Sumber artikel ini saya ambil
dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB
RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )
Untuk kegiatan QRP , selain diperlukan rancangan antenna yang memiliki effisiensi tinggi & mode telegraphy untuk mendapatkan range terjauh , masalah transmission line juga sangat penting. Para ham & experimenter yg serius seringkali meninggalkan ( tidak menggunakan ) kabel coaxial yang ada dipasaran karena menganggap lossesnya masih sangat tinggi. Mereka terkadang membuat sendiri kabel transmisinya untuk mendapatkan rugi2 yang lebih rendah.
Coax dengan foamed insulator memiliki losses lebih rendah dari coax isolator padat / solid insulator , namun itu masih sering dianggap kurang rendah sehingga sebagian dari QRP’er membuat coaxnya sendiri yang “berisolator” udara. Hanya ada udara diantara penghantar inner & outernya ( kecuali hanya ada spacer pemegang inner pada jarak2 tertentu.
Sebagai pengganti outer conductor bias dipakai almunium atau copper tube dgn diameter tertentu. Sedang inner menggunakan kawat tembaga dengan diameter yang disesuaikan dgn impedansi karakteristik yg kita inginkan dari coax buatan sendiri itu. Kalau foamed coaxial memiliki pori2 udara menggantikan kepadatan isolator pada solid coax, maka coax dgn isolator udara akan memiliki effisiensi optimal ( pada coax untuk station TV atau pemancar2 berdaya besar , juga hanya ada udara diantara inner & outernya serta sistem pompa vacuum untuk menghilangkan kelembaban pada udara yg ada ).
Tetapi disini saya tidak akan menceritakan coaxial dgn air insulator tsb. Disini saya hanya akan sedikit menceritakan tentang feeder / kabel antenna jenis lain yang memiliki effisiensi tinggi ( = low losses ) yang per nah saya buat/pakai sekitar thn 1983 – 1985 yaitu kabel antenna jenis LADDER 365 OHM yang saya buat dengan bahan dasar kabel TV / TV Ribbon Line 300 ohm
( Laporan lengkap / artikelnya yg saya beri judul “435 MC QRP 0.1 “ pernah dimuat pada majalah ORARI Pusat “CQ Nusantara” Edisi 8 / edisi Januari – Pebruari 1985 ). Experiment2 nya saya lakukan berdua dengan seorang “old man” ( senior ) ham 3 jaman A. Tamzil / YB1PP ) di Bandung.
QRP 0.1 tsb ( 0.1 watt = 100 mW Power Output ) kita lakukan dengan menggunakan UHF Handy Talky YAESU FT-708 yang memiliki pilihan low power 100 mW pada Power Selector Switch nya. HT ini khusus diproduksi bagi penggemar QRP sehingga posisi High Powernyapun hanya 1 watt.
RIBBON
LINE BISA KITA MODIFIKASI JADI LADDER LINE.
Untuk kabel antenna kita menggunakan kabel TV pipih ( ribbon line ) 300 ohm sepanjang beberapa belas meter yg kita lubangi ( dengan alat pelubang manual buatan sendiri ) sehingga berubah menjadi ladder li ne. Akibat dari modifikasi tsb kabel pipih berubah menjadi penuh lubang lubang yg teratur rapi , line lossesnya menurun cukup banyak namun muncul efek samping berupa naiknya Characteristic impedancenya men jadi 365 ohm.
Penggunaan ladder line cukup banyak membantu meningkatkan effisi ensi pada QRP namun karena impedansi dari feeder tsb. 365 ohm maka kita perlu menyisipkan impedance transformer ( 1 bh diantara antenna & ladder , dan 1 bh lagi untuk mengembalikan impedansi kembali ke 50 ohm lagi sebelum masuk ke pemancar. Karena saya juga menginginkan low losses impedance transformer , maka pilihan saya jatuh ke membuat linear concentric transformer ¼ lambda yg terbuat dari almunium tube dgn inner diameter sekitar 20 mm dan panjangnya ( kalau tidak salah ingat sekitar 16.8 cm ) saya hitung berdasarkan velocity factor 0.97533.
Demikian dulu VHF ribbon line sering saya gunakan & modifikasi menjadi UHF ladder line untuk mendukung experiment2 QRP saya di era thn 80 an.
Itu terpaksa saya lakukan karena di Indonesia kita akan kesulitan men cari TV ladder line 300 ohm sebab yg ada dipasar Indonesia hanya ribbon line 300 ohm. Selewat masa itu saya memang memiliki sendiri 1 roll ladder line 300 ohm “genuine” / ex. pemberian YB1PP yg sengaja mendatangkannya dari luar negeri.
Untuk kabel antenna kita menggunakan kabel TV pipih ( ribbon line ) 300 ohm sepanjang beberapa belas meter yg kita lubangi ( dengan alat pelubang manual buatan sendiri ) sehingga berubah menjadi ladder li ne. Akibat dari modifikasi tsb kabel pipih berubah menjadi penuh lubang lubang yg teratur rapi , line lossesnya menurun cukup banyak namun muncul efek samping berupa naiknya Characteristic impedancenya men jadi 365 ohm.
Penggunaan ladder line cukup banyak membantu meningkatkan effisi ensi pada QRP namun karena impedansi dari feeder tsb. 365 ohm maka kita perlu menyisipkan impedance transformer ( 1 bh diantara antenna & ladder , dan 1 bh lagi untuk mengembalikan impedansi kembali ke 50 ohm lagi sebelum masuk ke pemancar. Karena saya juga menginginkan low losses impedance transformer , maka pilihan saya jatuh ke membuat linear concentric transformer ¼ lambda yg terbuat dari almunium tube dgn inner diameter sekitar 20 mm dan panjangnya ( kalau tidak salah ingat sekitar 16.8 cm ) saya hitung berdasarkan velocity factor 0.97533.
Demikian dulu VHF ribbon line sering saya gunakan & modifikasi menjadi UHF ladder line untuk mendukung experiment2 QRP saya di era thn 80 an.
Itu terpaksa saya lakukan karena di Indonesia kita akan kesulitan men cari TV ladder line 300 ohm sebab yg ada dipasar Indonesia hanya ribbon line 300 ohm. Selewat masa itu saya memang memiliki sendiri 1 roll ladder line 300 ohm “genuine” / ex. pemberian YB1PP yg sengaja mendatangkannya dari luar negeri.
Sebetulnya sih kalau untuk UHF jarak antar kedua konduktor kiri & kanannya kurang dekat jika kita gunakan kabel TV VHF tapi gimana lagi , saya hanya mampu memodifikasi “air space”nya dan tidak mungkin memodifikasi jaraknya
APA YANG
HARUS DIPERHATIKAN JIKA KITA MENGGUNAKAN PARAL LEL LINE ( BAIK RIBBON ATAUPUN
LADDER ) UNTUK PEMANCAR VHF / UHF.
01
Agar kedua konduktor tetap balance disetiap titik , tidak boleh ada 1 sisi yg “terus menerus” berada lebih dekat ke dinding , pagar , kayu , tanah dsb. Posisi keduanya harus saling ditukarkan dengan cara kabel dipelintir beberapa puntiran setiap meternya.
02
Hindari kabel merambat sepanjang logam ( talang , pagar besi dsb ).
03
Jika kabel harus melewati logam ( pagar dsb ) usahakan ia “menembus” secara tegak lurus bidang logam.
04
Bagian2 spacer yang basah ( misalnya diwaktu hujan ) akan menyebab kan naiknya losses pada kabel.
01
Agar kedua konduktor tetap balance disetiap titik , tidak boleh ada 1 sisi yg “terus menerus” berada lebih dekat ke dinding , pagar , kayu , tanah dsb. Posisi keduanya harus saling ditukarkan dengan cara kabel dipelintir beberapa puntiran setiap meternya.
02
Hindari kabel merambat sepanjang logam ( talang , pagar besi dsb ).
03
Jika kabel harus melewati logam ( pagar dsb ) usahakan ia “menembus” secara tegak lurus bidang logam.
04
Bagian2 spacer yang basah ( misalnya diwaktu hujan ) akan menyebab kan naiknya losses pada kabel.
KETERANGAN
TAMBAHAN :
Foto diatas hanya untuk ilustrasi saja ( bukan foto dari ladder line 365 ohn yg pernah saya buat ataupun TV ladder line 300 ohm ) , hanya untuk menunjukkan BENTUK KIRA2 nya saja. Yang ada pada foto ini lebih besar dan dipakai untuk penggunaan pada spectrum HF , sedang pada ladder yg saya buat , selain pitanya lebih kecil , bagian spacernya juga lebih tipis dan bagian “jendela udara” nya memiliki porsi yg lebih besar dibanding spacernya.
Foto diatas hanya untuk ilustrasi saja ( bukan foto dari ladder line 365 ohn yg pernah saya buat ataupun TV ladder line 300 ohm ) , hanya untuk menunjukkan BENTUK KIRA2 nya saja. Yang ada pada foto ini lebih besar dan dipakai untuk penggunaan pada spectrum HF , sedang pada ladder yg saya buat , selain pitanya lebih kecil , bagian spacernya juga lebih tipis dan bagian “jendela udara” nya memiliki porsi yg lebih besar dibanding spacernya.
Saya
salut ( ikut angkat topi ) bagi teman2 yg sudah maupun yg baru memulai
mencintai QRP. Tapi perlu siap mental juga.Di Indonesia pemakai power kecil
masih sering dilecehkan ( dicibir ) & masih banyak orang yg tambah bangga
kalau pakai booster dan power2 besar. Itu karena QRP disini belum sepopuler di
negara2 maju.
Di negara2 maju justru diantara penggiat QRP itu banyak sekali para profesionalnya dr bidang radio yg sudahmulai bosan dgn power gede dan TERTANTANG DGN BERBAGAI KESULITAN YG AKAN LEBIH BANYAK DIHADAPINYA DIDUNIA VERY LOW POWER.
Juara2 dunia QRP ratingnya sdh berada dikelas "Belasan ribu km / watt" , bahkan mungkin sdh ada yg diatas 20.000 km/watt ( bukan berarti ia sudah berhasil kontak sejauh 20.000 km dengan 1 watt tetapi kalau dgn 250 mW seseorang berhasil kontak 5000 km , itu disebut sebagai prestasi 20.000 km/watt ).
Dan menurut saya, mendalami QRP itu sama dengan sudah berada pada pintu masuk untuk mulai memahami jenis2 komunikasi radio yang sulit & penuh tantangan seperti Ground to Space communication , EME / Earth Moon Earth alias Moonbounce dsb.
Mendalamii QRP juga seharusnya tidak hanya mendalami masalah effisiensi saja , melainkan juga ( akan optimal bila dibarengi dengan ) mendalami Operating Procedures yg baik dan benar. Penguasaannya akan makin memperkuat kemungkinan keberhasilan QRP kita.
Di negara2 maju justru diantara penggiat QRP itu banyak sekali para profesionalnya dr bidang radio yg sudahmulai bosan dgn power gede dan TERTANTANG DGN BERBAGAI KESULITAN YG AKAN LEBIH BANYAK DIHADAPINYA DIDUNIA VERY LOW POWER.
Juara2 dunia QRP ratingnya sdh berada dikelas "Belasan ribu km / watt" , bahkan mungkin sdh ada yg diatas 20.000 km/watt ( bukan berarti ia sudah berhasil kontak sejauh 20.000 km dengan 1 watt tetapi kalau dgn 250 mW seseorang berhasil kontak 5000 km , itu disebut sebagai prestasi 20.000 km/watt ).
Dan menurut saya, mendalami QRP itu sama dengan sudah berada pada pintu masuk untuk mulai memahami jenis2 komunikasi radio yang sulit & penuh tantangan seperti Ground to Space communication , EME / Earth Moon Earth alias Moonbounce dsb.
Mendalamii QRP juga seharusnya tidak hanya mendalami masalah effisiensi saja , melainkan juga ( akan optimal bila dibarengi dengan ) mendalami Operating Procedures yg baik dan benar. Penguasaannya akan makin memperkuat kemungkinan keberhasilan QRP kita.
mas dimana saya bias pesan kabel antena tv feeder 300 ohm ini, infonya e-mail ke jz03fk@gmail.com aja mas terima kasih
BalasHapusHallo mas Deny Syaputra,
HapusTerimakasih atas kunjungan dan komentarnya di blog RT.
Baik mas saat ini saya masih cari informasi tsb, nanti kalau sudah dapat akan saya infokan.
Salam terbaik,
Andi
Mas tanya untuk antennanya qrp apakah mempunyai design dan perhitungan sendiri untuk menghasilkan pancaran yang optimal? Terimakasih
BalasHapusMas tanya untuk antennanya qrp apakah mempunyai design dan perhitungan sendiri untuk menghasilkan pancaran yang optimal? Terimakasih
BalasHapusHallo Mas Undang,
HapusTerimakasih atas kunjungan dan komentarnya di blog RT.
Betul mas seperti salah satu contohnya pada artikel tersebut diatas.
Misal dari segi pemilihan bahan2 yang lebih baik, agar lossesnya kecil.
Untuk perhitungan ukuran antena sebenarnya sama saja baik untuk bekerja qrp atau qro.
Salam terbaik,
andi
Di daerah Pemalang ada dua roll
BalasHapus