sebagian lainnya lagi mungkin ada yang “belum2 sudah merasa tidak akan mampu atau belum waktunya mengenal / mempelajari itu” dsb.
Persepsi salah itu muncul terutama karena lokasi lawan kita berkomunikasi itu ( dalam hal ini satelit atau wahana ruang angkasa lainnya seperti space shuttle ) berada dilokasi yg diluar jangkauan “langkah” kita , nyaris tidak mungkin kita datangi karena demikian tinngi & jauhnya. Kita sulit / tidak pernah mengadakan gathering , eye ball atau saling mengunjungi dengan mereka. Hal itu menambah rasa asing & keterasingan kita.
Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Melakukan komunikasi radio melalui ( atau dengan ) satelit dan atau awak pesawat ruang angkasa , secara teori TIDAKLAH LEBIH SULIT DARI MENLAKUKAN KOMUNIKASI DARAT KE DARAT, BAHKAN SEHARUSNYA & SEBENARNYA MELAKUKAN KOMUNIKASI DARAT – RUANG ANGKASA ITU LEBIH MUDAH DARIPADA MELAKUKAN KOMUNIKASI DARAT KE DARAT.
Mengapa demikian ? Karena ketika melakukan komunikasi ruang angkasa kita berhadapan dengan ruang terbuka , tanpa adanya obstacles atau hambatan pepohonan, gedung2 , gunung2 , batas horizon dsb yang berada dan menghadang dilangit sana. Melakukan kontak radio antar titik didarat memiliki hambatan yg jauh lebih banyak.
Melakukan spce communcation memberikan kemudahan tersendiri dan peluang yang ( sebenarnya ) lebih besar untuk berhasil.
Lantas dimanakah letak masalahnya sehingga space communication mudah kita persepsikan sebagai “akan luar biasa sulit” ?
Ada beberapa masalah tetapi yang paling utama ada 2 hal :
01
Masalah utamanya adalah melakukan komunikasi satelit memiliki “jendela waktu” atau batasan2 waktu ( tidak bisa kita lakukan kapanpun sepanjang waktu & setiap hari seperti komunikasi lainnya).
02
Hal kedua adalah “Kesulitan dalam menentukan arah antenna kita”. Kalau pada komunikasi darat ( misalnya dari Jakarta ) kita mengarahkan antenna ke Semarang adalah sangat mudah karena dimana letak kota Semarang sudahlah pasti. Tetapi lain dengan satelit ( kearah mana beam antenna kita harus kita arahkan ). Ketika sebuah satelit muncul di cakrawala – kita sebut saja sebagai jendela ( kesempatan untuk ) komunikasi mulai terbuka- kita tidak tahu satelit itu ada dimana. Dia bisa muncul dan berada diufuk Barat , atau di Timur , Utara atau Selatan.
Kalau kita “salah duga” dan antenna kita arahkan ke Tenggara , padahal satelit sedang muncul dari Barat laut , ya tentu saja kita akan gagal menerima signalnya ( yg berarti pasti akan gagal mengadakan komunikasi )
Demikian juga dengan masalah untuk mengetahui “Kapan ( tanggal berapa ) dan “dari jam berapa sampai jam berapa” wahana itu akan lewat diatas kita ( dengan tetap tidak terlihat mata ) maka kalau kita salah menghitung , kitapun akan gagal.
Jadi itulah persepsi keliru selama ini yang perlu kita luruskan. Secara propagasi / ilmu radio “Line Of Sight” sebenarnya melakukan kontak radio dengan wahana ruang angkasa adalah jauh lebih mudah karena besar/terbukanya LOS tersebut , sehingga sebetulnya –dan ini yang perlu kita sadari- letak problem utamanya ( bagi mereka yang masih asing ) sebetulnya adalah LEBIH PADA PERLUNYA MENGENAL CARA MENGHITUNG ATAU MENGETAHUI ( selain tentu saja keharusan mengetahui freq. uplink / downlink / Doppler / mode nya ) KAPAN DAN KEARAH MANA ANTENNA KITA HARUS KITA ARAHKAN.
Begitu pengetahuan ini sudah anda kuasai , maka sebenarnyalah kans untuk bisa berhasil mengadakan komunikasi darat – ruang angkasa sangatlah terbuka lebar ( catatan : satu dua kali pernah mengalami kegagalan adalah hal yang biasa ).
Jadi bagi teman2 semua ( terutama yang muda2 ) , siapkan dirimu untuk mulai memasuki “teknologi / era ruang angkasa” itu. Pemerintah sudah menyediakan sarananya ( satelit LAPAN – ORARI. Mulailah mempelajari masalah2 Orbit Data & Keplerian dan mulai belajar untuk hunting ( melakukan tracking ).
Saya sendiri mungkin sudah kurang aktif lagi , namun untuk IKUT MENDUKUNG KELAHIRAN / LAUNCHING SATELIT AMATIR KITA SENDIRI LAPAN – ORARI SATELLITE ITU , saya mencoba memberikan 2 saran yg murni berasal dari naluri ( atau corat coret ) saya sendiri , yaitu
01
LOKASI
Bagi para experimenter yang kebetulan tinggal satu propinsi dengan saya ( Jatim ) , saya sodorkan / berikan / TUNJUKKAN salah satu LOKASI TERBAIK UNTUK BELAJAR MELAKUKAN TRACKING. Karena namanya belajar , sebaiknya jangan mulai dgn “yang banyak kesulitannya”. Pilihkan lokasi yg TERKECIL TINGKAT INTERFERENSINYA ( karena Indonesia memiliki lingkungan udara yg “terkotor” dengan jumlah gangguan , ketidak tertiban serta stasiun illegal yg luar biasa banyaknya ).
Untuk belajar tracking, saya rekomendasikan untuk melakukannya dari “lokasi yang tersembunyi didalam cekungan” , yaitu di kaldera kawah pegunungan Tengger , disekitar gunung Bromo. Jangan mencari tempat2 tinggi dibibir atau pucak kaldera ( seperti di Penanjakan atau sisi bibir lainnya , tetapi masuklah kedalam cekungannya !! )
Tetapi ingat bhw didalam kaldera itu anda akan punya LOS yg sangat terbuka ke lokasi puncak Penanjakan yg dipenuhi gardu2 / panel / station berbagai repeater.
Maka didalam kalderapun saya masih merekomendasikan anda untuk “bersembunyi” dan menghilangkan diri dari LOS tersebut. Jauhi kemung kinan interferensi kuat dari repeater2 tsb. Bagaimana caranya ?
Plotingkan 2 kordinat ke peta anda yaitu.
Point A 07/57.642S 112/58.647E
Point B 07/58.409S 112/58.110E
Point C 07/58.766S 112/56.976E
Kemudian hubungkan ke 3 kordinat tsb dengan garis.
Di lapangan carilah ( pilih sendiri ) lokasi disekitar garis bertekuk tersebut. Itulah lokasi tracking terbaik bagi anda ( sekalian camping di savanna arah ke Jemplang tsb ).
Bagi para experimenter yang kebetulan tinggal satu propinsi dengan saya ( Jatim ) , saya sodorkan / berikan / TUNJUKKAN salah satu LOKASI TERBAIK UNTUK BELAJAR MELAKUKAN TRACKING. Karena namanya belajar , sebaiknya jangan mulai dgn “yang banyak kesulitannya”. Pilihkan lokasi yg TERKECIL TINGKAT INTERFERENSINYA ( karena Indonesia memiliki lingkungan udara yg “terkotor” dengan jumlah gangguan , ketidak tertiban serta stasiun illegal yg luar biasa banyaknya ).
Untuk belajar tracking, saya rekomendasikan untuk melakukannya dari “lokasi yang tersembunyi didalam cekungan” , yaitu di kaldera kawah pegunungan Tengger , disekitar gunung Bromo. Jangan mencari tempat2 tinggi dibibir atau pucak kaldera ( seperti di Penanjakan atau sisi bibir lainnya , tetapi masuklah kedalam cekungannya !! )
Tetapi ingat bhw didalam kaldera itu anda akan punya LOS yg sangat terbuka ke lokasi puncak Penanjakan yg dipenuhi gardu2 / panel / station berbagai repeater.
Maka didalam kalderapun saya masih merekomendasikan anda untuk “bersembunyi” dan menghilangkan diri dari LOS tersebut. Jauhi kemung kinan interferensi kuat dari repeater2 tsb. Bagaimana caranya ?
Plotingkan 2 kordinat ke peta anda yaitu.
Point A 07/57.642S 112/58.647E
Point B 07/58.409S 112/58.110E
Point C 07/58.766S 112/56.976E
Kemudian hubungkan ke 3 kordinat tsb dengan garis.
Di lapangan carilah ( pilih sendiri ) lokasi disekitar garis bertekuk tersebut. Itulah lokasi tracking terbaik bagi anda ( sekalian camping di savanna arah ke Jemplang tsb ).
02
TILTED TURNSTILE
Organisasi pemilik / pengelola suatu satelit amatir seringkali memberikan rekomendasi tentang “antenna jenis apa yang tepat bagi jenis rbit satelit mereka” kepada public pengguna.
Diluar saran itu , saya ( paling tidak , sampai saat ini ) saya yakin bahwa antenna TURNSTILE YANG DILENGKAPI SCREEN REFLECTOR akan cocok / bisa dipakai untuk berburu satelit LAPAN – ORARI nanti jika sudah diluncurkan.
Pada foto diatas saya berikan contoh dari antenna Turnsile TAPI DISINI BELUM DILENGKAPI DENGAN SCREEN REFLECTOR , jadi harus ditambahi sendiri ( ada banyak referensinya d Internet ). Ukuran2 nya tentu saja harus menunggu & disesuaikan dengan freq. satelit LAPAN – ORARI.
Ini hanya salah satu konfigurasi saja dari antenna Turnstile. Matching linenya TIDAK HARUS SEPERTI YG ADA DIGAMBAR. Ada beberapa pilihan konfigurasi , bahkan ada jenis yang lebih sederhana dengan cukup menggunakan U – Balun.
Dan rekomendasi yang berikut ini MURNI VERSI SAYA ( saya belum pernah melihat orang lain membuatnya ). Idenya adalah memodifikasi Screen Reflector –yang aslinya ukurannya cukup mengganggu kalau dibawa / dimuat ke mobil- menjadi screen reflector YANG BISA DILIPAT ( versi itu dulu saya buat –puluhan thn yg. lalu- untuk hunting space shuttle Columbia dgn Astronoutnya Owen K. Garriot yg amateur radio / W5LFL ).
Idenya adalah tidak membuat reflector menjadi 1 frame besar , melainkan “memecahnya” menjadi 3 kerangka ( kerangka yg ditengah lebarnya paling kecil , maksimum 20 cm saja ) , lalu saya hubungkan dengan ke 2 kerangka kisi2 reflector lainnya dengan memasangkan ENGSEL PINTU diantaranya.
Hasilnya ? Bagian cross dipolenya bisa kita lepas untuk transportasi , lalu frame reflectornya kita lipat , maka antenna turnstile tsb lengkap dgn reflectornya misa lebih mudah untuk kita angkut pakai mobil. Mudah untuk di pindah pindahkan. Kalau akan dipakai, reflectornya tinggal dibuka & dikunci.
Organisasi pemilik / pengelola suatu satelit amatir seringkali memberikan rekomendasi tentang “antenna jenis apa yang tepat bagi jenis rbit satelit mereka” kepada public pengguna.
Diluar saran itu , saya ( paling tidak , sampai saat ini ) saya yakin bahwa antenna TURNSTILE YANG DILENGKAPI SCREEN REFLECTOR akan cocok / bisa dipakai untuk berburu satelit LAPAN – ORARI nanti jika sudah diluncurkan.
Pada foto diatas saya berikan contoh dari antenna Turnsile TAPI DISINI BELUM DILENGKAPI DENGAN SCREEN REFLECTOR , jadi harus ditambahi sendiri ( ada banyak referensinya d Internet ). Ukuran2 nya tentu saja harus menunggu & disesuaikan dengan freq. satelit LAPAN – ORARI.
Ini hanya salah satu konfigurasi saja dari antenna Turnstile. Matching linenya TIDAK HARUS SEPERTI YG ADA DIGAMBAR. Ada beberapa pilihan konfigurasi , bahkan ada jenis yang lebih sederhana dengan cukup menggunakan U – Balun.
Dan rekomendasi yang berikut ini MURNI VERSI SAYA ( saya belum pernah melihat orang lain membuatnya ). Idenya adalah memodifikasi Screen Reflector –yang aslinya ukurannya cukup mengganggu kalau dibawa / dimuat ke mobil- menjadi screen reflector YANG BISA DILIPAT ( versi itu dulu saya buat –puluhan thn yg. lalu- untuk hunting space shuttle Columbia dgn Astronoutnya Owen K. Garriot yg amateur radio / W5LFL ).
Idenya adalah tidak membuat reflector menjadi 1 frame besar , melainkan “memecahnya” menjadi 3 kerangka ( kerangka yg ditengah lebarnya paling kecil , maksimum 20 cm saja ) , lalu saya hubungkan dengan ke 2 kerangka kisi2 reflector lainnya dengan memasangkan ENGSEL PINTU diantaranya.
Hasilnya ? Bagian cross dipolenya bisa kita lepas untuk transportasi , lalu frame reflectornya kita lipat , maka antenna turnstile tsb lengkap dgn reflectornya misa lebih mudah untuk kita angkut pakai mobil. Mudah untuk di pindah pindahkan. Kalau akan dipakai, reflectornya tinggal dibuka & dikunci.
Rabu, 23 Mei 2012
FLY BY WIRE , KECELAKAAN PESAWAT SUKHOI SSJ-100 + TEKNOLOGI POWER BY WIRE PESAWAT F-35
Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )
Apapun definisi dan batasan dari yang dimaksud dengan “penerapan FBW pertama didunia” yang diumumkan dulu , pesawat IPTN produksi Indonesa sudah “didaftar” / di claim sebagai pesawat penumpang/sipil pertama yang berteknologi FBW.
Belum sebulan yang lalu pesawat Sukhoi SSJ-100 ( yang di-sebut2 berteknologi canggih paling advance –namun dengan catatan “diantara berbagai instrument dan sistem canggihnya , belum terbukti atau ditemukan bukti bahwa SSJ-100 juga sudah dilengkapi dengan ELT 406 MHz sebagai salah satu syarat dari pesawat yang “sudah tidak jadoel”- ) mengalami kecelakaan menabrak tebing gunung Salak.
Jadi Indonesia sudah mencetak 2 jenis prestasi dibidang teknologi advance Fly By Wire yaitu : Merancang , Menguji & Menerapkan pesawat commuter 50 seat yang pertama didunia yang berteknologi Fly By Wire. “Prestasi ke 2” dari urusan FBW ini adalah “Pesawat commercial berteknologi FBW yang pertama kali jatuh didunia” , jatuhnya juga di Indonesia. Prestasi FBW kita sudah bervariasi. Sudah 2 jenis prestasi FBW yang kita miliki meski keduanya berbeda. Yang 1 prestasi membanggakan , yang lain prestasi memprihatinkan.
SEMOGA TIDAK TERULANG LAGI , APALAGI KEDEPAN NANTI ( KARENA TEKNOLOGI PENERBANGAN AKAN BERKEMBANG SEMAKIN CANGGIH ) PROFESIONALISME PARA PENERBANG , TEKNISI & SEMUA PIHAK YANG TERKAIT DENGAN DUNIA PENERBANGAN DITUNTUT UNTUK MAMPU “MENGIKUTI” PERKEMBANGAN TEKNOLOGI ITU.
Dibelakang / setelah teknologi FLY BY WIRE , dunia penerbangan –mau tidak mau- akan memasuki era teknologi POWER BY WIRE , lalu era FLY BY OPTICS , lalu FLY BY WIRELESS , dan juga masih akan semakin canggih dengan memasuki teknologi INTELLIGENT FLIGHT CONTROL SYSTEM /IFCS.
Mau tidak mau , suka atau tidak suka , teknologi yg semakin tinggi dan “rumit” itu akan bertahap diterapkan , karena memang kurang lebih begitulah tahapan perkembangan didunia sistem kontrol maupun ( juga ) komunikasi. Sebelum dunia penerbangan sampai ketahap menerapkannya ( didunia penerbangan membutuhkan waktu penelitian & pengembangan lebih panjang karena dunia penerbangan memiliki tingkat resiko dan tuntutan safety paling tinggi, selain juga sangat mahal ) semua tahapan itu sudah “terbaca” urutan perkembangannya sistem kontrol & otomasinya pabrik2 dan dunia industri. Demikian juga didunia komunikasi , tahapannya sama ( analog dulu, baru digital. Wire dulu , baru wireless /infra red , optic , blue tooth dst ).
Di industri step nya juga begitu. Sistem kontrol listrik dulu , by wire dulu ( disebut sistem relay ) , baru masuk ke hydraulic/pneumatic ( mekatronika ) , PLC , DCS , QCS. Mulai dari analog dulu baru digital.
Jadi suka atau tidak suka , para teknisi penerbangan kita , para pilot kita , ATC kita , anggota KNKT kita , orang Perhubungan kita harus makin “men-canggih-kan diri” , belajar lebih berat , bekerja makin professional agar mampu mengikuti perkembangan teknologi kedepan.
Siapa tahu kedepan nanti Indonesia juga akan punya sendiri pesawat tempur F-35 ( gambar diatas ) yang sudah berteknologi POWER BY WIRE , dimana semakin banyak peralatan actuator jenis hidrolik yang dihilangkan dan diganti dengan servo dan penggerak listrik. Suka tidak suka , kedepan nanti dunia penerbangan sipil kita ( entah kapan. Bisa saja datang lebih cepat dari yang kita duga ) juga akan “direpotkan” dengan teknologi tinggi PBW.
Jumat, 04 Mei 2012
MY NEW QSL CARD
"THE FINAL COURTESY OF QSO/DX IS QSL CARD"
Itu adalah sebuah motto yang terutama bagi seorang Dx'er.
Bagi seorang Dx'er mutlak harus punya/siap dengan Qsl Card, walaupun yang cukup sederhana.
Nah...untuk memenuhi keperluan tersebut maka saya bersama Qsl Manager di DA-RC Dx Adventure Radio Club atau Delta Alfa pada awal bulan Mei 2012 ini telah siap dengan design QSL Card yang baru.
Qsl Card yang baru ini sebagai pengganti Qsl card yang lama. Sebenarnya bukan pengganti sih...tapi sebagai pelengkap Qsl Card yang lama.
Jadi bagi para dx'er yang ingin mengkonfirmasi suatu qso dengan saya, apabila mereka menginginkan Qsl cardnya, maka saya akan balas/repply dengan Qsl Card baru + Qsl card yang lama untuk dijadikan sebagai Qsl Card Collection bagi mereka.
Qsl Card saya yang baru designnya seperti dibawah ini dan dicetak oleh "COOL QSL"
Bagaimana rekan2 pecinta 27 Mhz setuju nggak ? he..he :-)
designnya cukup mewakili Pulau Bali bukan ? Karena saya tinggal di Denpasar Bali dan sekalian dengan membawa misi seperti misinya para dx'er lainnya dari Indonesia bahwa sebenarnya kita ini tidak hanya sekedar ber qso/dx dan saling tukar menukar Qsl card, tetapi juga sekalian kita promosikan potensi pariwisata yang ada di seluruh negeri ini, lewat cara/hoby kita sebagai seorang Dx'er yaitu lewat qso/dx.
73's and Good Dx
Andi
91DA002
91ET001 ( Echo Tango Indonesia Coordinator )
91SD033
![]() |
Tampak Depan |
![]() |
Tampak Belakang |
Ini Qsl Card saya sebelumnya/lama dicetak oleh "ON5UR QSL"
![]() |
Tampak depan Qsl double card |
![]() |
Tampak belakang Qsl double card Ini Qsl Card saya juga di Dx Group Echo Tango
Tampak depan
QSL Card di Dx Group Sugar Delta |
Andi
91DA002
91ET001 ( Echo Tango Indonesia Coordinator )
91SD033
Kamis, 03 Mei 2012
ANTENNA TECHNO FAIR UGM 2012
Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )
KOMPETISI ANTENNA. Bagi mereka yang tinggal di Yogya atau tidak terlalu jauh dari Yogya , silahkan baca link ini , dan jangan lupa mengikuti ( nonton ) lomba tersebut nanti setelah tiba waktunya. http:// antennafair.ft.ugm.ac.id/2012/ techno-antenna-fair-taf-2012/
PANITIA MENYIAPKAN DIRI DENGAN SANGAT CERMAT ( TEKNIS ). Termasuk sudah menyediakan kabel coax sambungan yg betul2 memenuhi syarat ( tidak sembarangan ) yaitu panjangnya merupakan kelipatan genap 1/4 lambda effectif ( identik dengan teknik yg saya ajarkan dalam tulisan2 saya sebelum ini. Namun kalau tidak salah saya lebih sering menggunakan istilah kelipatan 1/2 lambda elektris. Kedua penyebutan yang berbeda itu memiliki arti yang sama , sebab kelipatan genap dari 1/4 lambda itu sama juga dengan kelipatan 1/2 lambda dan effective itu = elektrik , bukan langsung panjang fisik ). Bahkan kalau kita baca peraturan2 lomba yang ada ( setelah ke 3 persyaratan / 3 jenis lomba sudah anda download ) kita baca betapa panitia sudah mengingatkan bahwa kalau peserta melepas/ membawa / menyambungkan kabel milik peserta sendiri -yang nggak di "match dulu terhadap kemungkinannya bisa menyebabkan transformasi impedansi"- maka KALAU ADA APA2 ( AKIBAT NEGATIP YG TERJADI ) SEMUANYA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB PESERTA SENDIRI. BUKAN TANGGUNG JAWAB PANITIA LOMBA !!!! Apa resiko jika peserta tidak menyediakan kabel sambungan yang "tanpa resiko" ? YA , ADA RESIKO MEREKA/PESERTA BISA DITIPU OLEH ALAT SWR MEREKA SENDIRI. Bisa2 peserta hanya mengeset antenna dan hanya berfokus untuk mendapatkan SWR serendah mungkin ( tapi tidak mampu membedakan mana angak SWR rendah yg benar2 rendah dan mana angka rendah yang menipu/semu ). Penjelasan tentang bagaimana caranya menghindari "ditipu bacaan SWR rendah" itu sudah sering saya tulis di group ini.
KOMPETISI ANTENNA. Bagi mereka yang tinggal di Yogya atau tidak terlalu jauh dari Yogya , silahkan baca link ini , dan jangan lupa mengikuti ( nonton ) lomba tersebut nanti setelah tiba waktunya. http://
PANITIA MENYIAPKAN DIRI DENGAN SANGAT CERMAT ( TEKNIS ). Termasuk sudah menyediakan kabel coax sambungan yg betul2 memenuhi syarat ( tidak sembarangan ) yaitu panjangnya merupakan kelipatan genap 1/4 lambda effectif ( identik dengan teknik yg saya ajarkan dalam tulisan2 saya sebelum ini. Namun kalau tidak salah saya lebih sering menggunakan istilah kelipatan 1/2 lambda elektris. Kedua penyebutan yang berbeda itu memiliki arti yang sama , sebab kelipatan genap dari 1/4 lambda itu sama juga dengan kelipatan 1/2 lambda dan effective itu = elektrik , bukan langsung panjang fisik ). Bahkan kalau kita baca peraturan2 lomba yang ada ( setelah ke 3 persyaratan / 3 jenis lomba sudah anda download ) kita baca betapa panitia sudah mengingatkan bahwa kalau peserta melepas/ membawa / menyambungkan kabel milik peserta sendiri -yang nggak di "match dulu terhadap kemungkinannya bisa menyebabkan transformasi impedansi"- maka KALAU ADA APA2 ( AKIBAT NEGATIP YG TERJADI ) SEMUANYA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB PESERTA SENDIRI. BUKAN TANGGUNG JAWAB PANITIA LOMBA !!!! Apa resiko jika peserta tidak menyediakan kabel sambungan yang "tanpa resiko" ? YA , ADA RESIKO MEREKA/PESERTA BISA DITIPU OLEH ALAT SWR MEREKA SENDIRI. Bisa2 peserta hanya mengeset antenna dan hanya berfokus untuk mendapatkan SWR serendah mungkin ( tapi tidak mampu membedakan mana angak SWR rendah yg benar2 rendah dan mana angka rendah yang menipu/semu ). Penjelasan tentang bagaimana caranya menghindari "ditipu bacaan SWR rendah" itu sudah sering saya tulis di group ini.
SALUT , PANITIANYA CUKUP CERMAT
Membaca Release / Pengumuman ini , kelihatannya Panitianya cukup cermat , sampai Panitia sendiri sudah menyediakan feeder/transmission line tambahan yang panjangnyapun sudah di pruning ( adjust ) agar resonansi pada 144.280 MHz. Ini artinya : Pertama , Panitia bukan hanya membantu menyediakan tambahan feeder jika ( = ketika ada kemungkinan ) peserta mengalami “kekurangan panjang” pada panjang line yg dibawanya. Kedua ini menunjukkan niat baik untuk menyediakan “ukuran yang benar” agar tidak “menjebak” atau menambah kesulitan yg dihadapi peserta. Ketika ini bisa dilihat sebagai mencontohkan / memberikan keteladanan tentang bagaimana untuk memiliki kebiasaan dalam “tidak memperhatikan dan tidak meremehkan hal2 kecil”.
Hal yang kelihatannya sepele ini ( dimana kabelpun sudah dipotongkan panjangnya secara presisi ) perlu diteladani oleh setiap ham/operator/teknisi amateur radio , karena sudah menjadi isu lama puluhan tahun , adanya kenyataan tentang masih demikian banyaknya para “markonis” ( penghobby radio ) yang terjebak pada pemahaman yang salah , yang mengira bahwa kalau penunjukan SWR sudah paling rendah , itu pastilah sudah merupakan pencapaian/kondisi yang terbaik. Padahal nilai SWR rendah itu pada kenyataannya , sebagian adalah benar menunjukkan kondisi optimal ( effisiensi kerja tinggi ) tetapi terkadang angka penunjukan yang rendah itu adalah angka yang menipu karena “semu” dan muncul hanya akibat dari terjadinya transformasi ( perubahan ) impedansi akibat beban reactive dari antenna , yang sebenarnya bisa “dicounter” / diantisipasi atau dihindari dengan cara sederhana yaitu dengan memperhatikan panjang resonansi kabel.
Coba kita perhatikan salah satu bagian peraturan lomba yang menyiratkan adanya usaha Panitia untuk bekerja cukup teliti pada kalimat/paragraph mereka yang ini :
“Antenna boleh buatan sendiri maupun buatan pabrik, dengan panjang kabel coaxial 50 ohm minimal 7 (tujuh) meter. Kabel tambahan dari pemancar hingga terminal penyambung yang disediakan panitia bersifat kelipatan genap dari 1/4 λ effective kabel, yang diresonansikan pada frekuensi 144,28 MHz. Kabel boleh dilepas, tetapi resiko ditanggung sepenuhnya oleh peserta”.
Kelihatannya mereka menyiapkannya cukup perfect. Masih sulit menemukan kekurangannya. Kalaupun kedepannya ingin lebih ditingkatkan , paling2 yang bisa kita sarankan hanyalah bagian masalah2 kecilnya saja , misalnya kalau bisa pesertanya dipisahkan menjadi 3 kelompok :
AAA
Yang membawa produk jadi hasil pabrik ( import atau lokal ) atau orang lain.
BBB
Yang antennanya dibuat sendiri tapi designnya meniru buatan pihak lain ( dari yg ada dipasaran atupun dari internet )
CCC
Yang murni hasil Rancangan Sendiri.
Yang BBB diberi credit point ( tambahan nilai ) lebih tinggi dari AAA , dan CCC mendapat tambahan nilai yang tertinggi.
http://antennafair.ft.ugm.ac.id/2012/techno-antenna-fair-taf-2012/
Selasa, 10 April 2012
QRP
4 KUNCI UTAMA belajar QRP bagi mereka yg ingin komunikasi jarak jauh dengan power kecil ( QRP biasanya mulai dari pemancar dgn daya Microwat -yg pesertanya paling sedikit- , lalu yang Milliwat sampai ke Watt. Yang pakai power Watt , maksimum power tertinggi yg diijinkan 5 Watt ) adalah :
1. Bukan belajar bikin pemancar dulu tapi belajar latihan "mengetuk"/keying dulu. Bikin rangkaian Morse Keyer ( oscillator yg keluarkan suara ...tit ...tiiiit ...tit ...tit ...tit....kalau kunci morsenya ditekan ). Saya aja udah lupa morse krn sdh lama nggak dipraktekkan lagi. Merka yg lancar adalah yg masih aktif mengetuk saja. Latihan sendiri atau berdua dirumah dgn teman. Kalau udah baru praktek diudara. Belajarlah dulu dengan pemancar bermodulasi telegraphy. Mode ini punya keistimewaan mampu menjangkau luar biasa jauh.
2. Pakai Communication Receiver yg sensitive & selective.
3. Lalu antenna & kabelnya harus baik. Janjian ama teman yg cukup jauh ( misalnya station lain diluar Jawa ) tapi keduanya KALAU BISA ANTENNANYA SALING DIARAHKAN KE LAWAN , MESKIPUN PAKAI ANTENNA HF YG PANJANG. Tapi kalau lahan tidak memungkinkan memindah tiang/bambu dsb ya cuba dulu yang sudah ada meski arahnya melenceng tapi CW/ Morse kemungkinan masih tembus.
4. Nggak harus ketemu saya dulu untuk dapat skema2 QRP ( malah kalau kesaya , justru saya harus carikan dulu karena sudah lama nggak pernah nyimpan2 skema lagi ). Cari di internet aja banyak. Browsing aja pakai beberapa macam kata kunci , misalnya ketikkan QRP , atau mungkin QRP CW , Telegraphy QRP atau apapun pokoknya ada kata QRP nya. Akan banyak skema , tinggal pilih aja. Kalau sudah praktek dan berhasil dgn Morse , baru meningkat belajar QRP yg mode lain. Tapi komunikasi dgn morse itu hebat lho. Meski kesannya "kun" tapi kalau anda menguasai , orang akan menghargai anda karena anda jadi spesialis/ahli. jaman sekarang yg masih kuasai Morse HANYA para telegraphis murni ( dikapal , distation radio pantai. Atau di militer tapi di militer juga makin jarang karena untuk jarak jauh mereka sudah beralih pakai satelit ). Sekali lagi yg harus diingat terus adalah ... antenna ( dan kabelnya ) .... antenna .... antenna. Menguasai antenna dgn baik itu berarti anda sudah kuasai lebih dari 80 atau 85% dai kesuksesan komunikasi jarah jauh. QRP sendiri sebetulnya asalnya adalah salah satu Kode Q ( Q Code ) yaitu bermacam macam komunikasi tanya jawab panjang yg disingkat menjadi susunan 3 huruf yg selalu diawali dgn huruf Q ( QSO , QRA , QRL , QRM dan masih banyak lagi ). Itu untuk mempercepat/meringkas komunikasi radio yg dilakukan dengan kode morse ( kalau seluruh kalimat lengkap harus "di morse"kan kan jadi kelamaan , sehingga jenis2 pertanyaan atau jawaban yg baku dan paling sering dipakai ber ulang2 diudara, disingkat jadi Q Code. QRP sendiri kalau ditransmisikan diikuti tanda tanya , atau juga dengan angka dan tanda tanya ( misal QRP 10 ? ) , itu artinya "Bolehkan saya turunkan powe saja jadi 10 watt ?" dan kalau lawannya menjawab "QRP 10" itu artinya "Silahkan kalau anda akan menurunkan power ke 10 watt". Tapi karena selain berkomunikasi dengan power normal/standar yg diijinkan apakah itu 75 Watt , atau untuk kelas Bravo max. 500 watt , ternyata kemudian muncul aktivitas "kecil2 an daya" didunia amateur , maka lama2 istilah QRP juga dipakai untuk kegiatan khusus "berkomunikasi dengan daya 5 Watt atau lebih rendah lagi" itu.
Langganan:
Postingan (Atom)