Sumber artikel ini saya ambil
dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB
RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )
Jika tidak ada perubahan jadwal lagi , satelit LAPAN – ORARI akan diluncurkan dalam 1 – 2 bulan kedepan. Ini kesempatan besar bagi para experimenter & peneliti Indonesia untuk memanfaatkannya , bahkan kesempatan besar bagi para pelajar & mahasiswa untuk mengejar ketertinggalan kita dibidang iptek ruang angkasa.
Selama ini ada persepsi & pemahaman yang salah , yang menduga bahwa komunikasi radio ruang angkasa ( khususnya dari/ke darat/ruang angkasa ) adalah pengetahuan yang sangat rumit , sehingga kalau kita membicarakan bidang ini , seringkali pihak lain akan acuh tak acuh , sinis , apriori atau bahkan menganggapnya sebagai “berbicara terlalu muluk”. Sebagian lagi ( akan ) sama sekali tidak tertarik. Sebagian lainnya lagi mungkin ada yang “belum2 sudah merasa tidak akan mampu atau belum waktunya mengenal / mempelajari itu” dsb.
Persepsi salah itu muncul terutama karena lokasi lawan kita berkomunikasi itu ( dalam hal ini satelit atau wahana ruang angkasa lainnya seperti space shuttle ) berada dilokasi yg diluar jangkauan “langkah” kita , nyaris tidak mungkin kita datangi karena demikian tinngi & jauhnya. Kita sulit / tidak pernah mengadakan gathering , eye ball atau saling mengunjungi dengan mereka. Hal itu menambah rasa asing & keterasingan kita.
Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Melakukan komunikasi radio melalui ( atau dengan ) satelit dan atau awak pesawat ruang angkasa , secara teori TIDAKLAH LEBIH SULIT DARI MENLAKUKAN KOMUNIKASI DARAT KE DARAT, BAHKAN SEHARUSNYA & SEBENARNYA MELAKUKAN KOMUNIKASI DARAT – RUANG ANGKASA ITU LEBIH MUDAH DARIPADA MELAKUKAN KOMUNIKASI DARAT KE DARAT.
Mengapa demikian ? Karena ketika melakukan komunikasi ruang angkasa kita berhadapan dengan ruang terbuka , tanpa adanya obstacles atau hambatan pepohonan, gedung2 , gunung2 , batas horizon dsb yang berada dan menghadang dilangit sana. Melakukan kontak radio antar titik didarat memiliki hambatan yg jauh lebih banyak.
Melakukan spce communcation memberikan kemudahan tersendiri dan peluang yang ( sebenarnya ) lebih besar untuk berhasil.
Lantas dimanakah letak masalahnya sehingga space communication mudah kita persepsikan sebagai “akan luar biasa sulit” ?
Ada beberapa masalah tetapi yang paling utama ada 2 hal :
01
Masalah utamanya adalah melakukan komunikasi satelit memiliki “jendela waktu” atau batasan2 waktu ( tidak bisa kita lakukan kapanpun sepanjang waktu & setiap hari seperti komunikasi lainnya).
02
Hal kedua adalah “Kesulitan dalam menentukan arah antenna kita”. Kalau pada komunikasi darat ( misalnya dari Jakarta ) kita mengarahkan antenna ke Semarang adalah sangat mudah karena dimana letak kota Semarang sudahlah pasti. Tetapi lain dengan satelit ( kearah mana beam antenna kita harus kita arahkan ). Ketika sebuah satelit muncul di cakrawala – kita sebut saja sebagai jendela ( kesempatan untuk ) komunikasi mulai terbuka- kita tidak tahu satelit itu ada dimana. Dia bisa muncul dan berada diufuk Barat , atau di Timur , Utara atau Selatan.
Kalau kita “salah duga” dan antenna kita arahkan ke Tenggara , padahal satelit sedang muncul dari Barat laut , ya tentu saja kita akan gagal menerima signalnya ( yg berarti pasti akan gagal mengadakan komunikasi )
Demikian juga dengan masalah untuk mengetahui “Kapan ( tanggal berapa ) dan “dari jam berapa sampai jam berapa” wahana itu akan lewat diatas kita ( dengan tetap tidak terlihat mata ) maka kalau kita salah menghitung , kitapun akan gagal.
Jadi itulah persepsi keliru selama ini yang perlu kita luruskan. Secara propagasi / ilmu radio “Line Of Sight” sebenarnya melakukan kontak radio dengan wahana ruang angkasa adalah jauh lebih mudah karena besar/terbukanya LOS tersebut , sehingga sebetulnya –dan ini yang perlu kita sadari- letak problem utamanya ( bagi mereka yang masih asing ) sebetulnya adalah LEBIH PADA PERLUNYA MENGENAL CARA MENGHITUNG ATAU MENGETAHUI ( selain tentu saja keharusan mengetahui freq. uplink / downlink / Doppler / mode nya ) KAPAN DAN KEARAH MANA ANTENNA KITA HARUS KITA ARAHKAN.
Begitu pengetahuan ini sudah anda kuasai , maka sebenarnyalah kans untuk bisa berhasil mengadakan komunikasi darat – ruang angkasa sangatlah terbuka lebar ( catatan : satu dua kali pernah mengalami kegagalan adalah hal yang biasa ).
Jadi bagi teman2 semua ( terutama yang muda2 ) , siapkan dirimu untuk mulai memasuki “teknologi / era ruang angkasa” itu. Pemerintah sudah menyediakan sarananya ( satelit LAPAN – ORARI. Mulailah mempelajari masalah2 Orbit Data & Keplerian dan mulai belajar untuk hunting ( melakukan tracking ).
Saya sendiri mungkin sudah kurang aktif lagi , namun untuk IKUT MENDUKUNG KELAHIRAN / LAUNCHING SATELIT AMATIR KITA SENDIRI LAPAN – ORARI SATELLITE ITU , saya mencoba memberikan 2 saran yg murni berasal dari naluri ( atau corat coret ) saya sendiri , yaitu
01
LOKASI
Bagi para experimenter yang kebetulan tinggal satu propinsi dengan saya ( Jatim ) , saya sodorkan / berikan / TUNJUKKAN salah satu LOKASI TERBAIK UNTUK BELAJAR MELAKUKAN TRACKING. Karena namanya belajar , sebaiknya jangan mulai dgn “yang banyak kesulitannya”. Pilihkan lokasi yg TERKECIL TINGKAT INTERFERENSINYA ( karena Indonesia memiliki lingkungan udara yg “terkotor” dengan jumlah gangguan , ketidak tertiban serta stasiun illegal yg luar biasa banyaknya ).
Untuk belajar tracking, saya rekomendasikan untuk melakukannya dari “lokasi yang tersembunyi didalam cekungan” , yaitu di kaldera kawah pegunungan Tengger , disekitar gunung Bromo. Jangan mencari tempat2 tinggi dibibir atau pucak kaldera ( seperti di Penanjakan atau sisi bibir lainnya , tetapi masuklah kedalam cekungannya !! )
Tetapi ingat bhw didalam kaldera itu anda akan punya LOS yg sangat terbuka ke lokasi puncak Penanjakan yg dipenuhi gardu2 / panel / station berbagai repeater.
Maka didalam kalderapun saya masih merekomendasikan anda untuk “bersembunyi” dan menghilangkan diri dari LOS tersebut. Jauhi kemung kinan interferensi kuat dari repeater2 tsb. Bagaimana caranya ?
Plotingkan 2 kordinat ke peta anda yaitu.
Point A 07/57.642S 112/58.647E
Point B 07/58.409S 112/58.110E
Point C 07/58.766S 112/56.976E
Kemudian hubungkan ke 3 kordinat tsb dengan garis.
Di lapangan carilah ( pilih sendiri ) lokasi disekitar garis bertekuk tersebut. Itulah lokasi tracking terbaik bagi anda ( sekalian camping di savanna arah ke Jemplang tsb ).
Bagi para experimenter yang kebetulan tinggal satu propinsi dengan saya ( Jatim ) , saya sodorkan / berikan / TUNJUKKAN salah satu LOKASI TERBAIK UNTUK BELAJAR MELAKUKAN TRACKING. Karena namanya belajar , sebaiknya jangan mulai dgn “yang banyak kesulitannya”. Pilihkan lokasi yg TERKECIL TINGKAT INTERFERENSINYA ( karena Indonesia memiliki lingkungan udara yg “terkotor” dengan jumlah gangguan , ketidak tertiban serta stasiun illegal yg luar biasa banyaknya ).
Untuk belajar tracking, saya rekomendasikan untuk melakukannya dari “lokasi yang tersembunyi didalam cekungan” , yaitu di kaldera kawah pegunungan Tengger , disekitar gunung Bromo. Jangan mencari tempat2 tinggi dibibir atau pucak kaldera ( seperti di Penanjakan atau sisi bibir lainnya , tetapi masuklah kedalam cekungannya !! )
Tetapi ingat bhw didalam kaldera itu anda akan punya LOS yg sangat terbuka ke lokasi puncak Penanjakan yg dipenuhi gardu2 / panel / station berbagai repeater.
Maka didalam kalderapun saya masih merekomendasikan anda untuk “bersembunyi” dan menghilangkan diri dari LOS tersebut. Jauhi kemung kinan interferensi kuat dari repeater2 tsb. Bagaimana caranya ?
Plotingkan 2 kordinat ke peta anda yaitu.
Point A 07/57.642S 112/58.647E
Point B 07/58.409S 112/58.110E
Point C 07/58.766S 112/56.976E
Kemudian hubungkan ke 3 kordinat tsb dengan garis.
Di lapangan carilah ( pilih sendiri ) lokasi disekitar garis bertekuk tersebut. Itulah lokasi tracking terbaik bagi anda ( sekalian camping di savanna arah ke Jemplang tsb ).
02
TILTED TURNSTILE
Organisasi pemilik / pengelola suatu satelit amatir seringkali memberikan rekomendasi tentang “antenna jenis apa yang tepat bagi jenis rbit satelit mereka” kepada public pengguna.
Diluar saran itu , saya ( paling tidak , sampai saat ini ) saya yakin bahwa antenna TURNSTILE YANG DILENGKAPI SCREEN REFLECTOR akan cocok / bisa dipakai untuk berburu satelit LAPAN – ORARI nanti jika sudah diluncurkan.
Pada foto diatas saya berikan contoh dari antenna Turnsile TAPI DISINI BELUM DILENGKAPI DENGAN SCREEN REFLECTOR , jadi harus ditambahi sendiri ( ada banyak referensinya d Internet ). Ukuran2 nya tentu saja harus menunggu & disesuaikan dengan freq. satelit LAPAN – ORARI.
Ini hanya salah satu konfigurasi saja dari antenna Turnstile. Matching linenya TIDAK HARUS SEPERTI YG ADA DIGAMBAR. Ada beberapa pilihan konfigurasi , bahkan ada jenis yang lebih sederhana dengan cukup menggunakan U – Balun.
Dan rekomendasi yang berikut ini MURNI VERSI SAYA ( saya belum pernah melihat orang lain membuatnya ). Idenya adalah memodifikasi Screen Reflector –yang aslinya ukurannya cukup mengganggu kalau dibawa / dimuat ke mobil- menjadi screen reflector YANG BISA DILIPAT ( versi itu dulu saya buat –puluhan thn yg. lalu- untuk hunting space shuttle Columbia dgn Astronoutnya Owen K. Garriot yg amateur radio / W5LFL ).
Idenya adalah tidak membuat reflector menjadi 1 frame besar , melainkan “memecahnya” menjadi 3 kerangka ( kerangka yg ditengah lebarnya paling kecil , maksimum 20 cm saja ) , lalu saya hubungkan dengan ke 2 kerangka kisi2 reflector lainnya dengan memasangkan ENGSEL PINTU diantaranya.
Hasilnya ? Bagian cross dipolenya bisa kita lepas untuk transportasi , lalu frame reflectornya kita lipat , maka antenna turnstile tsb lengkap dgn reflectornya misa lebih mudah untuk kita angkut pakai mobil. Mudah untuk di pindah pindahkan. Kalau akan dipakai, reflectornya tinggal dibuka & dikunci.
Organisasi pemilik / pengelola suatu satelit amatir seringkali memberikan rekomendasi tentang “antenna jenis apa yang tepat bagi jenis rbit satelit mereka” kepada public pengguna.
Diluar saran itu , saya ( paling tidak , sampai saat ini ) saya yakin bahwa antenna TURNSTILE YANG DILENGKAPI SCREEN REFLECTOR akan cocok / bisa dipakai untuk berburu satelit LAPAN – ORARI nanti jika sudah diluncurkan.
Pada foto diatas saya berikan contoh dari antenna Turnsile TAPI DISINI BELUM DILENGKAPI DENGAN SCREEN REFLECTOR , jadi harus ditambahi sendiri ( ada banyak referensinya d Internet ). Ukuran2 nya tentu saja harus menunggu & disesuaikan dengan freq. satelit LAPAN – ORARI.
Ini hanya salah satu konfigurasi saja dari antenna Turnstile. Matching linenya TIDAK HARUS SEPERTI YG ADA DIGAMBAR. Ada beberapa pilihan konfigurasi , bahkan ada jenis yang lebih sederhana dengan cukup menggunakan U – Balun.
Dan rekomendasi yang berikut ini MURNI VERSI SAYA ( saya belum pernah melihat orang lain membuatnya ). Idenya adalah memodifikasi Screen Reflector –yang aslinya ukurannya cukup mengganggu kalau dibawa / dimuat ke mobil- menjadi screen reflector YANG BISA DILIPAT ( versi itu dulu saya buat –puluhan thn yg. lalu- untuk hunting space shuttle Columbia dgn Astronoutnya Owen K. Garriot yg amateur radio / W5LFL ).
Idenya adalah tidak membuat reflector menjadi 1 frame besar , melainkan “memecahnya” menjadi 3 kerangka ( kerangka yg ditengah lebarnya paling kecil , maksimum 20 cm saja ) , lalu saya hubungkan dengan ke 2 kerangka kisi2 reflector lainnya dengan memasangkan ENGSEL PINTU diantaranya.
Hasilnya ? Bagian cross dipolenya bisa kita lepas untuk transportasi , lalu frame reflectornya kita lipat , maka antenna turnstile tsb lengkap dgn reflectornya misa lebih mudah untuk kita angkut pakai mobil. Mudah untuk di pindah pindahkan. Kalau akan dipakai, reflectornya tinggal dibuka & dikunci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar